Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Tips Kesehatan

19 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengaruh Obat Flu

DALAM kemasannya, selalu disarankan agar obat flu jangan dimakan oleh seseorang yang hendak mengemudikan kendaraan bermotor. Sebaiknya Anda ikuti saran itu. Soalnya, dibandingkan dengan alkohol, pengaruh obat flu terhadap pengemudi ternyata lebih membahayakan.

Kesimpulan yang tidak disangka-sangka tersebut diungkapkan tim peneliti yang dipimpin John M. Weiler, ahli penyakit dalam dari Universitas Iowa, Amerika Serikat. Meskipun tidak memabukkan, obat flu sanggup membuyarkan konsentrasi mengemudi pada tingkat yang lebih tinggi ketimbang alkohol. "Itu mengejutkan kami," kata Weiler seperti dikutip CNN, pekan lalu.

Riset itu antara lain menyertakan Benadryl, obat dengan antihistamin generasi pertama yang digunakan untuk mengatasi demam, alergi, dan mengusir mual setelah pembedahan. Weiler meneliti 40 orang pengemudi, berusia 25-44 tahun, yang mengidap alergi debu pada rumput kering. Subyek penelitian adalah konsumen antihistamin, yang selama ini dikenal memicu rasa kantuk.

Responden dibagi menjadi empat kelompok. Ada yang diberi Benadryl, Allegra (obat alergi jenis lain), alkohol, dan air biasa. Setelah mengonsumsi selama lima pekan, ternyata cara mengemudi kelompok Benadryl dinilai paling parah. Kelompok yang diberi alkohol justru lebih baik ketimbang yang diberi Benadryl. Sementara itu, dua kelompok lainnya tidak menampakkan kesulitan mengemudi.

Namun, ada hal yang patut dicatat. Riset Weiler ini disponsori Aventis Pharmaceutical Inc, produsen Allegra, yang dalam riset ini menghasilkan kesimpulan yang bagus bagi Allegra. Mungkinkah Aventis sengaja ingin menjatuhkan pesaing? Sean Hennessy dan Brian Storm, keduanya dari Pennsylvania School of Medicine, berkomentar, "Antihistamin penyebab kantuk memang sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengemudi."

Jamu dalam Masa Pascaoperasi

Bila Anda sedang dalam masa pascaoperasi bedah, sebaiknya jangan mengonsumsi ramuan jamu. Begitu nasihat John Neeldt, Ketua Masyarakat Ahli Anestesi Amerika. Nasihat itu muncul setelah ditemukan banyak laporan tentang kegagalan pemulihan luka operasi pada banyak pasien. Setelah diteliti, para pasien tersebut umumnya mengonsumsi ginseng, ginko biloba, jahe, bawang-bawangan, dan tanaman obat lainnya sebelum masa dua minggu pascaoperasi berlalu.

Memang, Jessie Leak, pakar anestesi dari Rumah Sakit Pusat Kanker Anderson, Houston, AS, mengakui bahwa penelitian yang komplet tentang hal ini belum digelar. Tetapi, Leak yakin tanaman berkhasiat obat punya andil negatif, antara lain meningkatkan tekanan darah, mengganggu proses penggumpalan darah pada bekas luka jahitan, dan bahkan memacu pendarahan yang tidak terkendali.

Menyimak potensi negatif tanaman berkhasiat obat, Leak menyarankan agar para pasien mengonsultasikan secara detail apa saja ramuan yang diminum kepada dokter. "Kalau tidak, keselamatan pasien bisa terancam," kata Leak seperti dikutip CNN Health, pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus