Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu tradisi menjelang Ramadan yang sangat melekat pada masyarakat di Kabupaten Kampar di Riau, yaitu tradisi mandi balimau kasai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Balimau kasai sendiri merupakan tradisi yang menggunakan jeruk nipis, jeruk purut atau jeruk kapas sebagai bahan utamanya sehingga itulah asal kata balimau diambil dari bahasa ocu suku di Kabupaten Kampar, sedangkan kasai merupakan ramuan atau wewangian, biasanya diambil dari bunga berfungsi sebagai pengharum badan dan pendingin kepala, dipercaya dapat menghindarkan diri dari pemikiran jahat dan buruk
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksanaan yang hanya dilakukan selama sekali setahun ini dianggap masyarakat setempat sebagai tradisi yang sakral dan ditunggu-tunggu. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan sore hari menjalang puasa Ramadan, sebagai ekspresi syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa sekaligus simbol menyucikan diri.
Tradisi yang terus dilestarikan, bahkan didukung pemerintah daerah setempat ini, diketahui awal mulanya sekali dilaksanaakan di Desa Alam Panjang, desa ini dekat dengan Sungai Kampar dan dekat dengan desa lainnya seperti Desa Pulau Baru, Padang Mutung, Pauh, dan Pulau Tinggi yang berada di seberangan.
Menurut sejarah sebelum pelaksanaan mandi balimau kasai ini dilaksanakan, ada serangkai acara yang dilakukan terlebih dahulu seperti santunan kepada anak yatim, diselingi materi keagaamann yang disampaikan seorang ustaz seputar Ramadan atau topik-topik Islam lainnya. Dilanjutkan kemudian dengan acara makan bajambau.
Asal kata bajambau sendiri berasal dari Jambau tempat makanan siap santap atau dikenal juga dulang berkaki atau talam, dan makna bejambau sendiri makan bersama dalam satu hidangan yang diisi oleh lima orang dalam satu sajian.
Acara ini turut dihadiri oleh seluruh tokoh masyarakat, pemangku adat (ninik-mamak)1 serta seluruh masyarakat dan kalangan muda-mudi, yang di dalam perkumpulan tersebut saling berjumpa dan menyapa lantas saling memohon maaf atas kesalahan masing-masing untuk menyambut hari Ramadan.
Sudah satu Ramadan terlewati, tahun lalu kegiatan mandi balimau kasai ini tidak dapat dilakukan karena pandemi Covid-19 untuk mencegah penyebaran virus itu melalui kerumuman warga. Walaupun demikian, tak perlu khawatir, keluarga di rumah tetap bisa merasakan mandi balimau kasai yang dilakukan di rumah masing-masing, melanjutkan tradisi lanjutan yang lain seperti menyantuni anak yatim, makan bajambau dan saling bermaafan dengan sanak saudara.
TIKA AYU