Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Setelah Turbulensi, Singapore Airlines Ubah Kebijakan Penyajian Makanan Selama Penerbangan

Singapore Airlines mengubah beberapa kebijakan pelayanan penerbangan, termasuk menangguhkan penyajian makanan saat tanda sabuk pengaman menyala.

24 Mei 2024 | 18.36 WIB

Pesawat Singapore Airlines di Bandara Changi Airport di Singapura, 16 November 2021. REUTERS/Caroline Chia
Perbesar
Pesawat Singapore Airlines di Bandara Changi Airport di Singapura, 16 November 2021. REUTERS/Caroline Chia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Singapore Airlines (SIA) telah menerapkan kebijakan penerbangan yang lebih ketat setelah insiden turbulensi ekstrem pada Selasa, 21 Mei 2024, yang membuat seorang penumpang tewas dan puluhan lainnya terluka. Kebijakan baru ini termasuk penangguhan layanan makanan dalam penerbangan ketika tanda sabuk pengaman dinyalakan. Sebelumnya, hanya minuman panas yang dihentikan penyajiannya saat terjadi turbuleensi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Selain penangguhan layanan minuman panas saat tanda sabuk pengaman menyala, layanan makan juga akan ditangguhkan," kata juru bicara SIA, seperti dilansir dari Channel News Asia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Awak kabin juga akan diminta untuk kembali ke tempat duduk dan mengencangkan sabuk pengaman ketika pesawat mengalami turbulensi, kata maskapai tersebut pada Jumat, 24 Mei 2024. 

Pilot dan Kru Penerbangan Dilatih 

Langkah-langkah keamanan lainnya yang diterapkan saat kondisi cuaca buruk akan tetap diterapkan. Langkah ini termasuk meminta anggota kru untuk mengamankan barang-barang yang lepas di kabin, menyarankan penumpang untuk kembali ke tempat duduknya dan memasang sabuk pengaman, dan memantau penumpang yang mungkin memerlukan bantuan, seperti mereka yang berada di toilet.

“Pilot dan awak kabin sadar akan bahaya yang terkait dengan turbulensi. Mereka juga dilatih untuk membantu pelanggan dan memastikan keselamatan kabin sepanjang penerbangan,” kata SIA. “SIA akan terus meninjau proses kami karena keselamatan penumpang dan awak kami adalah hal yang paling penting.”

Turbulensi Ekstrem setelah 10 Jam Penerbangan

Pada 21 Mei, Penerbangan SQ321, yang menuju Singapura dari London, mengalami turbulensi ekstrem yang tiba-tiba di Cekungan Irrawaddy di Myanmar setelah 10 jam penerbangan. Turbulensi ini terjadi selama layanan sarapan. Seorang penumpang, Geoffrey Kitchen asal Inggris berusia 73 tahun, tewas dan 104 lainnya luka-luka.

Pilot menyatakan keadaan darurat medis dan mengalihkan Boeing 777-300ER yang membawa 211 penumpang dan 18 awak ke Bandara Suvarnabhumi Bangkok untuk melakukan pendaratan darurat pada pukul 15.45 waktu setempat.

Hingga Jumat, 20 penumpang masih dalam perawatan intensif di Bangkok tempat pesawat Singapore Airlines melakukan pendaratan darurat.

CNA | REUTERS | VN EXPRESS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus