Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Pesan Kerukunan dalam Pemakaman Djaduk Ferianto

Romo Banar dalam prosesi tersebut mengenang bagaimana Djaduk Ferianto selalu membawa suasana segar, kreatif, dan jauh dari permusuhan.

13 November 2019 | 15.25 WIB

Djaduk Ferianto. Foto/Shinta Maharani
Perbesar
Djaduk Ferianto. Foto/Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ribuan pelayat mengiringi prosesi misa hingga pemakaman Djaduk Ferianto di Padepokan Bagong Kussudiardja Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Rabu sore, 13 November 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Misa arwah seniman kondang itu dipimpin oleh Romo Gregorius Budi Subanar. Romo Banar, panggilan akrab Gregorius Budi Subanar dalam prosesi tersebut mengenang bagaimana Djaduk selalu membawa suasana segar, kreatif, dan jauh dari permusuhan. "Biasanya Djaduk mengumpulkan banyak orang, sekarang banyak orang berkumpul untuk dia," kata Romo Banar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Djaduk, kata Romo Banar juga pernah meminta agar dirinya memberikan doa-doa ketika memproduseri film Soegija, tokoh umat Katolik Indonesia yang disutradarai oleh Garin Nugroho.

Soegija punya semangat mengajarkan multikulturalisme. Film ini bercerita tentang uskup pribumi pertama di Indonesia yang juga pahlawan nasional, Mgr. Albertus Soegijapranata. Film itu menceritakan peran Soegija ketika Perang Pasifik 1940-1949, yang tidak hanya penting bagi umat Katolik, melainkan untuk Indonesia.

Soegija kerap menulis artikel untuk media luar negeri demi melawan penjajah. Silent diplomacy, nama perjuangan itu. Soegija juga memindahkan Keuskupan Semarang ke Yogyakarta sebagai bentuk solidaritas atas kepindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.

Sejumlah pelayat yang datang berlatar belakang beragam agama, pekerjaan atau profesi. Ada banyak pelayat berjilbab, mengenakan kopiah yang datang di antara orang-orang yang memadati Padepokan Bagong. Ada sejumlah seniman Yogyakarta yang datang melayat di antaranya Ugo Untoro dan Heri Pemad.

Jalan masuk di gang menuju Padepokan Bagong penuh bunga dan tanda ucapan berduka. Jalanan di sekitar padepokan juga penuh pelayat dan macet.

SHINTA MAHARANI

Shinta Maharani

Lulus dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Yogyakarta. Menjadi Koresponden Tempo untuk wilayah Yogyakarta sejak 2014. Meminati isu gender, keberagaman, kelompok minoritas, dan hak asasi manusia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus