Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Susu untuk bayi: kenapa dilarang?

Untuk mengembalikan bayi kepada susu ibu, keluar surat keputusan menteri kesehatan untuk melarang susu kental manis sebagai makanan bayi antara umur 1 hari sampai 12 bulan. (ksh)

28 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

W.S Rendra pernah menang sayembara untuk iklan sebuah merk susu. Bunyi iklan yang dibuatnya: "Semutu Susu Ibu". Tapi nampaknya susu ibu sendiri kini perlu lebih dipromosikan. Dan mengembalikan para bayi kepada susu ibu mereka, itulah nampaknya yang jadi dasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan ketika melarang susu kental manis untuk digunakan sebagai makanan bayi. Bagaimana pun memang sudah diketahui: tak ada makanan buatan yang bisa menyaingi khasiat air susu ibu. Separah-parahnya kondisi kehidupan seorang ibu dalam kenyataannya air susunya tetap bisa menjamin pertumbuhan wajar dari bayinya. Larangan tadi tidaklah secara drastis menghentikan pembuatan SKM. Ia hanya sekedar membangkitkan kesadaran para pemakai. Produsen diwajibkan untuk menempelkan kata-kata "Tidak cocok untuk bayi" pada kertas tempel di tiap kaleng susu. Menteri mengatakan bahwa penggunaan SKM itu bisa membahayakan pertumbuhan bayi yang berumur antara satu hari sampai 12 bulan. Namun bahaya jenis apa yang bisa ditimbulkannya tidak dijelaskan dalam peraturan yang dikeluarkan tanggal 16 Desember 1975 itu. (baru disampaikan kepada produsen susu pada akhir Pebruari). Tetapi Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, drs. Sunarto Prawirosuyanto menjelaskan: dari berbagai daerah ada laporan yang mengatakan, bahwa para orang tua mencampur SKM itu dengan air yang terlalu banyak. Hingga nilai gizi minuman itu pasti berkurang. Dan inilah yang akan membahayakan pertumbuhan bayi. Dia memang mengakui bahwa bahaya dari SKM itu, seperti kebutaan dan lain-lain memang tidak ditemukan. Peraturan itu hanya berdasarkan perhitungan atas kebiasaan yang berlaku pada sebagian konsumen. Pencampuran air yang terlalu banyak ke dalam SKM memang akan mengakibatkan berkurangnya kandungan vitamin A dalam minuman itu. Kekurangan itu akan bisa memsak mata. Para dokter ahli mata yang bersidang beberapa waktu yang lampau memang mengatakan 1% dari anak-anak kita buta karena kekurangan vitamin A. Namun mereka secara khusus tidak menyebutkan malapetaka itu disebabkan oleh salah campur SKM. Meskipun surat keputusan Menteri Kesehatan itu belum ditunjang dengan data-data yang meyakinkan, namun setiap usaha untuk melindungi pertumbuhan bayi memang pantas dipujikan. Tetapi toh ada pendapat: ada yang kurang adil dalam pelarangan tersebut. Susu bubuk tidak kena gertak. Padahal orang biasanya membagi masalah susu di bumi ini ke dalam dua bagian: yang susu ibu dan susu buatan, tanpa membeda-bedakan yang kental manis atau bubuk. Sebab, sebagaimana dikatakan Harry Whardana dari perusahaan susu oremost, "susu bubuk pun bisa mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi karena campuran air yang terlalu banyak, meskipun kadar proteinnya selalu lebih dibandingkan dengan SKM". Beberapa Ton Di negara-negara maju para ahli menyamaratakan saja perlakuan terhadap susu bukan ibu. "Para ibu di berbagai negara sedang berkembang yang meninggalkan tradisi meneteki anaknya dan menggantikannya dengan susu botol sebenarnya akan membahayakan anak-anak mereka sendiri", ujar Dr Michael Latham, ahli gizi dari Cornell University. Mengutip data-data statistik, ahli Amerika Serikat ini selanjutnya mengatakan bahwa sebagian besar kematian bayi di negara-negara sedang berkembang di akibatkan oleh infeksi pada pencernaan yang diakibatkan oleh susu-bukan-ibu. Sementara itu di Swiss sekarang ini malahan sedang berlangsung pengadilan yang disponsori oleh Third World Worki Group, di mana Nestle dengan susu bubuknya dituding membunuh para bayi di negara-negara sedang berkembang. Mereka menuduh bahwa perusahaan yang memasarkan US $ 5,6 milyar susu bubuk dalam tahun 1974, telah melancarkan iklan besar-besaran di negara-negara tadi. Banyak orang masih buta huruf di situ. Ini mengakibatkan penduduk salah campur dan mengakibatkan pertumbuhan bayi sangat menyedihkan. Namun anehnya selagi sidang itu berlangsung dengan serunya di Swiss, negara-negara sedang berkembang yang dibela, entah kenapa, sedikitpun tidak mengumandangkan suara dukungan mereka. Kurangnya penjelasan mengenai bahaya yang ditimbulkan SKM dari keputusan Menteri Kesehatan tadi membangkitkan rupa-rupa tanggapan. Beberapa hari setelah keputusan itu beredar, Djakosaptono Slamet, seorang ahli gizi, membeberkan kelemahan surat keputusan tersebut dalam sebuah tulisannya yang dimuat Sinar Harapan. Pada pokoknya dia menyimpulkan bahwa SKM itu tidak berbahaya kalau dicampur secara tepat. Tapi orang bisa menyangka ia menutupi kelemahan SKM. Ia tak lain tak bukan adalah Quality Control Officer dari perusahaan susu Indomilk. Karena tidak terlibat dalam pembuatan susu kaleng seorang penulis lain membela keputusan itu di koran lain. Kemudian seorang penulis surat pembaca Kompas, Khoe Tiong Djian dari Surabaya, menyatakan bahwa sejak lahir, karena kesehatan ibunya, dia teryaksa hanya minum susu kental manis. Meskipun orang tua ini tak empat menjelaskan bagaimana campuran SKM yang dia minum, dengan gagah dia mengatakan: "Sekarang saya sudah masuk umur 66 tahun, sehat dan kuat saja". Malahan katanya pada waktu muda dia sering diutus sekolahnya sebagai seorang olahragawan. Sampai sekarang pun pagi antara jam 5 sampai jam 7 dia masih kuat berolahraga jalan kaki. "Kedua kakak saya di Singapura dan saya still going strong meskipun kami semua sudah minum beberapa 'ton' susu kental manis sedari berumur satu hari sampai beberapa bulan lamanya", katanya. Selamat panjang umur Encek Tiong Djian!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus