Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Dubai - Bagi Uni Emirat Arab (UAE), 2 Desember 1971 adalah hari paling bersejarah. Di tanggal itulah negara itu resmi didirikan, setelah enam emirat atau keamiran menandatangani perjanjian. Jika penasaran bagaimana enam emirat, yang kemudian menjadi tujuh, itu bersatu, Etihad Museum di Dubai menyimpan kisahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo berkunjung ke museum itu pada Maret 2024 lalu. Kunjungan ke Etihad Museum merupakan bagian dari perjalanan yang diikuti lima jurnalis dari Indonesia atas undangan Department of Economy and Tourism of Dubai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Etihad Museum yang dibuka pada 2017 ini dibangun di lokasi tempat lahirnya Uni Emirat Arab. Berada di Jalan Jumeirah Beach Road, tempat ini tidak sulit ditemukan. Sebuah bendera paling besar di negara bagian itu menjadi penandanya. Bendera itu dipasang di tiang setinggi 123 meter sehingga bisa terlihat dari kejauhan.
Etihad Museum. (Dok. mtarch.com)
Para pendiri Uni Emirat Arab
Bentuk bangunan museum unik, mirip dengan gulungan kertas yang akan mengingatkan pada Treaty of the UAE. Di dalamnya terdapat benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan peristiwa pendirian UEA, termasuk perjanjian penbentukan negara yang ditandatangani oleh para founding fathers UEA.
Para pendiri negara ini adalah Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dari Abu Dhabi, Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum dari Dubai, Sheikh Khalid bin Mohammed Al Qasimi dari Sharjah, Sheikh Rashid bin Humaid Al Nuaimi dari Ajman, Sheikh Ahmed Bin Rashid Al Mualla dari Umm Al Quwain, dan Sheikh Mohammed bin Hamad Al Sharqi dari Fujairah. Setahun kemudian, Ras Al Khaimah yang dipimpin Sheikh Saqr bin Mohammed Al Qasimi baru bergabung.
Bentuk lain yang menonjol di museum ini adalah tujuh pilarnya yang berdiri sejajar. "Tujuh pilar ini melambangkan tujuh emirat yang menandatangani perjanjian," kata Hassa, pemandu yang menyambut kami di museum itu pada Maret 2024.
Ruangan nyaman dan modern
Memasuki museum, kami melewati pintu kaca yang terbuka otomatis menuju lobi. Di lobi ini terdapat sebuah prasasti besar dengan tulisan Arab merupakan salinan halaman pembuka konstitusi mereka.
Hassa, yang berasal dari Ras Al Khaimah, mengajak kami menjelajahi museum. Seperti museum-museum lain di Dubai, Etihad Museum memanjakan pengunjung dengan ruangan yang luas, nyaman, dan dilengkapi teknologi yang canggih.
Ada beberapa hal yang menarik di museum ini, salah satunya adalah sebuah taman mungil dengan pohon yang berdiri tegak di balik dinding kaca, tak jauh dari pintu masuk. Ini adalah Union Tree Garden. Pohon di dalamnya disebut dengan Union Tree, yang menurut situs resmi museum, ditanam oleh Syeikh Mohammed Bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden dan Perdana Menteri U.A.E. yang juga Penguasa Dubai, di markas besar Union House pada 2 Desember 2012 yang kemudian dipindahkan.
Di dalam musem ini juga terdapat deretan foto para pendiri negara ini dalam ukuran besar. Masing-masing foto dilengkapi dengan sebuah meja kaca yang memuat benda-benda pribadi seperti uang, senjata, paspor, jam tangan, kaca mata, dan banyak lagi.
"Ini barang-barang pribadi milik para founding fathers," kata Hassa menunjuk benda-benda di dalamnya. "Dulu paspor kami seperti itu, berbeda-beda, tetapi sekarang satu," dia menambahkan.
Bagian lain yang menarik perhatian kami adalah area yang berdinding emas. Samar-samar terlihat tulisan Arab yang ternyata merupakan kalimat-kalimat di dalam konstitusi. Tak jauh dari dinding, ada sebuah meja kaca yang berisi sebuah buku terbuka. "Ini salinan konstitusi kami," kata Hassa menunjuk buku itu.
Jika ingin mendengar sejarah, di museum ini terdapat sebuah meja besar dengan perangkat audio canggih yang dimainkan dengan cara disentuh. Di sini juga terdapat bioskop mini yang memutar video saat peristiwa bersejarah 2 Desember 1971 itu.
Union House di Etihad Museum, 20 Maret 24. Rumah ini merupakan tempat penandatanganan kesepakatan pendirian Uni Emirat Arab pada 2 Desember 1971. TEMPO/Mila Novita
Union House
Mengunjungi Etihad Museum belum tuntas tanpa ke Union House. Terletak di luar museum, Union House yang dibangun pada 1965 ini dulunya dikenal sebagai al-Diyafah Palace. Bangunannya berbetuk bundar dengan dinding cokelat dan jendela kaca besar. Dari luar, kami bisa melihat bagian dalam rumah yang hanya berisi meja bundar dengan kursi-kursinya.
"Di sinilah mereka mendirikan UAE dan menandatangani perjanjian negara ini," Hassa menjelaskan.
Di depan Union House terdapat dua tiang bendera. Satu bendera setinggi 123 meter tadi, menurut Hassa dimiliki setiap negara bagian UAE, dan satu lagi tiang dengan bendera kecil yang bersejarah. Hassa mengatakan, di bawah bendera inilah para pendiri negara ini berfoto untuk pertama kalinya setelah menandatangani perjanjian.
Tak jauh dari Union House terdapat bangunan bersejarah lainnya, Guest Palace atau Jumeirah Guesthouse. Bangunan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan Union House.
"Bangunan ini menggabungkan gaya Arab dan Eropa karena dulu Inggris pernah di sini," Hassa menjelaskan.
Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, salah satunya adalah ruang makan dengan kapasitas lebih dari 300 tempat duduk. Ruangan ini, kata Hassa, dulunya digunakan untuk mengadakan resepsi kenegaraan. Di istana ini juga terdapat ruang kerja Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum yang masih seperti bentuk aslinya.
Tertarik melihat sejarah pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai? Pengunjung bisa datang museum ini dengan membeli tiket seharga 25 dirham atau sekitar Rp406 ribu untuk dewasa dan 10 dirham atau Rp163 ribu untuk anak-anak. Museum ini buka dari pukul 10.00 hingga 20.00. Jika ingin tur berpemandu, datanglah pukul 12.00 dan 17.00.