Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Seks Boleh, tapi Jangan Aneh-Aneh

Euro 2004 yang baru saja usai tak hanya urusan bola, tapi juga soal seks bagi para pemainnya. Jika pemain memble, tak seharusnya aktivitas seks jadi kambing hitam.

5 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

No sex before games, please!" Tim Meyer, salah satu anggota tim dokter kesebelasan Jerman, wanti-wanti soal itu kepada para pemainnya menjelang berlaga di Euro 2004. Meyer, seperti juga banyak dokter lain, percaya bahwa aktivitas seks bakal membuat pemainnya loyo di lapangan. Bagaimana bisa trengginas menggiring bola jika malam sebelum bertanding pemain sudah ngos-ngosan dan lemas gara-gara seks?

"Hubungan seks menjelang bertanding bisa jadi masalah," kata Meyer. Dan Meyer tidak sendirian. Juru bicara skuad Prancis, Philippe Tournon, juga mengaku memberlakukan aturan yang sama. Tapi toh ada yang berbeda. Pelatih Kroasia, Otto Baric; pelatih Inggris, Sven Goran Eriksson; dan pelatih Italia, Giovanni Trapattoni, mengizinkan para pemainnya "bermain" lebih dulu, entah dengan istri atau pacar.

Sejatinya, perdebatan boleh-tidaknya berhubungan seks menjelang pertandingan bukan monopoli pemain bola. Petinju legendaris Muhammad Ali juga anti-seks sebelum naik bertinju. Ali bahkan lebih ekstrem. Dia bersedia puasa sampai berminggu-minggu.

"Memang ada yang menyebut, kalau orang bisa mengeliminasi seks dan mentransfernya menjadi energi lain, tenaganya luar biasa hebat," kata Prof. dr. A. Purba, dokter ahli fisiologi olahraga dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Energi lain yang dimaksud bisa berupa aktivitas fisik apa pun, termasuk menjotoskan pukulan ke tubuh lawan bagi Ali, atau menggocek bola seperti Wayne Rooney dan kawan-kawan.

Memang, secara teori, dengan melakukan aktivitas seks, hormon adrenalin akan meningkat yang pada gilirannya membakar banyak energi. Padahal energi ini harus dihemat untuk pertandingan. Nah, kalau energi yang terkumpul ternyata sudah keburu keluar gara-gara seks, yang tersisa untuk pertandingan pasti tinggal sedikit.

Tapi ada pendapat yang bertolak belakang. Menurut Purba, yang juga Ketua Sport Medicine KONI Jawa Barat, berhubungan seks sebelum bertanding tidak masalah. Syaratnya, pasangan bermain adalah pasangan tetap. Alasannya, hubungan seks dengan pasangan tetap tidak terlalu berpengaruh pada ketahanan fisik dan stabilitas emosi. "Malah, terbuka kemungkinan hubungan itu bisa menjadi pendorong semangat," kata Purba.

Tetap atau tidaknya pasangan berhubungan seks ini memang jadi masalah karena bermain seks dengan pasangan tidak tetap rawan risiko. Misalnya, akan muncul rasa bersalah yang bakal mengganggu emosinya. Ibarat pencuri, pada kali pertama berbuat pidana, mungkin ia bisa dua bulan tak bisa tidur karena dihantui perasaan bersalah. "Padahal, kita tahu, atlet kan tak boleh mengalami hal-hal seperti itu. Pikirannya harus berkonsentrasi untuk bertanding," kata Purba.

Sebuah perspektif berbeda dilansir Journal of Sports Medicine and Physical Fitness edisi September 1995. Di sini, aktivitas seks menjelang bertanding dinilai sah-sah saja karena kegiatan itu tidak terlalu menyita energi. Disebutkan, orang yang paling agresif dalam bercinta hanya membakar sekitar 250 kalori dalam satu jam, atau 4 kalori per menit. Padahal, orang bercinta rata-rata hanya butuh waktu 5 menit, dan itu hanya membakar kurang dari 25 kalori. Tak aneh jika sejumlah orang yang diajak diskusi oleh T. Boone dan S. Gilmore, penulis artikel, mengaku aktivitas seks menjelang bertanding tetap membuat mereka oke saat berlaga.

Toh, izin beraktivitas seks bukan berarti atlet boleh seenaknya. Salah satu syaratnya, seperti disebutkan Zoran Bahtijarevic, dokter tim Kroasia, para pemainnya di Euro 2004 tak boleh melakukan hubungan seks berlebihan, apalagi dengan posisi aneh-aneh. "Seks boleh-boleh saja, asal jangan melakukan 'akrobat seks'. Posisi seks yang bisa menimbulkan cedera harus dihindari," ujarnya. Setuju?

Dwi Wiyana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus