Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Batam - Kota Batam merupakan daerah kepulauan. Tidak jarang setiap pulau kecil di sekeliling kota ini menyimpan cerita-cerita menarik, salah satunya Pulau Ngenang, Kecamatan Nongsa, Kota Batam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa tahun belakangan, Pulau Ngenang berubah menjadi destinasi wisata. Awalnya pulau ini hanya tempat tinggal masyarakat Melayu, sekarang pulau yang berukuran 81,47 kilometer persegi itu dikunjungi banyak turis mancanegara, mulai dari Malaysia, Singapura, hingga Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo berkunjung ke Pulau Ngenang, Kamis, 14 Desember 2023. Tidak hanya menjadi destinasi wisata, Pulau Ngenang juga merupakan tempat produksi kain tenun, batik, hingga aksesori rajut. Semua kerajinan tersebut dikerjakan oleh masyarakat asli Pulau Ngenang yang mayoritas perempuan.
Berawal dari keingintahuan
Dulunya masyarakat Pulau Ngenang hanya hidup dari melaut dan berkebun. Sekitar 2018 melalui program Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Batam, lima perempuan di Pulau Ngenang belajar menenun. "Ketika itu saya penasaran, bagaimana caranya ya benang itu bisa diubah menjadi kain, makanya saya kuatkan niat untuk ikut pelatihan itu," kata Suhana, salah seorang penenun di Pulau Ngenang, Kamis, 14 Desember 2023.
Kain tenun karya para perajin di Pulau Ngenang, Kota Batam (TEMPO/YogiEka Sahputra)
Singkat cerita, beberapa masyarakat Pulau Ngenang jatuh cinta pada kerajinan tenun. Dukungan pemerintah mulai dari gedung galeri hingga mesin tenun juga didatangkan ke Pulau Ngenang.
"Awal-awal, kami berjuang mendirikan galeri disini, gotong royong, dulu hanya pakai tenda, kalau hujan tidak bisa kerja, sekarang sudah ada gedung sendiri," kata Rosli, penenun lainnya.
Sampai saat ini masyarakat Pulau Ngenang sudah memproduksi berbagai motif tenun. Kain tenun dijual tidak hanya di Kota Batam tetapi juga keluar daerah Batam.
Kerajinan rajut dan batik
Setelah adanya galeri tenun, masyarakat Pulau Ngenang tidak berpuas diri. Mereka ingin terus menjadikan pulau ini menjadi destinasi wisata kerajinan. Akhirnya, beberapa dari warga juga belajar membatik dan merajut. Sampai sekarang ketiga kerajinan itu berjalan beriringan di Pulau Ngenang.
Tidak hanya itu, Pulau Ngenang memiliki suasana kampung yang asri. Setelah berkunjung ketiga galeri tersebut, wisatawan juga bisa bermain di pantai yang ada di pulau ini.
Mata pencaharian baru
Sekarang ini kata Suhana, masyarakat Pulau Ngenang kebanjiran orderan, terutama kain tenun dan batik. "Kami promosinya hanya di media sosial, tetapi kadang kami tak sanggup mengerjakan semuanya," kata Suhana.
Kelompok kerajinan Pulau Ngenang ini menggunakan sistem bagi hasil ketika karya mereka laku terjual. Hasil kerajinan tersebut juga menambah uang pemasukan warga Pulau Ngenang.
"Ya bersyukurlah bisa nambah pemasukan, biasanya saya melaut saja, sekarang siang membatik, sore baru ke laut," kata Suminah yang akrab disapa Mak Ton, salah seorang pembatik di Ppulau itu.
Dikunjungi turis
Setelah memiliki galeri tenun, batik, hingga rajut, Pulau Ngenang mulai dikenal banyak orang, tidak hanya warga Batam, tetapi wisatawan mancanegara. "Dulu kampung kami mana ada dikunjungi orang, sekarang sudah banyak yang berkunjung ke sini," kata Suhana.
Memang kata Suhana tidak setiap hari turis datang ke Pulau Ngenang, tetapi dalam sebulan bisa satu rombongan, terdiri dari 4 sampai 10 orang. "Otomatis ketika turis datang ke sini, mereka pasti membeli hasil kerajinan kami, apalagi rajut, turis suka sekali topi rajut ini," kata Hapsah, Ketua Pengrajin Rumah Rajut Pulau Ngenang.
Tidak hanya didatangi turis, beberapa mahasiswa di Kota Batam juga sering berkunjung ke Pulau Ngenang. "Beberapa minggu lalu, mahasiswa dua hari menginap di Pulau Ngenang," kata Hapsah.
YOGI EKA SAHPUTRA
Pilihan Editor: