Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

10 April 2024 | 20.06 WIB

Candi Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja, (1/12). Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12, dan kini menjadi tujuan wisata di Kamboja. ANTARA/Wahyu Putro A
Perbesar
Candi Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja, (1/12). Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12, dan kini menjadi tujuan wisata di Kamboja. ANTARA/Wahyu Putro A

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah video memperlihatkan bayi kera meronta dan menggeliat saat mencoba melarikan diri dari pria yang menyiksanya. Pria itu memegang lehernya di atas tangki beton lalu berulang kali menyiramnya dengan air. Dalam klip video lainnya, seseorang memainkan alat kelamin kera jantan yang sedang duduk di atas balok batu kapur dari sebuah kuil kuno untuk membuatnya bergairah di depan kamera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Penyiksaan terhadap monyet itu terjadi di Situs Warisan Dunia UNESCO Angkor di barat laut Kamboja. Selama ini, penyiksaan terhadap monyet tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak. Para pembuat video online melakukan cara apa pun untuk menarik perhatian pemirsa demi cuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari CBS News, Long Kosal, juru bicara APSARA, kantor pemerintah Kamboja yang mengawasi situs arkeologi Angkor, mengatakan bahwa monyet seharusnya hidup di alam liar, tempat mereka seharusnya hidup. Namun saat ini monyet diperlakukan seperti hewan peliharaan. "Mereka membuat konten untuk mendapatkan uang dengan mendapatkan penonton di YouTube, jadi ini adalah masalah yang sangat besar bagi kami," kata dia. 

APSARA mengaku kesulitan menghentikan para YouTuber itu, namun mereka telah membuka penyelidikan dengan Kementerian Pertanian untuk mengumpulkan bukti. Jika sudah cukup, mereka akan mengambil tindakan hukum terhadap para pelaku kekerasan tersebut.

“Kalau kita bisa membangun kasus, mereka pasti ditangkap,” katanya. “Setiap pelaku kekerasan terhadap hewan akan dihukum berat berdasarkan hukum di Kamboja.”

Perilaku binatang berubah

Penyiksaan terhadap monyet ini membuat perilaku binatang itu berubah. Baru-baru ini di luar Kuil Bayon yang terkenal sebagai peninggalan dari abad ke-12 di Angkor, setidaknya selusin YouTuber berkerumun di sekitar sekelompok kecil kera ekor panjang. Mereka mendekat untuk mengambil foto seorang ibu monyet dengan bayi di punggungnya dan mengikutinya kemana pun dia bergerak.

Monyet-monyet liar itu memakan pisang yang dilemparkan oleh para YouTuber dan minum air dari botol plastik. 

Seorang sipir APSARA berkemeja biru melihat namun mereka yang merekamnya tidak terpengaruh. Mengambil video monyet saja tidak apa-apa, tapi memberi makan mereka tidaklah disarankan. Alasannya, kebiasaan ini membuat mereka bergantung pada bantuan, dan interaksi dekat dengan manusia membuat mereka semakin agresif terhadap wisatawan.

“Para turis membawa makanan mereka, dan mereka akan merampas makanan tersebut,” kata Long Kosal, sambil membuka-buka beberapa foto di telepon genggamnya mengenai luka-luka yang baru-baru ini disebabkan oleh kera. “Jika turis menolak, mereka akan menggigit dan ini sangat berbahaya.”

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus