Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kaya akan budaya dan tradisi. Salah satu bentuk kekayaan budaya milik negeri zamrud khatulistiwa ini adalah upacara adat yang dilakukan oleh berbagai suku dan daerah di seluruh nusantara. Upacara adat merupakan ritual yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperingati atau merayakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan mereka, seperti kelahiran, kematian, pernikahan, panen, atau hari besar agama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Upacara adat biasanya dilakukan dengan cara yang khas dan unik sesuai dengan adat istiadat dan kepercayaan masing-masing suku atau daerah. Sebelum mengunjungi beberapa tempat wisata pastikan untuk memahami adat istiadat hingga tradisi yang dimiliki. Sebab itu, mari ketahui 10 upacara adat tradisional yang ada di Indonesia berikut ini.
1. Upacara Metatah di Bali
Sebuah tradisi mengikir enam gigi rahang atas, empat gigi seri dan dua gigi taring, yang dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan Bali ketika sudah beranjak dewasa disebut sebagai upacara metatah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tujuan dari upacara ini adalah untuk menghilangkan sifat-sifat negatif atau Sad Ripu yang ada dalam diri manusia, seperti nafsu, marah, tamak, iri, sombong, dan mabuk. Upacara Metatah di Bali dilakukan dengan cara mengundang seorang pendeta Hindu yang akan membaca mantra-mantra sambil mengikir gigi peserta upacara dengan alat khusus yang disebut Sanggah Cucuk.
Selanjutnya dilakukan proses pengikiran gigi yang berlangsung selama 15 menit hingga satu jam, tergantung dari jumlah gigi yang diikir. Setelah selesai, peserta upacara akan diberikan obat kumur dan perawatan gigi.
2. Upacara Tatung di Kalimantan Barat
Ritual pemberantasan hama dan penyakit yang dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan Barat disebut sebagai upacara Tatung. Dalam upacara ini, para Tatung atau dukun akan melakukan aksi-aksi spektakuler seperti menusuk tubuh dengan senjata tajam, berjalan di atas api, atau mengangkat beban berat tanpa merasa sakit.
Upacara tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada roh-roh leluhur. Biasanya dilakukan dengan cara mempersiapkan tempat upacara berupa lapangan terbuka atau rumah adat. Kemudian, para Tatung akan memasuki kondisi trance atau kesurupan dengan bantuan musik tradisional dan minuman keras. Setelah itu, mereka akan menunjukkan kekuatan gaib mereka dengan melakukan berbagai aksi yang menakjubkan sekaligus menyeramkan.
3. Pesta Bakar Batu di Papua
Warga menggelar pesta adat bakar batu untuk merayakan medali emas yang diraih tim sepak bola putri Papua, di Kabupaten Merauke, Papua, Rabu, 13 Oktober 2021. Pesta bakar batu adalah ritual memasak bersama-sama warga satu kampung. ANTARA/Galih Pradipta
Bersyukur dan bersilaturahmi yang dilakukan oleh masyarakat Papua merupakan bagian dari tradisi Pesta Bakar Batu di Papua. Dalam pesta ini, mereka akan membakar babi dan makanan lainnya dengan menggunakan batu-batu panas yang ditata di dalam lubang tanah.
Pesta ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan kekompakan dan kebersamaan antara anggota masyarakat. Pesta Bakar Batu dilakukan dengan cara menggali lubang tanah yang cukup besar dan dalam untuk menampung batu-batu panas dan makanan. Kemudian, batu-batu tersebut akan dipanaskan di atas api hingga merah menyala.
Kemudian beberapa makanan seperti babi, ubi, pisang, sayuran, dan lainnya akan dibungkus dengan daun pisang dan diletakkan di atas batu-batu panas tersebut. Lalu, lubang tanah tersebut akan ditutup dengan daun-daun besar dan tanah untuk menjaga panasnya. Setelah beberapa jam, makanan tersebut akan matang dan siap disantap bersama-sama.
Selanjutnya Peusijuek di Aceh
4. Peusijuek di Aceh
Masyarakat Aceh memiliki tradisi berupa ucapan syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan dengan melakukan Peusijuek. Upacara tersebut biasanya dilakukan dalam acara-acara penting seperti pernikahan, rumah baru, naik haji, atau kelahiran anak.
Dalam upacara Peusijuek, pemimpin adat akan menyiramkan air beras kuning ke kepala peserta upacara sambil membaca doa. Awalnya dilakukan dengan cara mempersiapkan air beras kuning yang dibuat dari beras putih, kemudian dicuci bersih dan direbus dengan kunyit hingga berwarna kuning.
Setelahnya, air beras kuning tersebut akan disimpan dalam tempayan atau kendi yang ditutup dengan kain putih bersih. Pemimpin adat akan membawa tempayan tersebut ke tempat upacara dan menyiramkan air beras kuning ke kepala peserta upacara sambil membaca doa. Upacara Peusijuek bertujuan untuk membersihkan diri dari segala kotoran dan dosa, serta memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan.
5. Upacara Yadnya Kasada di Jawa Timur
Meminta pengampunan dan kesuburan dilakukan oleh suku Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo disebut sebagai upacara Kasada. Upacara tersebut dilakukan setiap bulan Kasada atau bulan kesepuluh dalam penanggalan Tengger.
Kegiatan upacara ini dimulai dari para peserta akan melemparkan sesaji seperti sayuran, buah-buahan, hasil ternak, atau uang ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai persembahan kepada Dewa Brahma.
Upacara Yadnya Kasada dilakukan dengan cara mempersiapkan sesaji yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan masing-masing peserta. Kemudian, para peserta akan berangkat menuju Gunung Bromo dengan berjalan kaki atau menunggang kuda pada tengah malam.
Setelah sampai di puncak gunung, mereka akan melemparkan sesaji mereka ke dalam kawah gunung sambil berdoa dan memohon pengampunan dan kesuburan kepada Dewa Brahma. Upacara Yadnya Kasada bertujuan untuk menghormati leluhur yang diyakini sebagai keturunan Dewa Brahma, serta untuk menjaga keseimbangan alam dan manusia.
Masyarakat suku Tengger melarung sesajennya berupa hasil pertanian ke kawah Gunung Bromo pada upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu, 30 Juni 2018. Biasanya, masyarakat suku Tengger akan melarung berbagai sesajen yang didominasi hasil pertanian. ANTARA
6. Mekikuwa di Sulawesi Utara
Dilakukan oleh masyarakat Manado sebagai ungkapan syukur atas pemeliharaan Tuhan sepanjang tahun. Upacara Mekikuwa biasanya terjadi pada akhir tahun atau menjelang tahun baru. Dalam upacara ini, para peserta akan menyanyikan lagu-lagu rohani sambil menyalakan lilin dan kembang api.
Upacara tersebut dilakukan dengan cara mempersiapkan lilin dan kembang api yang akan digunakan dalam upacara. Kemudian, para peserta akan berkumpul di tempat upacara yang biasanya berupa gereja, rumah, atau lapangan terbuka. Kemudian menyanyikan lagu-lagu rohani sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.
Selepas berdoa, mereka menyalakan lilin dan kembang api sebagai simbol cahaya dan kegembiraan. Upacara ini bertujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas segala berkat yang diberikan sepanjang tahun, serta memohon perlindungan dan petunjuk untuk tahun berikutnya.
7. Upacara Dahau di Kalimantan Timur
Upacara adat untuk memberikan nama kepada anak yang masih keturunan bangsawan disebut Dahau. Upacara ini terjadi di Kalimantan Timur dan berlangsung selama satu bulan dengan berbagai ritual seperti mandi bersama, memotong rambut, memakai pakaian adat, dan mengucapkan sumpah setia kepada raja.
