Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Si Tampon Dicurigai

Pembalut wanita dilarang di AS karena menyebabkan TSS(Toxic Shock Syndrome). dr. Ichsan M.d msc (di Los Angeles) mempersiapkan thesisnya mengenai tampon vaginal dan TSS. (ksh)

13 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HEBOH itu mulai di Amerika Serikat, pada awal 1980. Beberapa wanita yang sedang mengalami atau baru saja selesai haid, mengeluh tentang penderitaan mereka. Para dokter segera mengenalina scbagai toxic shock syndrome (TSS) timbul gejala demam, pada kulit muncul bercak-bercak kemerahan, nyeri otot yang disertai muntah dan diare. Setelah itu timbul shock yang dapat mematikan. Dugaan pertama, para dokter menghubungkan keluhan itu dengan faktor wanita dan haid. Tatkala jumlah penderita bertambah, medan kecurigaan melebar. Segera diketahui pula bahwa berbagai kasus TSS itu timbul setelah adanya pemasaran tampon vaginal. Ternyata sebagian besar penderita wanita tersebut memang memakai tampon vaginal merk lely. Media massa segera ramai-ramai memberitakannya. Khawatir akan tuntutan kerugian yang mungkin timbul, perusahaan Procter & Gamble yang memproduksi Rely, segera menghentikan pemasaran. Mereka bahkan menarik kembali semua produknya yang masih beredar dan tampon yang dikembalikan diganti dengan uang tunai. Pembengkakan 5 Kali Menurut penuturan dr. Ichsan, M.D., M.Sc yang kini ada di Los Angeles untuk mempersiapkan thesisnya mengenai tampon vaginal dan TSS, penelitian mengenai masalah ini telah menampakkan hasil yang lebih maju. Dilaporkannya, dr. Shirley Fannin dari Central Disease Control di Los Angeles, baru-baru ini menemukan pula kasus TSS pada seorang pria. Dengan begitu sudut perkiraan berubah, tidak lagi terbatas pada faktor wanita dan haid. Sang pria yang ditemukan ternyata menderita luka dan mengalami infeksi dengan kuman staphylococcus aureus, yang juga terdapat pada semua penderita TSS. Apa hubungan tampon vaginal dan TSS haid dengan kuman staphylococfus? Penelitian mengenai masalah ini masih berlanjut. Namun menurut dr. Ichsan pendapat yang dianut sekarang: sebab langsung dari TSS adalah infeksi akibat kuman staphylococcus aureus, dan tampon vaginal mempermudah berjangkitnya infeksi. Berlainan dengan mbalut wanita jenis lain, tampon vagnal berukuran sebesar jempol dengan-panjang antara 5 sampai 8 cm. Pemakaiannya dengan cara dimasukkan ke dalam vagina. Daya serapnya hebat dan bisa membengkak sampai lima kali dari besar semula. Pembalut jenis ini, dengan sendirinya, hanya cocok buat wanita yang telah menikah dan sangat praktis buat penggemar sport. Secara mekanis, tampon membendung aliran darah haid. Darah yang terkumpul di dalam rahim ini merupakan tempat pembiakan yang sangat baik bagi kuman-kuman, termasuk staphylococcus. Suhu dalam rahim ternyata juga memang cocok buat berkembangbiaknya kuman. Daya serap pembalut yang hebat itu, sayangnya, tidak hanya terbatas pada darah haid saja, tapi juga menyerap lendir vagina dan rahim yang sebetulnya berfungsi mempertinggi dan menyempurnakan daya tahan selaput lendir. Jika tampon yang dipakai dan sudah membengkak ini dilepaskan, bisa terjadi lukaluka kecil yang gampang terkena infeksi. Dari penelitian diketahui tampon yang dijual memang bebas kuman. Tapi kuman stapbylococcus ternyata sudah ada dalam tubuh penderita, khususnya dalam rahim. Ada dugaan, bahan kimia yang dipakai pada tampon merk Kely memperlancar berkembang biaknya kuman--meskipun hal ini belum bisa dipastikan. Berbagai penemuan ini mendorong Food and Drug Administration (Badan Pengawas Obat dan Makanan) AS mempertimbangkan untuk mengharuskan para produser mencantumkan peringatan pada tiap kotak tampon vaginal. Bunyinya, 'pemakaian tampon vaginal dapat mengakibatkan toxic shock syndrome yang dapat menimbulkan kematian." Masih Tabu Di Indonesia tampon vaginal dapat dijumpai di pasaran, misalnya merk Tampax yang diimpor dari Inggris. Harganya memang lebih tinggi dari pembalut wanita lain, sekitar Rp 1.000. "Yang biasa membeli umumnya bule, pribumi hanya satu dua orang," kata Wilson, supervisor Hero Supermarket di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan. "Sebetulnya semuanya tergantung pada pemakainya," tutur Harun Harahap, seorang dokter ahli kandungan di Jakarta. Menurut dia, bila tampon ini digunakan terlalu lama dan tidak diganti-ganti, tentu saja akan menimbulkan infeksi. Sepanjang pengetahuannya, 95% wanita Indonesia tidak menggunakan tampon, " karena buat wanita kita umumnya masih tabu memasukkan sesuatu dalam kemaluannya." Harun Harahap menganjurkan, sebaiknya para gadis tidak menggunakan alat pembalut ini, "sebab bisa merobek selaput dara." "Alat pembalut ini memang hanya digunakan para ibu atau mereka yang sudah tidak lagi menghiraukan kegadisan," tambahnya. Beberapa wanita yang ditemui Erlina Soekarno dari TEMPO mengakui, mereka memakai tampon karena "praktis". Miranda Subagyo, 27 tahun, misalnya mengungkapkan dia memakai tampon ini sejak setahun lalu. "Dengan menggunakan tampon, perasaan saya lebih enak kalau berenang. Dulu saya terpaksa menunggu sampai haid berhenti," ujar ibu dari seorang anak ini. Wanita hitam manis ini mengatakan, tidak pernah merasa pusing atau panas selama menggunakan tampon. Ia belum pernah mendengar alat pembalut ini bisa menimbulkan efek sampingan. "Serem juga ya, kalau bisa menimbulkan infeksi. Saya selanjutnya akan berhati-hati," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus