Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Melihat dari Dekat Oryx, Satwa Nasional Uni Emirat Arab yang Hidup di Gurun Pasir Dubai

Pada 1970-an, oryx hampir punah sampai harus dikembangbiakkan di Amerika Serikat. Kini mereka dilindungi dan hidup di gurun pasir Dubai.

4 Juli 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Melipir jauh dari pusat kota Dubai yang berisi gedung-gedung megah, ada gurun pasir luas dengan sejarah dan keindahan yang unik. Di gurun ini, wisatawan bisa merasakan pengalaman berbeda. Salah satunya melihat oryx, hewan nasional Uni Emirat Arab yang sempat nyaris punah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam perjalanan ke Dubai Maret lalu, Tempo.co dan empat jurnalis Indonesia yang diundang Department of Economy and Tourism (DET) of Dubai mengunjungi gurun ini. Nikki, pemandu dari Patinum Heritage, salah satu operator tur di gurun pasir Dubai, mengajak kami naik Land Rover klasik dengan bak terbuka membelah gurun di pagi hari dan singgah di tempat hidup oryx.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nikki menjelaskan bahwa gurun pasir ini merupakan bagian dari Dubai Desert Conservation Reserve atau DDCR, cagar alam dengan luas total 225 kilometer persegi. DDCR merupakan bagian dari Rub al-Khali atau Empty Quarter, gurun pasir terbesar di dunia yang luasnya mencapai 650.000 kilometer persegi yang berada di Arab Saudi, Oman, Yaman, dan Uni Emirat Arab. 

Hampir Punah 

Oryx mirip dengan rusa, tetapi tanduknya lurus dan lancip. Di gurun ini, oryx hidup di area khusus yang dipagari dengan kawat. Sangat luas. Beda dengan tempat lain padang pasir ini yang ditumbuhi rumput pada musim ini, kandang oryx ini bersih. Ini karena oryx memakan rumput-rumput yang tumbuh di sana. 

Pada 1970-an, kata Nikki, oryx hampir punah dan hanya beberapa yang tersisa di alam liar. Menyadari bahaya yang mengancam, pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) pun mengirim oryx ke Phoenix di Arizona, Amerika Serikat, untuk dikembangbiakkan. 

"Setelah 10 tahun, program breeding ini sukses. Lalu mereka membawanya pulang ke sini dan memperkenalkannya kembali ke alam liar," kata Nikki, yang menghentikan Land Rover-nya tepat di samping kandang luas oryx. 

Tak semuanya di lepaskan di alam liar. Sebagian lagi berada di tempat yang dilindungi untuk memastikan mereka bebas dari ancaman. Di konservasi, mereka bisa hidup 15-20 tahun, sedangkan di alam liar rata-rata hanya bisa bertahan 5-10 tahun. 

"Kalau di alam liar, mereka akan bertemu banyak predator. Dan predator utamanya adalah manusia. Dulu, manusia memburunya untuk dimakan. Tapi sekarang, berburu binatang apa pun di UEA termasuk aktivitas ilegal," Nikki menjelaskan. 
Oryx juga menjadi binatang nasional beberapa negara Arab, seperti Qatar, Bahrain, Yordania, dan Oman. 

Populasi di Gurun Dikontrol

Meski dilindungi, populasi mereka kini Dubai Desert Conservation Reserve kini dikontrol. Alasannya, jika terlalu banyak, mereka bisa terancam kekurangan makanan di gurun. Itu sebabnya, sebagian oryx dilepaskan di alam liar. Saat ini populasi oryx di DDCR sekitar 850 ekor. Untuk mengontrol populasi, oryx jantan dan betina dipisahkan dalam kandang yang berbeda. 

Nikki juga menjelaskan perbedaan antara oryx jantan dan betina. "Oryx jantan tanduknya panjang dan tebal, sementara yang betina lebih pendek dan tipis. Jarak antara kedua tanduknya juga lebih lebar," kata Nikki. 

Oryx adalah nama umum hewan ini. Di Arab, hewan ini disebut dengan al maha yang berarti "mata cantik". Oryx memang memiliki mata yang indah berwarna hitam seperti memakai sunglasses

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus