Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tambang Uang di Tebing dan Gua

Komunitas warga mengembangkan potensi alam di sekitar mereka menjadi lokasi wisata. Menggeliatkan ekonomi warga yang terkena dampak pandemi Covid-19.

16 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Warga mengembangkan potensi alam jadi lokasi wisata.

  • Solusi keluar dari impitan ekonomi akibat pandemi.

  • Alam jadi terawat.

Bentang alam Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang memiliki banyak perbukitan dan gunung, menyimpan banyak potensi wisata yang belum tergarap. Di daerah tak jauh dari Ibu Kota ini, banyak perbukitan, tebing, serta gua yang masih asri dan layak dijadikan lokasi wisata. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19, wisata alam terbuka menjadi pilihan yang lebih aman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peluang ini ditangkap sejumlah warga di kabupaten itu. Mereka mengembangkan potensi alam di sekitar mereka menjadi destinasi baru. Tak hanya mengembangkan area seperti air terjun dan perbukitan, warga juga memanfaatkan gua dan lahan bekas galian tambang sebagai tempat berpelesir. Salah satu inisiator wisata alam terbuka di wilayah Kabupaten Bogor adalah Ahmad Royani dari komunitas Linggih Alam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria yang akrab disapa Roy itu bersama teman-temannya mengembangkan wisata panjat tebing di bekas area tambang dan susur gua di sejumlah lokasi. “Kami tak hanya membuat wisata petualangan, tapi juga ada nilai edukasinya, yakni memperkenalkan bentang alam karst di wilayah ini,” kata Roy kepada Tempo, Ahad, 10 Januari lalu.

Roy mengatakan, pada masa pandemi, wisata petualangan itu semakin banyak diminati. “Karena, selain menyenangkan, aktivitas semacam ini bisa menghilangkan penat di rumah.”

Roy mengatakan di Kabupaten Bogor ada tiga kluster gua dan tebing yang terbentang dalam kawasan bentang alam karst, yakni kluster Ciampea dan Gudawang, kluster Klapanunggal, serta kluster Citeureup. Setiap gua dan tebing di tiga kluster tadi, kata Roy, memiliki ciri khas dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. “Kami sudah mendata dan memetakannya bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,” kata Roy.

Goa Cikenceng di Desa Tajur, Citereup, Kabupaten Bogor, 10 Januari 2020. TEMPO/M.A. Murtadho

Di sejumlah lokasi itu, Linggih Alam mulai mengembangkan wisata gua dan tebing yang diperuntukkan bagi peminat olahraga panjat tebing dan petualangan susur gua. Namun, karena setiap lokasi punya tingkat kesulitan berbeda, wisatawan perlu didampingi pemandu. “Kami menyediakan pemandu berpengalaman dan besertifikasi pemandu wisata minat khusus dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).”

Selain untuk menjamin keamanan pengunjung, hal ini mendatangkan berkah bagi warga setempat dan anak muda yang dilatih untuk memiliki sertifikat. “Biasanya lokasi ini hanya digunakan oleh para atlet panjat tebing, tapi setelah dikembangkan menjadi lokasi wisata minat khusus, warga pun turut mendapatkan pemasukan,” ujar Roy. Ini salah satu jalan keluar dari impitan ekonomi akibat hilangnya pekerjaan gara-gara pandemi. Para pelaku usaha kecil pun merasakan manfaatnya karena pengunjung berbelanja di tempat mereka.

Salah seorang warga yang beralih profesi menjadi pemandu wisata minat khusus itu adalah Abdurrahman. Pria yang kerap disapa Boyo itu mengatakan, tak hanya menjadi tempat wisata, sejumlah lokasi panjat tebing di Kabupaten Bogor pun kini digunakan untuk ajang pelatihan atau kursus memanjat dinding. “Pesertanya biasanya para calon tenaga kebersihan gedung-gedung bertingkat,” tutur dia. Setelah kursus, peserta akan mendapatkan sertifikat. “Biasanya sertifikat ini digunakan untuk melengkapi surat lamaran kerja.”

Bukan hanya pengunjung, inisiatif itu juga mendatangkan event organizer, instansi pemerintah, dan perusahaan swasta. “Pihak event organizer bisa membuat acara yang bisa memperkenalkan lokasi ini kepada masyarakat luas. Kemudian instansi pemerintah dan perusahaan swasta dapat membantu pengembangan wilayah ini melalui program CSR.” Setelah menjadi lokasi wisata, kata Abdurrahman, alam di sekitar pun menjadi lebih terawat dan terjaga.

M.A. MURTADHO (BOGOR) |  PRAGA UTAMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Praga Utama

Praga Utama

Bergabung dengan Tempo sejak 2011 sebagai periset foto dan beralih menjadi reporter pada 2012. Berpengalaman meliput isu ekonomi, otomotif, dan gaya hidup. Peraih penghargaan penulis terbaik Kementerian Pariwisata 2016 dan pemenang lomba karya tulis disabilitas Lembaga Pers Dr Soetomo 2021. Sejak 2021 menjadi editor rubrik Ekonomi Bisnis Koran Tempo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus