Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Hiburan tak selalu identik dengan biaya mahal. Ada satu event menarik di sisi selatan Yogyakarta yang digagas Fakultas Seni Media Rekam atau FSMR, Institut Seni Indonesia atau ISI Yogyakarta yang bisa dinikmati warga umum juga wisatawan secara cuma-cuma.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama event itu adalah Sewonderland, sebuah sajian nonton film layar tancap secara maraton di ruang terbuka Taman FSMR ISI Yogya, sembari menikmati jajanan ndeso serba rebus mulai kacang, ketela, jagung serta wedang ronde dengan cara lesehan. Nama Sewonderland yang digelar 7-13 Juli 2023 merujuk penggalan nama Kecamatan Sewon tempat Kampus ISI Yogyakarta berada yakni di Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Siapa saja bisa datang menonton layar tancap ini, ada film pendek dan animasi yang merupakan karya mahasiswa yang sebagian pernah mendapatkan berbagai penghargaan," kata Pembantu Rektor I ISI Yogyakarta Irwandi di sela event itu Jumat petang 7 Juli 2023.
Total ada 30 film disediakan dalam perhelatan itu namun ada lima film yang diputar langsung dengan format layar tancap dan sisanya secara streaming melalui platform khusus film. Dari lima film diputar, dua jenis animasi dan tiga film pendek yang berhasil mendapatkan apresiasi dan penghargaan.
Seperti Odah Oh Odah yang pernah menyabet Nominee for Best Short Fiction Piala Maya 2021 dan 10th Finalist for Short Fiction on Anti Corruption Film Festival 2021. Ada juga film Gadis dan Penatu yang pernah menyabet Finalist Jinju English Film Festival 2023 dan Official Selection Art Of Score Second Edition Balinale International Film Festival 2023. Serta film Orderan Janda yang pernah menyabet penghargaan The Best Of The Best Film - Best Director - Best Story - Best Cinematography Bogor Independent Festival 2022.
Irwandi menuturkan, melalui Sewonderland ini, masyarakat luas bisa mengetahui lebih dekat dunia kampus dan saling belajar sembari silaturahmi. "Bukan saatnya lagi kampus menjadi menara gading yang terpisah dari kehidupan masyarakat sekitarnya," kata Irwandi
Panitia event Sewonderland Agustinus Dwi Nugroho mengatakan masyarakat juga wisatawan menyambangi perhelatan itu akhir pekan ini, juga bisa mendapatkan sajian menarik selain nonton film layar tancap. "Selain pemutaran film, masyarakat bisa menikmati pameran seni lain yang totalnya ada 104 karya," kata dia.
Karya yang ditampilkan selain film dokumenter, animasi dan film pendek, ada pula pameran fotografi, game, pameran desain karakter, juga concept art yang dipusatkan di Galeri Pandeng ISI Yogyakarta itu. "Setiap karya yang dipamerkan di sini menceritakan kisah unik, menghadirkan perspektif baru, dan memperkaya khazanah seni," tambahnya.
Rektor ISI Yogyakarta Timbul Raharjo menuturkan event yang bertepatan dengan perayaan Dies ISI Yogyakarta yang ke XXXIX, itu tujuannya memberi angin segar pada dunia kreatif salah satunya film di Indonesia. "Kami ingin tumbuhkan semangat kreatif masyarakat melalui karya yang dibuat mahasiswa," kata Timbul.
Adapun Ahmad Oddy Widiyantoro, panitia kegiatan itu menambahkan, lewat perhelatan itu masyarakat bisa memiliki perspektif lebih luas. Khususnya soal dunia film dan karya seni lainnya. "Harapan kami ada pembelajaran bersama tentang dunia seni itu, antara kampus-masyarakat, bahwa kreatifitas bisa melahirkan karya karya yang hebat," kata dia.
Hanif, 32 tahun, warga asal Salatiga Jawa Tengah yang menyambangi event itu mengatakan puas dengan gelaran Sewonderland. "Habis nonton layar tancap, langsung lanjut lihat pameran seni yang karyanya unik-unik, semuanya gratis," kata pria yang datang bersama sejumlah temannya itu.
PRIBADI WICAKASONO