Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia, kali ini giliran tari kontemporer Rantau Berbisik beraksi di depan publik Austria. Tari Minang ini menggambarkan tradisi merantau orang Minangkabau dan dipertunjukkan dengan mengambil elemen-elemen dasar dari silat dan tradisi Minangkabau lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival Europalia Indonesia berlangsung sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018 mendatang di sejumlah negara Uni Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tari Rantau Berbisik dibawakan dengan dinamis oleh enam penari dari grup Nan Jombang, sebuah grup tari asal Padang pimpinan Ery Mefri. Pertunjukan diadakan Weltmuseum sebagai partner Festival Europalia Indonesia didukung KBRI Wina pada 11 Desember lalu.
Weltmuseum adalah museum antropologi terbesar di Austria yang didirikan tahun 1876. Sejak beberapa tahun silam, Weltmuseum bekerjasama KBRI Wina mementaskan pertunjukan dan penerbitan buku mengenai sejarah dan seni budaya Indonesia.Suasana pementasan tari kontemporer bertajuk Rantau Berbisik. Pertunjukan Rantau Berbisik adalah karya koreografi yang menceritakan tentang dinamika, pasang surut dan perjuangan para perantau dari Minang di seluruh Nusantara. Jakarta, 14 September 2015. TEMPO/Nurdiansah
Penampilan Rantau Berbisik antara lain mnampilkan gerakan-gerakan silat yang dinamis. Mereka diirirngi ilustrasi musik manual. Para penari memukul beberapa perangkat makan seperti gelas dan piring di atas panggung, dan menghasilkan alunan musik yang dinamis.
Apresiasi penonton terhadap pertunjukan Rantau Berbisik sangat baik. Selain masyarakat di Wina, hadir juga juga sejumlah undangan KBRI Wina dari kalangan akademisi. Tampak, antara lain, akademisi dari Technische Universit Wien dan University of Music and Performing Arts Vienna. Selain itu hadir juga kalangan pecinta seni budaya Indonesia.
Para penonton memuji penampilan Nan Jombang yang sangat ekspresif. Iringan music manual pun dinilai sangat luar biasa.
Ketua Asosiasi Pencak Silat di Austria, Stephan Taibl, yang menonton bersama keluarganya mengatakan gerakan tari mereka sangat indah. "Saya paham sekali gerakan yang diperagakan sebagian besar merupakan teknik Silat dan itu tidak mudah dilakukan. Teknik pernapasan yang digunakan luar biasa," ujar Stephan Taibl,
Ketua Lembaga Persahabatan Indonesia - Austria dan akademisi dari Technische Universit?t Wien, Prof. A Min Tjoa, memuji penampilan para penari. "Saya yakin pertunjukan tari kontemporer semacam ini dinikmati publik luas di Austria. Mereka pasti bisa pentas di event yang lebih besar di Austria seperti festival tari kontemporer internasional Impulstanz," ujarnya.
Dubes RI untuk Republik Austria, Dr. Darmansjah Djumala, dalam acara pembukaan pertunjukan mengatakan merantau adalah salah satu tradisi suku Minangkabau yang amat terkenal. Motivasi merantau tidak hanya soal ekonomi, namun mempersiapkan pemuda Minangkabau menjadi lelaki tangguh yang kaya akan pengalaman hidup.
Tiap keluarga di Minang mempersiapkan anak lelaki mereka untuk merantau dengan memberikan bekal, antara lain, dasar agama yang kat, pendidikan, dan kemampuan bela diri.
ANTARA
Berita lain: