Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivitas paling disenangi wisatawan saat berkunjung ke Malioboro, Yogya pada malam hari adalah duduk bersantai menikmati jalanan, berjalan jalan di pedestriannya, juga berbelanja. Namun belakangan sempat muncul keluhan aktivitas bersantai di Malioboro saat malam itu mulai terganggu akibat banyaknya pengamen yang datang silih berganti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahkan, ada pengamen yang terindikasi dalam kondisi terpengaruh minuman keras saat sedang mengamen sehingga membuat resah pengunjung. "Akhir-akhir ini keluhan soal (pengamen di Malioboro) memang agak tinggi, wisatawan mulai merasa terganggu," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kota Yogyakarta Ekwanto, Rabu, 14 Juni 2023.
Jumlah Pengamen di Malioboro
Ekwanto menuturkan, lonjakan jumlah pengamen paling tinggi di Malioboro terutama saat akhir pekan dan long weekend. Sempat muncul di media sosial keluhan warga yang mengungkap dalam waktu 15 menit ia dan rekan rekannya didatangi lima pengamen berbeda sehingga sangat mengganggu aktivitas bersantainya di Malioboro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dari penelusuran petugas, kadang-kadang ada pengunjung berkelompok sedang duduk-duduk didatangi dua kelompok pengamen bersamaan, dua-duanya minta (uang), yang seperti itu biasanya terindikasi minum (mabuk)," kata Ekwanto.
Petugas UPT mengaku sudah bergerak untuk memantau dan menindak sebagian pengamen yang meresahkan ini. Mereka biasanya banyak beroperasi pukul 16.00 WIB ke atas. "Kami sudah mulai meningkatkan intensitas operasi, untuk memantau pergerakan pengamen ini, terutama saat akhir pekan dan libur panjang," kata Ekwanto.
Pengamen yang Mabuk dan Memeras Diusir dari Malioboro
Ekwanto menambahkan, petugas UPT tak segan untuk mengusir para pengamen yang dinilai meresahkan, seperti bekerja sambil mabuk dan mengarah ke pemerasan. "Jika menemukan yang seperti itu langsung kami minta keluar dari kawasan Malioboro, tidak ada ampun," kata Ekwanto.
Beberapa tindakan untuk menertibkan pengamen yang dilaporkan meresahkan oleh pengunjung di Malioboro itu, kata dia, masih cukup lunak. "Kami biasanya tidak menangkap lalu mengusir pengamen yang dilaporkan atau terpantau meresahkan, hanya alat kerjanya seperti gitarnya kami sita," ujarnya.
UPT, kata Ekwanto, melakukan pengawasan ketat terhadap aktivitas pengamen tak hanya di Malioboro, tapi juga dari Tugu Yogya sampai Titik Nol Kilometer. Tempat-tempat kerap menjadi tempat beraktivitasnya wisatawan. "Ada 40-50 petugas di sepanjang kawasan itu yang beroperasi dalam tiga shift selama 24 jam," kata dia. Rata-rata pengamen yang terjaring operasi itu dari Yogyakarta, tapi ada juga dari luar.