Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERAWATAN kerohanian diresmikan awal bulan ini di RS Dr. Sardjito, Yogyakarta. Jangan khilaf, upaya yang mengikutsertakan juru dakwah itu benar-benar dimaksudkan untuk penyembuhan fisik. Satu upaya baru, pihak rumah sakit dan Kanwil Departemen Agama, Yogyakarta. Pada tahap awal, 25 da'i (juru dakwah agama Islam) -- ditambah masing-masing satu pendakwah dari agama di luar Islam dimobilisasikan sebagai sukarelawan. Mereka siap memanjatkan doa, atau menyiarkan ceramah keagamaan pada setiap pasien. Dalam menjalankan tugasnya, pendakwah berpakaian putih-putih, persis seperti tenaga medis lainnya. "Untuk servis perawatan rohani ini, kami tidak memungut tambahan biaya," ujar dr. Mohamad Was'an, Kepala Seksi Pelayanan Medis, pencetus gagasan perawatan rohani itu. Ternyata, tugas para kiai tak hanya membacakan salawat atau doa seraya membimbing pasien tatkala meregang nyawa, seperti lazimnya dilakukan ulama di banyak rumah sakit lainnya. Menurut Was'an, dokter spesialis saraf itu, sasaran utama perawatan rohani adalah pasien yang menderita gangguan jiwa. "Dari segi psikis, kehadiran para rohaniwan sangat membantu memulihkan ketenangan jiwa pasien, terutama yang menderita psikomatis," ujarnya. Kehadiran seorang kiai berperan sebagai support therapy, bagi mereka yang mengalami tekanan mental karena menderita penyakit berat atau yang akan dioperasi. Biasanya pasien yang putus asa akan mengabaikan nasihat dokter. Mereka menolak minum obat. Akibatnya mudah ditebak. Di samping penyakit semakin parah, tak jarang timbul penyakit baru. Dalam keadaan seperti itu, Was'an berpendapat, "Para kiai membantu memulihkan semangat pasien." Sementara itu, Prof. Dr. Masrun, dosen Fakultas Psikologi UGM, mengatakan, para kiai dapat membantu mengurangi stres. "Tapi penekanannya pada segi agama," katanya menjelaskan. Menurut Masrun, yang harus dipegang dalam perawatan rohani adalah bagaimana membesarkan hati pasien hingga bebas diri dari rasa putus asa. Jadi, bukannya mengungkit-ungkit dosa dan hukumannya yang menakutkan yang pasti membuat kondisi pasien kian payah. Moebanoe Moera (Jakarta) dan Aries Margono (Yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo