Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Ekspedisi Indonesia Baru menuntaskan perjalanan keliling Indonesia dengan sepeda motor selama 424 hari. Akhir perjalanan ditandai kepulangan ke tempat mereka berangkat di Desa Sigempol yang berada di kawasan Pegunungan Dieng Jawa Tengah, Senin 28 Agustus 2023. "Alhamdulillah, puji Tuhan, kami bisa menyelesaikan perjalanan ini dengan selamat," kata Dandhy Laksono anggota tim.
Tim Ekspedisi Indonesia Baru Libatkan 4 Personel Lintas Generasi
Ekspedisi Indonesia Baru melibatkan personel lintas generasi yaitu Farid Gaban dari generasi Boomer, Dandhy Laksono generasi X, kemudian Yusuf Priambodo generasi Y, dan Benaya Harobu generasi Z. Di usia yang lebih dari 60 tahun, Farid Gaban masih sanggup mendaki Gunung Rinjani yang berketinggian 3.726 meter, menyelam di Ternate juga Teluk Saleh di Pulau Sumbawa. "Kami juga mengunjungi sepuluh Taman Nasional yang mewakili keragaman ekosistem Indonesia, meski dengan banyak catatan,” kata Farid Gaban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Farid dan Dandhy, perjalanan keliling Indonesia ini merupakan kedua kalinya. Pada 2009, Farid melakukan Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa bersama jurnalis Ahmad Yunus asal Bandung. Sementara Dandhy melakukan Ekspedisi Indonesia Biru enam tahun setelahnya bersama fotografer Suparta Arz. Kedua ekspedisi itu juga dilakukan dengan bersepeda motor selama kurang-lebih setahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun Yusuf Priambodo yang dipilih berdasarkan seleksi, Ekspedisi Indonesia Baru menjadi pengalaman pertamanya berkeliling Indonesia. “Kami telah melalui hal-hal yang luar biasa sepanjang perjalanan," ujarnya.
Anggota termuda yaitu seorang jurnalis,Benaya Harobu dari Sumba, Nusa Tenggara Timur, rela meninggalkan pekerjaannya untuk bergabung dalam ekspedisi ini. "Saya tidak menyesal. Apa yang saya alami, jauh melampaui pengalaman kerja di mana pun," kata dia.
Tempuh Jarak 11 Ribu Kilometer di 26 Provinsi
Perjalanan keliling Indonesia itu dikelola dengan sistem koperasi yang beranggotakan anak-anak muda, jurnalis, aktivis lingkungan, juga pembuat konten media sosial. Selama ekspedisi mereka menempuh jarak sekitar 11 ribu kilometer, melintasi 26 provinsi dan 120 kota, serta melakukan 16 penyeberangan antar pulau dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Sulawesi, Papua, Maluku Utara, Kalimantan, dan Sumatera.
Empat sekawan Tim Ekspedisi Indonesia Baru tengah menikmati durian hutan di Sungai Muhur, Desa Kubung, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah, pada awal Juli 2023. (Dok.Tim Ekspedisi Indonesia Baru).
Tim juga mengunjungi titik terbarat di Pulau Weh, Aceh, dan titik paling timur di Jayapura, Papua. Tujuan ekspedisi ini untuk merekam imajinasi dan harapan warga tentang Indonesia, meneliti dan mencatat keragaman hayati, serta merangkai simpul-simpul komunitas sepanjang perjalanan. Oleh-oleh dari perjalanan itu antara lain mereka membawa pulang 18 terabytes rekaman video dan 12 ribu frame foto bertema keindonesiaan.
Di sela perjalanan itu menurut Farid Gaban ketika di Bandung, tim ekspedisi telah memproduksi lima judul film dan sebuah serial dokumenter. Temanya berisi beragam topik dari pertanian hingga maritim dan kelautan, juga masyarakat adat hingga keragaman hayati lewat kuliner, tenun, dan obat tradisional. Tim ekspedisi juga menyoroti soal pariwisata hingga masalah tambang nikel dan geothermal, perkebunan sawit hingga konflik agrarian, masalah ibukota baru (IKN) serta hak atas rumah.
Putarkan Film Karya Mereka
Lewat tontonan berkonsep Bioskop Warga, film-film dokumenter tersebut telah diputar di 200 lokasi bersama komunitas yang tersebar di Indonesia. Layar film dibentangkan di pedesaan, warung-warung kopi perkotaan, juga di masjid, gereja, serta kampus. Serial Dokumenter berjudul Dragon for Sale yang berisi lima film tentang kontroversi pariwisata Pulau Komodo dan 10 Bali Baru, juga telah diputar di delapan kampus Amerika Serikat. Sementara, rencana penayangannya di Labuan Bajo sempat dibatalkan polisi.
Setelah selesai ekspedisi, kini Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru akan mulai mengolah dokumentasi hasil perjalanan agar bisa dikonsumsi dan bermanfaat bagi publik. Pimpinan Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru yang berbasis di Wonosobo, Jawa Tengah, Rumiyati berharap hasil perjalanan bisa menjadi sumbangan bagi perubahan di Indonesia menjadi lebih baik. “Karena itulah esensi dari Ekspedisi Indonesia Baru," ujarnya.