Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu spot paling padat di Yogyakarta saat akhir pekan atau masa libur panjang adalah kawasan pusat perbelanjaan atau mal. Namun, belakangan, banyak sorotan di media sosial kondisi mal di berbagai kota yang sepi pengunjung diduga akibat maraknya aktivitas di platform belanja online.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Fenomena ini pun disiasati kalangan pengelola gerai pusat belanja di Yogyakarta dengan menyediakan ruang-ruang live streaming di dalam gerainya. Cara ini diharapkan mendongkrak penjualan sehingga mal dapat terus bertahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kami sengaja memberi ruang-ruang khusus untuk live streaming agar pengunjung dan wisatawan yang berbelanja mendapat pengalaman unik menonton live streamer ketika sedang mengulas suatu produk," ujar Ivan Kurniawan, Chief Operating Officer Torch yang gerainya berada di Jogja City Mall (JCM) Yogyakarta, Jumat, 1 September 2023.
Ivan menuturkan dari pengalaman unik itu, wisatawan akan semakin yakin soal kualitas produk yang aman mereka beli sehingga mereka lebih mantap berbelanja.
"Hadirnya live streaming di dalam area offline store ini kami harap juga menjadi ruang talent-talent lokal di Yogyakarta dan sekitarnya berkarya menyalurkan kemampuannya dalam me-review suatu produk," kata Ivan.
Ivan menuturkan munculnya ide menyediakan ruang live straming di area gerai ini dilatari munculnya fenomena pusat belanja yang sepi akibat serbuan platform belanja online.
Perubahan dan pergerakan budaya yang dinamis di masyarakat itu, menurut dia, membuat kalangan pengelola gerai di pusat belanja harus lebih kreatif agar busa mengikuti perubahan tersebut.
"Fenomena berbelanja secara online sudah menjadi budaya populer di Indonesia, sehingga pengelola gerai harus lebih kreatif agar tak sepi kunjungan," kata dia.
Meski demikian, Ivan menambahkan, tak cukup hanya mengandalkan layanan live streaming. Konsumen juga perlu mendapatkan berbagai kemudahan misalnya bisa memesan produk secara online dan mengambil produknya langsung di offline store atau gerai yang ada.
"Selain itu, konsumen bisa berbelanja secara online untuk dikirimkan ke alamat tertentu dengan pengiriman lokal sehingga produk sampai lebih cepat," kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Rahardjo sebelumnya menuturkan Yogyakarta saat ini tengah giat mewujudkan konsep pariwisata berkualitas atau quality tourism.
"Quality tourism tidak lagi sekedar melihat jumlah wisatawan sebagai indikator utama keberhasilan pariwisata tapi lebih mengedepankan pengalaman wisatawan dengan indikator lama tinggal dan berapa uang yang dibelanjakan selama berlibur," kata dia.
Dinas Pariwisata DIY mencatat, berkaca dari masa libur panjang Lebaran 2023, perputaran uang di DIY diperkirakan sebesar Rp 1,98 triliun. Asumsi pengeluaran rata-rata wisatawan sebesar Rp 1,2 juta per orang selama di Yogyakarta.
PRIBADI WICAKSONO