Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Petilasan Sunan Amangkurat I di Tegal, Jawa Tengah, hingga kini masih kerap didatangi untuk ritual ngalap berkah. Lokasinya berada di Tegalwangi atau Tegalarum, Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amangkurat I yang bernama lahir Raden Mas Sayyidin, merupakan putra mahkota dari Sultan Agung Hanyakrakusuma, penguasa Kerajaan Mataram Islam, yang lahir pada tahun 1619 dari permaisuri keduanya, Raden Ayu Wetan. Dia adalah cicit dari Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makam raja Jawa Amangkurat I terletak di area Tegal Arum, Pedukuhan Pekuncen Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Dukuh Pekuncen ini berada di sebelah Timur dan berbatasan dengan Desa Lemahduwur di sebelah Barat, Dukuh Kesamben di sebelah Selatan, serta Desa Kebasen, Kecamatan Talang, di sebelah Utara. Jaraknya sekitar 7 km dari Kota Tegal atau sekitar 700 meter dari Jalan Raya Slawi – Tegal.
Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno berziarah ke makam Tegal Arum KSN. Hamangkurat Agung di Desa Pesarean, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin, 11 Februari 2019. ANTARA
Ada gapura desa di Jalan Raya jurusan Tegal – Slawi yang menandai lokasi makam Raja KS Hamangkurat Mataram (1646 – 1677) di Tegalarum. Ketika memasuki Desa Pesarean, terlihat pohon asam besar di tengah tanah lapang depan SD Negeri Pesarean 01, berdampingan dengan pagar keliling makam Amangkurat I yang menjadi tempat aktivitas masyarakat.
Ada tiga kawasan yang harus dilewati sebelum masuk ke dalam makam, masing-masing dengan pagar keliling berbata jumbo dan gapura ala gerbang keraton. Semua pintu terbuat dari jati pilihan dengan warna aslinya, dan baik gapura maupun tembok keliling sudah direnovasi dengan cat natural, mirip bangunan candi.
Di kawasan pertama, terdapat tanah kosong melompong dengan papan nama "Hastana Sunan Hamangkurat Agung, Raja Mataram 1646–1677, Pesarean Tegalarum Kabupaten Tegal". Di kawasan kedua, ada gapura dan daun pintu serupa, dengan tiga bangunan rumah yang dibiarkan terbengkalai, serta nisan di pemakaman umum dan sebuah paseban di antara pepohonan salak, mangga, dan turi berbunga merah hati.
Ketika memasuki area makam, suasana sepi dan hening terasa. Aroma bunga kantil dan kamboja merah tercampur dengan aroma hio, ditiup angin yang menggerakkan dedaunan. Di depan mata terlihat pusara yang berderet, dinaungi bangunan yang mirip joglo. Di tengah kesunyian, terdengar suara dari seorang lelaki yang duduk di atas pusara, tanpa mengenakan baju, sambil memegang sapu lidi dan bersandar di batu nisan.