Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Seberapa Bahaya Makan Nasi yang Dipanaskan Lagi?

Seberapa berbahayakah menyantap nasi atau makanan sisa yang bertepung lain jika sudah dipanaskan lagi? Simak penjelasan pakar berikut.

30 Oktober 2023 | 20.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini, TikTok menampilkan pembahasan terkait keamanan makanan. Kejadian pada 2008 kembali dibahas, yakni mengenai bahaya memanaskan kembali makanan sisa yang mengandung tepung seperti pasta dan nasi, yang disebut sebagai "sindrom nasi goreng" di TikTok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah asli dimuat di Journal of Clinical Microbiology, mengenai kematian seorang mahasiswa di Brussel, Belgia, setelah mengonsumsi spageti sisa makan sebelumnya yang dipanaskan kembali lima hari kemudian. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anda mungkin penasaran, bagaimana makanan sisa lama dimakan lagi? Amankah menaruh makanan sisa di kulkas? Apa yang sebenarnya dikonsumsi almarhum? Pakar pun memberi penjelasan.

Apa itu sindrom nasi goreng?
Pada kasus mahasiswa di Brussel, masalahnya adalah keracunan makanan akibat bakteri Bacillus cereus. Mikroorganisme ini sebenarnya tidak membuat sakit, menurut Dr. Ellen Shumaker, pakar keamanan makanan dan direktur program Safe Plates di Universitas Negeri Carolina Utara di Amerika Serikat.

Organisme ini biasa terdapat di tanah dan makanan bertepung. Menurutnya, organisme ini biasanya ada pada nasi, seperti nama sindromnya. Setelah nasi dimasak, spora pun berkembang dan menjadi aktif serta mulai memproduksi toksin. 

"Memakan toksin itulah yang membuat orang sakit," ujar Shumaker kepada HuffPost

"Spora bereaksi terhadap makanan yang dipanaskan. Mikroorganisme bertahan hidup saat makanan dimasak dan kemudian berkembang jika makanan tak segera dimasukkan kulkas. Ketika konsentrasinya sudah tinggi, organisme pun menyebabkan sakit melalui infeksi atau pembentukan toksin. Ketika mencerna organisme atau racun itu, orang pun jatuh sakit," papar Dr. Donald Schaffner, dosen dan spesialis sains makanan di Rutgers.

Spora tersebut berkembang subur pada suhu ruang. "Untuk mencegahnya, dianjurkan untuk menyimpan makanan di luar temperatur tersebut selama lebih dari empat jam," saran Shumaker.

Setelah dimasak, makanan menjadi sarang bakteri kecuali segera dimasukkan ke kulkas untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri aktif. 

"Rekomendasinya jangan biarkan makanan berada di temperatur ruang lebih dari dua jam," kata Shumaker.

Namun makanan panas tentu tak bisa segera dimasukkan ke lemari es. Ia pun menyarankan agar makanan dibagi-bagi ke wadah yang lebih kecil agar cepat dingin. Pastikan juga suhu dalam kulkas tak lebih dari 5 derajat Celcius.

Gejala "sindrom nasi goreng" sendiri disebut mirip keracunan makanan lainnya, macam muntah, diare, mual, dan sakit perut. Akan tetapi, tak seperti bakteri lain yang bisa segera menyebabkan keracunan makanan, Bacillus cereus bisa bereaksi 30 menit-5 jam kemudian. Diare bisa terjadi 8-16 jam kemudian, jelas Shumaker.

Meski tak ada obat-obatan khusus untuk melawan sindrom ini, cara terpenting untuk tetap sehat dan melawannya adalah dengan tetap terhidrasi. Pada kasus lebih parah, yakni terjadi muntah dan diare, segera ke layanan kesehatan untuk mendapatkan cairan infus dan mengatasi dehidrasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus