Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kolostrum yang ada pada air susu ibu sangat dibutuhkan bayi karena mengandung protein, berbagai nutrisi, dan antioksidan yang sangat baik untuk menjaga kekebalan tubuhnya. Namun kini muncul kolostrum dalam bentuk suplemen yang semakin populer lewat media sosial dan dikonsumsi oleh orang dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suplemen kolostrum dibuat dari susu yang diambil dari sapi yang baru saja melahirkan. Menurut pakar diet di New Jersey, Amerika Serikat, Erin Palinski-Wade, suplemen ini sudah terbukti bermanfaat berdasarkan beberapa penelitian. Khasiatnya antara lain mencegah dan mempersingkat durasi diare, membantu mencegah infeksi saluran pernapasan atas, dan mendukung sistem imun yang sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penelitiannya memang tak banyak dan buktinya pun tak terlalu definitif. Dibutuhkan lebih banyak riset untuk memahami sepenuhnya efek kesehatan suplemen kolostrum sapi," jelasnya kepada Fox News Digital.
Sherry Coleman Collins, pakar diet dan alergi makanan di Atlanta, sepakat bahwa bukti suplementasi kolostrum sapi pada manusia masih terbatas. "Tak cukup bukti buat saya untuk menganjurkannya kepada siapa pun dengan alasan apapun," ujarnya.
"Kita tahu kolostrum manusia sangat bermanfaat buat bayi, memberikan nutrisi spesifik dan untuk imun tubuh dengan cara mentransfer kekebalan tubuh ibu kepada anaknya. Akan tetapi, kita tak punya cukup bukti mengenai dampak kolostrum sapi untuk kesehatan manusia," tambahnya.
Berbahaya bagi orang tertentu
Ia juga mengingatkan proses pembuatan suplemen berdampak pada nutrisinya dan mungkin mengurangi manfaatnya bagi kekebalan tubuh. Sementara Michelle Routhenstein, pakar nutrisi dan diet dengan spesialisasi penyakit jantung di New York, tidak merekomendasikan suplemen ini karena keterbatasan bukti sains pada kemanjurannya dan perbedaan kualitas produk yang mungkin berbeda.
"Secara umum suplemen ini aman digunakan pada orang dewasa yang sehat untuk waktu singkat tapi tetap saja ada risiko yang perlu dipertimbangkan," ungkap Palinski-Wade.
Penderita alergi produk susu dan intoleransi laktosa harus menghindarinya. "Kolostrum sapi mengandung estrogen yang bisa berdampak negatif pada orang yang berisiko kanker tertentu, seperti kanker payudara, rahim, dan prostat," katanya.
Risiko potensial lain adalah kontaminasi bakteri berbahaya, interaksi dengan pengobatan lain, dan efek jangka panjang yang masih belum diketahui, kata Routhenstein.
Pilihan Editor: Atasi Kekurangan Magnesium dengan Banyak Makan Sayuran Hijau