Tujuan acara tersebut untuk menjaga kehormatan dan keutuhan kerajaan Kutai. Upacara ini dilakukan dengan cara mempersiapkan anak yang akan diberi nama dengan cara membersihkan tubuhnya dengan air suci, memotong rambutnya sesuai dengan adat, dan memberinya pakaian adat yang indah.
Kemudian, anak tersebut akan dibawa ke istana raja untuk diberi nama oleh raja sendiri atau wakilnya. Selepas itu, anak tersebut akan mengucapkan sumpah setia kepada raja sebagai tanda pengakuan sebagai bagian dari kerajaan Kutai.
8. Upacara Ngaben di Bali
Umat Hindu mengarak peti berbentuk lembu untuk tempat pembakaran jenazah Raja Pemecutan XI Anak Agung Ngurah Manik Parasara saat upacara ngaben di Denpasar, Bali, Jumat 21 Januari 2022. Upacara ngaben Raja Pemecutan XI yang merupakan upacara berskala besar tersebut disaksikan ribuan warga dan wisatawan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Tradisi yang berkaitan dengan kematian dan pembakaran jenazah di Bali disebut sebagai Ngaben. Upacara ini bertujuan untuk melepaskan roh dari ikatan duniawi dan mengantarkannya ke alam baka. Dalam upacara Ngaben, jenazah akan dibawa ke tempat pembakaran dengan menggunakan bade atau tandu berbentuk menara dari binatang mitologi.
Bade tersebut diangkut oleh sejumlah orang yang berjalan dengan irama tertentu sambil diiringi oleh gamelan. Setelah sampai di tempat pembakaran, jenazah akan dipindahkan dari bade ke lembu atau nandi yang terbuat dari jerami, kayu, dan kertas. Lembu atau nandi ini berfungsi sebagai tempat pembakaran jenazah yang melambangkan kendaraan Dewa Siwa.
Lembu diletakkan tepat di atas tumpukan kayu bakar yang disiapkan sebelumnya. Kemudian, pemimpin upacara akan menyalakan api dengan obor sambil membaca mantra. Setelah jenazah terbakar, abunya akan dihanyutkan ke laut atau sungai sebagai simbol pelepasan roh ke alam baka.
9. Ngebabali di Lampung
Apabila membuka lahan baru untuk berladang atau membangun rumah baru, masyarakat Lampung biasanya melakukan upacara Ngebabali. Upacara tersebut bertujuan untuk meminta izin dan restu kepada roh-roh penunggu alam.
Dalam upacara ini, pemimpin adat akan membacakan mantra sambil menyembelih ayam dan menyiramkan darahnya ke tanah. Ngebabali dilakukan dengan cara mempersiapkan ayam yang akan disembelih dengan cara membersihkan bulunya dan mengikat kakinya.
Kemudian, pemimpin adat akan membawa ayam tersebut ke tempat upacara dan membacakan mantra yang berisi permohonan izin serta restu kepada roh-roh penunggu alam sambil menyembelih ayam dengan pisau tajam. Kemudian darah ayam tersebut akan disiramkan ke tanah sebagai tanda pengorbanan dan penghormatan.
10. Pesta Rakyat di Jakarta
Jakarta juga memiliki upacara adat yang disebut sebagai pesta rakyat, yakni tradisi untuk merayakan hari ulang tahun kota Jakarta. Upacara tersebut biasanya dilakukan pada tanggal 22 Juni setiap tahunnya.
Dalam Pesta Rakyat, berbagai macam acara digelar seperti pawai budaya, festival kuliner, konser musik, dan karnaval. Upacara ini dilakukan dengan cara mempersiapkan berbagai macam atribut dan perlengkapan yang akan digunakan dalam acara pesta.
Kemudian, para peserta akan berkumpul di tempat-tempat tertentu yang telah ditentukan untuk mengikuti sesuai dengan jadwalnya. Setelah itu, mereka akan menampilkan berbagai macam kreativitas dan ekspresi budaya beraneka ragam.
NUR QOMARIYAH
Pilihan Editor: Melihat Tradisi Maulid Adat Bayan yang Sakral di Lombok Utara