Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ibu terbang sejauh 4.000 mil dari Manchester, Inggris, ke Karibia untuk melahirkan. Dia ditemani suaminya berencana melahirkan di sebuah pantai, Rodney Bay di St Lucia, sebuah pulau Karibia, pada April lalu. Tapi keduanya malah terjebak di pulau itu selama lebih dari empat bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Iuliia Gurzhii, ibu itu, tanpa diduga melahirkan di laut saat mereka berada di perahu dalam perjalanan ke pulau, menurut sebuah laporan yang dikutip The Sun, Minggu, 13 Agustus 2023. Dia melahirkan seorang bayi perempuan sebelum mencapai daratan pada April.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Itu sempurna. Itu penuh kasih pada saat itu. Dia mampu terhubung dengan alam semesta. Laut mengeluarkan frekuensi yang merupakan obat penghilang rasa sakit alami. Jauh lebih tidak menyakitkan baginya," kata suaminya, Clive.
Tetapi peristiwa-peristiwa berikutnya mengubah kegembiraan mereka karena berhasil mewujudkan impian itu menjadi mimpi buruk. Mereka mengklaim telah terjebak di Grenada, salah satu pulau di Karibia, sejak Juni. Alasannya, pihak berwenang di St Lucia mengatakan mereka tidak dapat mendaftarkan kelahiran anak mereka selama hampir dua bulan.
Pasangan itu mengatakan mereka sedang menunggu hasil tes DNA karena diminta Komisi Tinggi Inggris untuk membuktikan bayi itu milik mereka. Mereka terpaksa meninggalkan putri mereka yang berusia delapan tahun, di rumah di Inggris bersama keluarga.
Iuliia Gurzhii, yang merupakan guru yoga, mengatakan pengalaman itu membuat trauma. Dia mengaku sulit tidur karena ketakutan ada badai yang menghantam pulau itu.
"Saya tidak bisa berhenti menangis. Kami memohon bantuan - kami telah ditinggalkan," katanya, seperti dikutip The Times. "Kami pada dasarnya tidak berkewarganegaraan - kami lebih dari ditinggalkan. Kami adalah tahanan di negara yang tidak boleh kami tinggalkan."
Suaminya, pelatih olahraga Clive Gurzhii, mengatakan bahwa mereka telah dioper ke berbagai agensi, tetapi tidak ada yang mau membantu. Dia mengatakan pengalaman itu membuat mereka memiliki utang kartu kredit sebesar US$7.600 atau sekitar Rp116 juta.
"Kami akan segera kehabisan makanan, dan tidak ada yang membantu kami," katanya, seperti dikutip The Times.
Tidak dapat mendaftarkan kelahiran
Pasangan itu mengatakan mereka mengunjungi Owen King European Union Hospital di St Lucia beberapa hari setelah kelahiran. Staf rumah sakit memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat mendaftarkan kelahiran anak mereka karena sudah lebih dari 24 jam sejak dia lahir, menurut laporan.
Lalu, mereka mengunjungi kantor imigrasi di St Lucia lalu mereka diminta membuktikan bayi itu milik mereka. Clive mengklaim petugas paspor menolak permintaan paspor darurat untuk bayi itu karena pasangan itu tidak memiliki bukti di mana dia dilahirkan.
Setelah tiba di Grenada, Karibia, pasangan itu mencari bantuan di Komisi Tinggi Inggris di St George yang mengatakan pasangan itu hanya akan diizinkan pergi dengan paspor untuk bayinya dan kembali ke Inggris ketika hasil tes DNA memastikan bahwa mereka adalah orang tuanya.
INSIDER | THE SUN