Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Dubai - Terpal berwarna oranye terbentang di jalanan di tengah pasar dekat Gold Souk, Deira, Dubai, Uni Emirat Arab, menjelang buka puasa pada Rabu, 20 Maret 2024. di Atasnya terbentang lagi alas plastik panjang berwarna putih dengan deretan makanan yang telah dikelompokkan. Satu kelompok makanan itu berisi semangkok kanji atau bubur beras ala India, sebuah jeruk, tiga butir kurma, dan sebotol air putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada ribuan orang yang telah duduk baris rapi saling berhadapan, memenuhi jalanan di sekitar di dekat Masjid Ahmed Abdullah Lootah atau Masjid Lootah. Toko-toko di sekitarnya pun istirahat sejenak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya dan sejumlah wartawan dari Jakarta, yang diundang Department of Economy and Tourism Dubai untuk menikmati Ramadan di kota ini, sengaja ke Deira untuk mendapatkan pengalaman buka puasa yang unik. Kami dipandu oleh Arva Ahmad, pendiri Fryng Pan Adventures, sebuah perusahaan perjalanan yang mengajak turis merasakan makanan favorit warga lokal.
"Setiap hari Iman menyiapkan makanan buka puasa untuk 3.000 orang. Siapa saja boleh makan, baik yang Islam, Hindu, atau yang lain," kata Arva sambil mengajak kami berjalan melewati barisan itu. Iman yang dimaksud adalah Iman Cultural Center, sebuah komunitas yang terdaftar di Community Authoruty Dubai.
Buka puasa bersama di Deira, Dubai, Rabu, 20 Maret 2024. Tradisi ini diadakan Iman Cultural Center sejak 1975 (TEMPO/Mila Novita)
Kami memutuskan bergabung dengan keramaian untuk buka puasa, tetapi tidak duduk di barisan karena itu khusus untuk laki-laki. Kami menggelar tikar di tanah lapang di pinggir jalan lalu menyiapkan bekal yang sudah disiapkan Arva. Arva membawa sejumlah camilan iftar yang disukai warga lokal.
"Ini kurma majool, ini yang paling mahal, dari Palestina," kata dia sambil menunjukkan sebuah kurma yang ukurannya agak besar dan meletakkannya di piring. Lalu dia menambahkan sebuah kurma sukari dan kurma bam.
Dia menambahkan samosa, makanan menyerupai pastel yang berisi kentang, kacang, dan daging dengan aroma kari yang kuat. Selain itu, ada pakoda, gorengan menyerupai bakwan yang terbuat dari bawang bombay, terigu, dan rempah-rempah. Terakhir adalah irisan jeruk. "Kita harus menambahkan sesuatu yang menghidrasi," kata dia.
Bubur kanji ala India
Tapi bintang pada buka puasa bersama ini adalah kanji. Beberapa orang datang dan menawarkan kanji yang dikemas dalam mangkok plastik sekali pakai. Kata Arva, bubur ini terbuat dari beras dengan campuran santan, daging kambing, santan, dan rempah-rempah, mirip dengan bubur lambuk di Malaysia dan Singapura.
"Menu buka puasa di sini setiap hari sama, selalu ada bubur kanji," kata Arva.
Bubur ini dimasak di sebuah gudang di kawasan Al Qous di selatan Dubai. Menjelang buka puasa, makanan itu akan di bawa ke Deira.
Tradisi puluhan tahun
Tradisi buka puasa bersama di kawasan ini sudah berlangsung sejak 1976. Awalnya, makanan ini disediakan untuk 50 orang yang merupakan imigran pekerja kerah biru dari Tamil Nadu di selatan India. Tapi lama-kelamaan jumlah pekerja migran bertambah banyak sampai akhirnya mencapai 3.000 bahkan lebih. Itu pun tidak lagi hanya komunitas India di Dubai, tetapi juga imigran dari negara-negara lain.
Setelah membatalkan puasa, barisan itu bubar menuju tiga masjid yang berada di sekitarnya. Terpal dengan bekas makanan dan minuman masih dibiarkan. Tapi tak lama, sekelompok orang dengan seragam bertuliskan perusahaan kebersihan membereskannya. Jalanan pun kembali bersih seperti sedia kala. Aktivitas pasar kembali seperti semula. Buka puasa bersama 3.000 orang ini akan diulang setiap hari sampai Ramadan berakhir.