Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tokyo, Jepang, dulu dan sekarang jauh berbeda di mata penyanyi Hiroaki Kato. Dia yang lahir dan besar di kota modern itu, mengaku merasakan terjadinya perubahan yang cukup signifikan, khususnya di bidang pariwisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sekarang Tokyo lebih terbuka untuk turis-turis asing dibandingkan dengan tahun 1990-an dulu,” ujarnya kepada Tempo di Senopati, Jakarta Selatan, Rabu, 4 April 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga: Berfoto Asyik Serasa di Tokyo
Perbedaan yang paling mencolok, ujar Hiro, panggilan akrabnya, ialah terpampangnya informasi papan petunjuk berbahasa Inggris dan berhuruf alfabet di segala sisi. Sedangkan dulu, menurut kesaksian mantan mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada itu, informasi hanya tersedia dalam huruf kanji berbahasa Jepang.
Fasilitas lain yang cukup membuatnya terheran adalah adanya penitipan koper untuk para turis di hampir semua stasiun besar. “Sekarang sudah ada loker barang sehingga wisatawan asing yang mendarat ke Tokyo dan ingin jalan-jalan dulu bisa menitipkan barangnya di stasiun kereta,” ujarnya.
Wisatawan dari berbagai negara pun tak perlu bingung lagi berkomunikasi dengan penduduk lokal. Sebab, kini, penduduk Jepang banyak yang sudah bisa berbahasa Inggris. Lembaga-lembaga pendidikan bahasa asing mulai banyak ditemukan di sana.
Apabila turis tersesat, tak jarang pula orang Jepang mau mengantarkan mereka hingga ke lokasi tujuan. “Penduduk Jepang, khususnya Tokyo, sudah sangat terbuka dengan wisatawan,” ujarnya.
Di sepanjang jalanan kota, kini Hiro makin kerap menjumpai wajah-wajah orang Indonesia. “Tokyo sekarang banyak dikunjungi orang Indonesia. Mereka berbahasa Indonesia di mana-mana, termasuk di kereta,” katanya. Hiro mencatat, wajah-wajah orang Indonesia di seputar Kota Tokyo mulai 10 tahun terakhir ini.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA