Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

8 Bandara Ini Bikin Pilot dan Penumpang Tegang saat akan Mendarat

Bandara didesain dengan infrastruktur yang kuat, seperti alat bantu visual dan peringatan, juga landasan pacu yang memadai. Tapi 8 bandara ini tidak.

2 September 2023 | 09.00 WIB

Pesawat Boeing yang hendak mendarat di Bandara Paro, Bhutan (20/5). Bandara ini kecil terletak di antara pegunungan Himalaya, berada 1,5 mil di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh puncak tajam hingga 18.000 kaki. (dailymail)
Perbesar
Pesawat Boeing yang hendak mendarat di Bandara Paro, Bhutan (20/5). Bandara ini kecil terletak di antara pegunungan Himalaya, berada 1,5 mil di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh puncak tajam hingga 18.000 kaki. (dailymail)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat tergolong moda transportasi yang paling aman. Kemungkinan terjadinya kecelakaan komersial besar sangatlah rendah, sekitar satu dari 6 juta, menurut laporan keselamatan Asosiasi Transportasi Udara Internasional pada 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Laporan tersebut mengungkapkan hanya ada lima kecelakaan fatal di antara 32,2 juta penerbangan komersial pada tahun 2022. Rekor yang mengesankan ini berkat meningkatnya fokus pada keselamatan penerbangan selama beberapa dekade, salah satunya ada di bandara. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bandara didesain dengan infrastruktur yang kuat, seperti alat bantu visual dan peringatan, juga landasan pacu yang memadai. Namun, ada beberapa bandara yang memiliki teknologi minim dan sangat berbahaya baik untuk lepas landas dan mendarat. Bukan hanya penumpang, pilot pun tegang jika terbang dari maupun ke bandara ini. Hanya segelintir penerbang yang diperbolehkan terbang ke sana. 

Berikut delapan bandara paling menantang di dunia untuk mengoperasikan pesawat.

1. Bandara Barra di Skotlandia

Bandara Barra terletak di sebuah pulau kecil di lepas pantai barat Skotlandia di wilayah yang dikenal sebagai Kepulauan Barra dan Vatersay. Karena wilayahnya yang terpencil dan permintaan yang rendah, bandara ini hanya memiliki menara kendali dan terminal kecil, namun tidak ada ruang untuk landasan pacu sebenarnya.

Pesawat mendarat di tiga jalur pasir segitiga yang terletak di sepanjang perairan Pantai Traigh Mhor, memungkinkan pesawat mendarat ke segala arah tergantung angin. Hal ini membuat penerbangan ke sana menjadi sangat sulit.

Menurut Forbes, landasan pacu hanya berada lima kaki di atas permukaan laut dan hilang sama sekali saat air pasang, sehingga pilot harus waspada terhadap cuaca yang tidak terduga dan perubahan kondisi air pasang.

2. Bandara Internasional Paro di Bhutan

Bandara Internasional Paro di Bhutan adalah salah satu bandara paling rumit secara geografis di dunia. Terletak di lembah antara puncak setinggi 18.000 kaki (5.486 meter  di atas permukaan laut) dan pepohonan hutan lebat, hanya beberapa lusin pilot yang dilatih khusus untuk terbang masuk dan keluar, dan penerbangan hanya diperbolehkan pada siang hari.

Menurut Forbes, ada beberapa faktor yang membuat pendekatan ini sangat berbahaya, termasuk tikungan curam 45 derajat menuju landasan pacu, bahkan pilot tidak dapat melihatnya sampai beberapa saat sebelum mendarat di lapangan terbang. Landasan pacunya juga sangat pendek, hanya 6.500 kaki (1981 meter), yang berarti pesawat berbadan sempit yang terbang ke dan dari bandara harus beroperasi dalam parameter kecepatan dan ketinggian yang ketat. Selain itu, bandara ini tidak memiliki sistem radar yang dapat membantu memandu pesawat, sehingga penerbang harus mengandalkan mata dan pelatihan mereka.

Saat ini, hanya dua maskapai penerbangan yang terbang ke Bandara Paro: maskapai penerbangan milik negara Drukair Royal Bhutan Airlines dan milik swasta Bhutan Airlines, keduanya menerbangkan Airbus A319.

3. Bandara Juancho E Yrausquin di Dutch Caribbean

Landasan pacu komersial terpendek di dunia terletak di pulau Saba, Dutch Caribbean. Dengan luas lahan yang hanya seluas lima mil persegi dan sedikit area datar, jalur pendaratan aspal bandara ini hanya membentang sekitar seperempat mil, dengan panjang hanya 1.300 kaki (396 meter).

Mirip dengan Bandara Paro, hanya sejumlah penerbang terpilih yang dilatih untuk terbang masuk dan keluar Saba. Satu-satunya maskapai penerbangan dengan penerbangan terjadwal adalah Winair yang berbasis di Sint Maarten menggunakan de Havilland Canada DHC-6 Twin Otter.

4. Bandara Internasional Courchevel di Pegunungan Alpen Prancis

Bandara Internasional Courchevel di Pegunungan Alpen Prancis menyediakan akses ke salah satu tujuan ski paling mewah di dunia, namun hanya pilot yang terlatih khusus yang dapat ke sini karena kemiringan bandara dan landasan pacu pendek sepanjang 1.700 kaki (518 meter).

Bentang alamnya pun tidak bersahabat, ditambah dengan kurangnya lampu atau sistem panduan di bandara. Penerbangan hanya dapat dilakukan dalam kondisi cuaca cerah.  Satu-satunya maskapai penerbangan terjadwal yang terbang ke bandara ini adalah Alpine Airlines Perancis, yang menggunakan pesawat Vulcanair P68 Turbo Observer. 

5. Landasan Pacu Phoenix di Antartika

Sebagian besar orang yang ke Antartika pergi dengan kapal pesiar Australia atau Argentina. Sebenarnya ada pesawat yang kesana, namun sangat menantang. Ada beberapa landasan pendaratan darurat yang tersedia di Antartika, tapi yang dianggap paling berbahaya adalah Phoenix Runway, yang disertifikasi untuk Program Antartika  Angkatan Udara AS. Landasannya berupa es tetapi sekeras beton. Landasan ini hampir tidak punya lampu, padahal di sana gelap sepanjang hari di bulan musim dingin. Pilot terkadang sangat bergantung pada instrumen kokpit yang tidak memiliki petunjuk visual di luar.

6. Bandara Internasional Toncontin di Honduras

Untuk mencapai ibu kota Honduras, Tegucigalpa, pilot harus terlebih dahulu melakukan manuver melalui daerah pegunungan sebelum berbelok tajam dan turun tajam ke Bandara Internasional Toncontin yang mirip dengan kondisi di Bhutan. Landasan pacu yang pendek sepanjang 7.100 kaki (2.164 meter) membuat pesawat berisiko melampaui landasan pendaratan.

7. Bandara Internasional Princess Juliana di St. Maarten

Pendaratan di Bandara Internasional Princess Juliana  di pulau Sint Maarten di Karibia tidak hanya berbahaya bagi mereka yang berada di darat (sering jadi tontonan wisatawan), namun landasan pacu sepanjang 7.100 kaki (2.164 meter). Namun, maskapai penerbangan tampaknya mampu mengatasi masalah ini mengingat pesawat sebesar Boeing 747 telah rutin terbang ke bandara itu untuk membawa turis.

8. Bandara Tenzing-Hillary (Bandara Lukla) di Nepal

Secara resmi bernama Bandara Tenzing-Hillary, Lukla adalah pintu gerbang ke Gunung Everest. Ratusan pendaki melakukan perjalanan melalui bandara ini untuk menuju basecamp.

Pilot harus berjalan zig-zag di antara puncak, salah satunya adalah gunung tertinggi di dunia, untuk turun ke landasan terbang satu arah setinggi 1.700 kaki (518 meter). Bandara ini memiliki infrastruktur yang minim untuk membantu pilot. 

Ditambah lagi, bandara ini terletak di ketinggian sekitar 10.000 kaki (3048) di mana kepadatan udaranya kurang. Hal ini dapat berdampak pada kinerja pesawat dan mempersulit pilot untuk mengendalikan pesawatnya.

INSIDER

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus