Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semenjak dirinya memberikan golden buzzer kepada Putri Ariani, nama Simon Cowell semakin banyak menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Diketahui, selepas acara tersebut akun media sosial Simon juga sangat ramai berisikan ucapan terimakasih dari netizen Indonesia karena telah mempermudah jalan salah satu anak bangsa dalam ajang pencarian bakat bergengsi di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siapa sangka, eksekutif rekaman Inggris tersebut sedang merayakan hari ulang tahunnya pada hari ini, Sabtu 7 Oktober 2023. Pria yang tepat pada hari ini telah genap berusia 64 tahun ini merupakan tokoh yang dikenal karena kritik tajamnya terhadap kontestan di acara-acara pencarian bakat yang digawanginya. Berikut adalah profil perjalanan kesuksesannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Britanica.com, Simon diketahui telah meninggalkan sekolah sejak berumur 16 tahun. Ia kemudian dipekerjakan untuk bekerja di ruang surat di EMI Music Publishing dan akhirnya pada tahun 1979 diberi kesempatan untuk menemukan artis yang akan menyanyikan lagu-lagu yang baru diterbitkan.
Kemudian, pada 1985 ia dan rekannya membentuk Fanfare Record yang menikmati beberapa kesuksesan sebelum ditutup pada tahun 1989. Lebih lanjut, pada tahun-tahun itu BMG Record mempekerjakan Simon sebagai artis dan konsultan repertoar. Kesuksesannya dalam bekerja dengan BMG Record menjadikan Simon sebagai orang yang memberi pengaruh kuat dalam musik populer.
Setelah ia menyaksikan kesuksesan dan popularitas serial televisi Inggris Popstars (2000), sebuah reality show yang dibangun berdasarkan persaingan aksi musikal, Simon bersama rekannya Simon Fuller memiliki ide untuk mengembangkan acara yang serupa. Dengan latar belakang keduanya yang sama-sama produser musik dan televisi keduanya mulai mengembangkan format acara tersebut selangkah lebih jauh dengan memungkinkan pemirsa memilih pemenang di babak final, Pop Idol (2001-2003).
Fox Broadcasting Company kemudian mengimpor acara tersebut bersama dengan Simon sebagai juri ke Amerika Serikat dan ditayangkan perdana pada 2002 sebagai Idola Amerika. Acara ini langsung menjadi populer, dan menjadi acara televisi Amerika dengan rating tertinggi. Popularitas ini sebagian besar disebabkan oleh sikap pedas Simon saat mengomentari para kontestan dan bahkan kadang-kadang sesama juri.
Pada tahun 2004, Simon kembali memimpin sebuah ajang pencarian bakat The X Factor. Acara ini diproduksi Simon bersama dengan perusahaannya, Syco productions dan mulai ditayangkan pada televisi Inggris. Dua tahun kemudian, acara ini memenangkan penghargaan untuk program hiburan terbaik di Akademi Seni Film dan Televisi Inggris. Selanjutnya pada 2006 ia menjadi produser eksekutif dari tiga acara baru Amerika yakni American Inventor (2006-2008), America’s Got Talent (2006), dan Celebrity Duets (2006).
Pada tahun selanjutnya, ia juga menjadi produser eksekutif Grease Is The Word, sebuah reality show untuk mencari bintang berikutnya untuk kebangkitan musikal Grease di Inggris. Pada tahun itu juga, Simon meresmikan acara baru bertajuk Britain’s Got Talent, dimana ia menjabat sebagai juri. Pada Mei 2010, Simon meninggalkan American Idol untuk mengerjakan The X Factor versi Amerika serikat (2011-2013).
Setelah pembatalan acara tersebut, ia kemudian kembali menjadi pembawa acara versi Inggris, yang berakhir pada tahun 2018. Selanjutnya ia menciptakan acara baru bertajuk The Greatest Dancer (2019), dan hingga kini aktif menjadi juri dalam berbagai acara pencarian bakat termasuk America's Got Talent yang diikuti oleh Putri Ariani.