Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Usai Nyepi, Bali Kembali Berdenyut oleh Berbagai Tradisi

Setelah Nyepi, aktivitas masyarakat Hindu di Bali kembali berangsur normal seperti biasa, pada Minggu ini, 18/4.

18 Maret 2018 | 10.14 WIB

Seorang remaja wanita bersiap dipertemukan oleh pasangan prianya untuk dipeluk saat festival Omed-omedan di Desa Sesetan, Denpasar, Bali, (1/4). (TEMPO/Johannes P. Christo)
Perbesar
Seorang remaja wanita bersiap dipertemukan oleh pasangan prianya untuk dipeluk saat festival Omed-omedan di Desa Sesetan, Denpasar, Bali, (1/4). (TEMPO/Johannes P. Christo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Mangupura- Aktivitas masyarakat Hindu di Bali kembali berangsur normal seperti biasa, pada Minggu ini, 18/4. Sebelumnya warga menjalankan ritual catur Brata Penyepian di Hari Raya Nyepi selama 24 jam sedari Sabtu, pukul 06.00 Wita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari Desa Adat Tuban, dilaporkan aktivitas warga Pulau Dewata pulih kembali setelah pukul 06.00 Wita. Jalanan yang semula lengang pada saat Hari Raya Nyepi kini sudah dilewati sejumlah pengendara motor dan mobil.

Tak hanya umat Hindu, warga beragama lain yang selama satu hari sebelumnya juga berada di dalam rumah, telah keluar rumah. Wisatawan dan tamu hotel yang seharian menikmati suasana Hari Raya Nyepi dari dalam hotel, juga sudah beraktivitas keluar hotel.

Meskipun demikian suasana hari raya masih terasa di wilayah Bali. Hal tersebut karena pada hari ini umat Hindu di Bali memasuki Ngembak Geni atau yang berarti bebas menyalakan api.

Bendesa Adat Tuban, I Wayan Mendra menjelaskan, meskipun saat Ngembak Geni masyarakat dapat beraktivitas seperti hari biasa, namun kebanyakan umat Hindu memanfaatkan hari itu untuk melakukan Dharma Santi Nyepi atau saling bersilaturahmi.

"Sama seperti umat Muslim yang bersilaturahmi saat Idul Fitri, setelah menjalani catur Brata penyepian kami juga bersilaturahmi dengan keluarga dan teman-teman," ujar dia.

I Wayan Mendra mengatakan, pada saat Ngembak Geni di wilayahnya juga digelar kegiatan Pasar Mejelangu yang diangkat dari tradisi "Med-Medan" atau yang berarti tarik tambang.

"Pasar Majelangu yang hari ini kami gelar di sepanjang Jalan Raya Tuban akan menampung ratusan warga kami yang membuka kios yang menjual berbagai barang Usaha Kecil Menengah berskala lokal hingga internasional," ujarnya.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus