Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Temuan Gua Misterius Di Proyek JJLS Gunungkidul, Pemda Yogyakarta Bakal Jaga dan Lestarikan

Di dalam gua tersebut banyak terdapat stalaktit dan stalagmit yang aktif tumbuh dan diperkirakan usianya sudah ratusan bahkan ribuan tahun.

5 November 2024 | 20.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memutuskan untuk menjaga dan melestarikan temuan gua bawah tanah misterius di proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang berlokasi di Planjan, Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Hal ini menyusul keluarnya rekomendasi dari tim ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diterjunkan guna mengkaji keberadaan gua itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi dari hasil kajian tim UGM, gua itu harus dijaga keberadaannya, tidak boleh dikepras," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PUPESDM) DIY Anna Rina Herbranti pada Selasa, 5 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Temuan gua misterius di area proyek JJLS pesisir selatan pada Oktober itu sempat menjadi perhatian. Dari sejumlah video yang beredar, di dalam gua tersebut banyak terdapat stalaktit dan stalagmit yang aktif tumbuh dan diperkirakan usianya sudah ratusan bahkan ribuan tahun.

Pemanfaatan Gua

Anna menuturkan, Pemda DIY saat ini baru mengkaji soal langkah untuk pelestarian gua itu dan pemanfaatnya ke depan, apakah untuk sektor wisata atau lainnya.

"Kami akan kaji lebih lanjut, yang jelas pengerjaan JJLS tetap berjalan tanpa harus mengganggu keberadaan gua itu," kata dia.

Tim kajian UGM yang dipimpin Guru Besar Fakultas Geografi Eko Haryono mengungkap keberadaan gua melalui pengukuran dan analisis dengan metode georadar dan geolistrik.

Gua itu diketahui memiliki ornamen yang lengkap dan indah di kawasan karst Gunung Sewu wilayah Planjan Gunungkidul dengan luas gua 497,57 meter persegi.

Tim UGM menilai gua itu termasuk dalam kategori fitur karst yang harus dilindungi. Keberadaan gua sebagian besar membentang miring ke dalam tebing (menjauhi badan jalan) tapi ada sebagian kecil lorong gua yang berada ke luar tebing (di rencana bahu jalan JJLS).

Dari hasil analisis yang dilakukan tim UGM, ditemukan bahwa pada rencana jalan sisi sebelah timur gua, terdapat rekahan-rekahan batuan di bawah permukaan. Namun hal itu tidak mengindikasikan adanya gua atau rongga.

Atas kajian itu, tim UGM pun mengeluarkan rekomendasi kepada Pemda DIY terkait tindak lanjut untuk gua misterius itu. Rekomendasi tim UGM terutama merujuk dua hal sehingga pembangunan JJLS dapat dilanjutkan.

Pertama memberi jarak aman (buffer) antara dinding gua terluar dengan rencana tebing hasil pemotongan/pengeprasan bukit kurang lebih dua meter dari bagian terluar goa yang menjorok ke rencana jalan (pada posisi ketinggian saat ini). Dan semakin menjauh sesuai kestabilan lereng jalan yang akan dibuat.

Kedua, memberi tambahan penstabil lereng di tebing-tebing yang berbatasan dengan dinding goa untuk menjaga kestabilan lereng dan atap gua.

Tim UGM juga menyarankan pihak pelaksana pembangunan JJLS membuat review desain konstruksi jalan khusus di sekitar penemuan gua tersebut.

Adapun Guru Besar Fakultas Geografi UGM Eko Haryono yang terlibat dalam kajian gua misterius itu mengatakan, penemuan gua bawah tanah di Gunungkidul hal yang wajar karena Gunungkidul adalah daerah dengan susunan karst

Gua ini tersibak akibat adanya aktivitas penggalian untuk pembuatan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), menurutnya, proyek yang sedang berjalan harus menyesuaikan dengan sebaran gua tersebut sehingga pengkajian perihal ini menjadi penting. 

“Standar operasional prosedur mengharuskan untuk dilakukan penelitian terlebih dahulu mengenai jangkauan sebaran gua,” ujar Eko.

Pada November ini, Eko dan tim ahli mulai melakukan eksekusi pemetaan gua. Pakar ilmu geomorfologi ini berkoordinasi terlebih dahulu sebelum terjun ke lapangan. “Jika sudah diketahui sebaran gua, maka desain jalannya perlu untuk diubah atau digeser,” kata dia.

Potensi jadi Objek Wisata

Soal gua itu jadi potensi wisata baru, Eko mengatakan perlu dikaji dulu aspek keamanannya. Saat ini gua itu masih ditutup pemerintah.

Eko tak memungkiri gua ini memiliki potensi menjadi objek wisata dengan syarat perlu diketahui terlebih dahulu daya dukung dan kapasitas gua untuk dimasuki pengunjung per harinya.

"Kami akan teliti juga dari sisi geologi dan geofisika dengan mengukur temperatur dan CO2, sirkulasi udara perlu dipastikan dulu keamanannya,” kata dia.

Pengujian yang dilakukan tim UGM juga menghasilkan penilaian kondisi awal untuk menjamin keamanan manusia sekaligus lingkungan gua.

Termasuk pembuatan jalur bagi wisatawan demi meminimalisasi risiko kerusakan stalaktit dan stalagmit yang saat ini masih aktif, dibuktikan dengan masih adanya kucuran air.

"Pembentukan gua purba di Gunungkidul diperkirakan berusia ratusan ribu tahun, sebisa mungkin perlu dijaga,” kata dia.

Eko mencontohkan, di negara lain langkahnya dengan memberi kaca pada stalaktit dan stalakmit demi menjaga kehidupan di gua. Apalagi Gunungkidul adalah kawasan karst sehingga tersusun atas batuan kapur berpori. Pembentukan gua banyak terjadi di wilayah ini karena adanya aktivitas pelarutan. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus