W.S Rendra pernah menang sayembara untuk iklan sebuah merk susu.
Bunyi iklan yang dibuatnya: "Semutu Susu Ibu". Tapi nampaknya
susu ibu sendiri kini perlu lebih dipromosikan. Dan
mengembalikan para bayi kepada susu ibu mereka, itulah nampaknya
yang jadi dasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan ketika
melarang susu kental manis untuk digunakan sebagai makanan bayi.
Bagaimana pun memang sudah diketahui: tak ada makanan buatan
yang bisa menyaingi khasiat air susu ibu. Separah-parahnya
kondisi kehidupan seorang ibu dalam kenyataannya air susunya
tetap bisa menjamin pertumbuhan wajar dari bayinya. Larangan
tadi tidaklah secara drastis menghentikan pembuatan SKM. Ia
hanya sekedar membangkitkan kesadaran para pemakai. Produsen
diwajibkan untuk menempelkan kata-kata "Tidak cocok untuk bayi"
pada kertas tempel di tiap kaleng susu.
Menteri mengatakan bahwa penggunaan SKM itu bisa membahayakan
pertumbuhan bayi yang berumur antara satu hari sampai 12 bulan.
Namun bahaya jenis apa yang bisa ditimbulkannya tidak dijelaskan
dalam peraturan yang dikeluarkan tanggal 16 Desember 1975 itu.
(baru disampaikan kepada produsen susu pada akhir Pebruari).
Tetapi Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, drs.
Sunarto Prawirosuyanto menjelaskan: dari berbagai daerah ada
laporan yang mengatakan, bahwa para orang tua mencampur SKM itu
dengan air yang terlalu banyak. Hingga nilai gizi minuman itu
pasti berkurang. Dan inilah yang akan membahayakan pertumbuhan
bayi. Dia memang mengakui bahwa bahaya dari SKM itu, seperti
kebutaan dan lain-lain memang tidak ditemukan. Peraturan itu
hanya berdasarkan perhitungan atas kebiasaan yang berlaku pada
sebagian konsumen.
Pencampuran air yang terlalu banyak ke dalam SKM memang akan
mengakibatkan berkurangnya kandungan vitamin A dalam minuman
itu. Kekurangan itu akan bisa memsak mata. Para dokter ahli mata
yang bersidang beberapa waktu yang lampau memang mengatakan 1%
dari anak-anak kita buta karena kekurangan vitamin A. Namun
mereka secara khusus tidak menyebutkan malapetaka itu disebabkan
oleh salah campur SKM.
Meskipun surat keputusan Menteri Kesehatan itu belum ditunjang
dengan data-data yang meyakinkan, namun setiap usaha untuk
melindungi pertumbuhan bayi memang pantas dipujikan. Tetapi toh
ada pendapat: ada yang kurang adil dalam pelarangan tersebut.
Susu bubuk tidak kena gertak. Padahal orang biasanya membagi
masalah susu di bumi ini ke dalam dua bagian: yang susu ibu dan
susu buatan, tanpa membeda-bedakan yang kental manis atau bubuk.
Sebab, sebagaimana dikatakan Harry Whardana dari perusahaan susu
oremost, "susu bubuk pun bisa mengakibatkan terjadinya
kekurangan gizi karena campuran air yang terlalu banyak,
meskipun kadar proteinnya selalu lebih dibandingkan dengan SKM".
Beberapa Ton
Di negara-negara maju para ahli menyamaratakan saja perlakuan
terhadap susu bukan ibu. "Para ibu di berbagai negara sedang
berkembang yang meninggalkan tradisi meneteki anaknya dan
menggantikannya dengan susu botol sebenarnya akan membahayakan
anak-anak mereka sendiri", ujar Dr Michael Latham, ahli gizi
dari Cornell University. Mengutip data-data statistik, ahli
Amerika Serikat ini selanjutnya mengatakan bahwa sebagian besar
kematian bayi di negara-negara sedang berkembang di akibatkan
oleh infeksi pada pencernaan yang diakibatkan oleh
susu-bukan-ibu.
Sementara itu di Swiss sekarang ini malahan sedang berlangsung
pengadilan yang disponsori oleh Third World Worki Group, di mana
Nestle dengan susu bubuknya dituding membunuh para bayi di
negara-negara sedang berkembang. Mereka menuduh bahwa perusahaan
yang memasarkan US $ 5,6 milyar susu bubuk dalam tahun 1974,
telah melancarkan iklan besar-besaran di negara-negara tadi.
Banyak orang masih buta huruf di situ. Ini mengakibatkan
penduduk salah campur dan mengakibatkan pertumbuhan bayi sangat
menyedihkan. Namun anehnya selagi sidang itu berlangsung dengan
serunya di Swiss, negara-negara sedang berkembang yang dibela,
entah kenapa, sedikitpun tidak mengumandangkan suara dukungan
mereka.
Kurangnya penjelasan mengenai bahaya yang ditimbulkan SKM dari
keputusan Menteri Kesehatan tadi membangkitkan rupa-rupa
tanggapan. Beberapa hari setelah keputusan itu beredar,
Djakosaptono Slamet, seorang ahli gizi, membeberkan kelemahan
surat keputusan tersebut dalam sebuah tulisannya yang dimuat
Sinar Harapan. Pada pokoknya dia menyimpulkan bahwa SKM itu
tidak berbahaya kalau dicampur secara tepat. Tapi orang bisa
menyangka ia menutupi kelemahan SKM. Ia tak lain tak bukan
adalah Quality Control Officer dari perusahaan susu Indomilk.
Karena tidak terlibat dalam pembuatan susu kaleng seorang
penulis lain membela keputusan itu di koran lain.
Kemudian seorang penulis surat pembaca Kompas, Khoe Tiong Djian
dari Surabaya, menyatakan bahwa sejak lahir, karena kesehatan
ibunya, dia teryaksa hanya minum susu kental manis. Meskipun
orang tua ini tak empat menjelaskan bagaimana campuran SKM yang
dia minum, dengan gagah dia mengatakan: "Sekarang saya sudah
masuk umur 66 tahun, sehat dan kuat saja". Malahan katanya pada
waktu muda dia sering diutus sekolahnya sebagai seorang
olahragawan. Sampai sekarang pun pagi antara jam 5 sampai jam 7
dia masih kuat berolahraga jalan kaki. "Kedua kakak saya di
Singapura dan saya still going strong meskipun kami semua sudah
minum beberapa 'ton' susu kental manis sedari berumur satu hari
sampai beberapa bulan lamanya", katanya. Selamat panjang umur
Encek Tiong Djian!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini