Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito mengunjungi Keraton Yogyakarta pada Rabu petang, 21 Juni 2023. Dalam kunjungan kurang lebih hampir dua jam itu, Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Sultan HB X turut mengajak Kaisar menyaksikan sederet benda koleksi Keraton di sisi utara Tratag Kagungan Dalem Bangsal Kencana.
Kaisar Jepang Dipamerkan Batik Pusaka Koleksi Keraton
Pameran yang digelar bagian Kawedanan Radya Kartiyasa Keraton Yogya untuk kaisar itu memamerkan beberapa koleksi Keraton Yogyakarta berupa ragam batik. "Ada Batik motif Parangrusak Barong, Batik motif Kawung, Batik Motif Purbanegara, Batik motif Sidaluhur,,” kata Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Keraton, Nyi R.Ry. Noorsundari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Motif Parangrusak Barong, kata Noorsundari, merupakan batik khusus yang hanya bisa digunakan raja atau Sultan. "Parangrusak Barong merupakan motif yang disimbolkan sebagai pelindung dari seluruh marabahaya dan mempunyai tanggungjawab yang besar untuk kebaikan rakyat," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedangkan motif Kawung menyimbolkan kewibawaan dan kesederhanaan. Ini yang menjadi pengingat bahwa Sultan tidak boleh menyombongkan diri. Adapun motif Purbanegara melambangkan kewibawaan dan juga biasanya yang memakai hanyalah keluarga Sultan. Terakhir, motif Sidaluhur, melambangkan keluhuran budi dan martabat manusia, biasanya digunakan untuk upacara pernikahan.
Noorsundari mengatakan batik sangat penting dalam budaya Jawa karena berpengaruh besar pada penggunaan busana. Ada lebih dari 200 nama motif batik dengan arti dan simbol masing-masing yang selalu bermakna positif. Namun hanya ada dua macam motif batik yaitu simetris dan asimetris.
Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X menerima kunjungan Kaisar Jepang Naruhito di Keraton pada Rabu petang 21 Juni 2023. Dok.istimewa
"Motif simetris lebih banyak kita lihat penggunaannya pada keluarga Sultan, motif asimetris lebih banyak digunakan pada upacara tertentu dan lebih banyak penggunaannya pada masyarakat umum," kata dia.
Manuskrip Serat Baratayuda Koleksi Keraton Yogyakarta Dipamerkan
Dalam kunjungan itu, Keraton Yogyakarta juga memamerkan koleksi manuskrip-nya. Manuskrip merujuk kitab yang bertuliskan huruf Jawa. Tulisan tangan, bahkan bergambar. Manuskrip biasanya bercerita tentang sejarah, ilmu pengetahuan, dan atau resep makanan atau jamu.
"Pada kesempatan ini, kami memperlihatkan manuskrip bertajuk Serat Baratayuda kepada Kaisar Jepang," kata dia.
Serat Baratayuda dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana VII-VIII, bercerita tentang perang saudara Pandawa dan Kurawa. Karena Kasultanan Yogyakarta bersendikan Islam, maka Pandawa melambangkan prinsip keislaman ( Rukun Islam), Kurawa melambangkan 100 dosa yang harus dilawan manusia. Pada akhir peperangan, Pandawa yang menang, walaupun banyak sekali korban.
Gambar pada manuskrip ini sama dengan tokoh yang ada dalam wayang kulit, jadi bisa dibayangkan perlu waktu yang cukup lama untuk pembuatannya, juga konsentrasi dan keahlian dalam tata sungging wayang.