Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Yogyakarta Bidik Quality Tourism, Begini Tren Wisata 2024 Menurut Peneliti UGM

Selama kurun waktu 2023 jumlah kunjungan di Kota Yogyakarta lebih dari 7 juta wisatawan.

18 Januari 2024 | 10.00 WIB

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Perbesar
Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya untuk beralih menggarap sektor pariwisata yang bersifat mass tourism menjadi quality tourism pada 2024. Mass tourism merujuk pariwisata yang lebih mengejar jumlah kunjungan wisatawan yang datang setiap tahun, sedangkan quality tourism menekankan lama tinggal wisatawan dalam suatu periode kunjungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Selama kurun waktu tahun 2023 jumlah kunjungan di Kota Yogya lebih dari 7 juta wisatawan, hal ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Kota Yogya," kata Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo pada Rabu, 17 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, Singgih mencatat, Kota Yogya yang luas wilayahnya terbatas, tidak akan lagi membangun ruang besar. Mereka akan melakukan pengembangan dan peningkatan fasilitas yang sudah ada untuk memenuhi standar pelayanan, termasuk produk UMKM dan ekonomi kreatif. 

"Sehingga pada kondisi ini, quality tourism bisa terwujud dengan harapan belanja wisatawan terhadap produk dan layanan lokal meningkat," kata dia.

Perubahan tren pariwisata

Adapun peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus pegiat pariwisata kerakyatan Desa Wisata Institute Yogyakarta Destha Titi Raharjana mengatakan, orientasi mewujudkan pariwisata berkualitas tidak lain sebagai proses dari perubahan tren pariwisata yang terus berjalan. 

"Pendekatan pembangunan sektor pariwisata perlu mengedepankan inklusifitas, berkelanjutan, dan berkualitas (quality tourism),” katanya.

Semua pihak, menurutnya, harus lebih peduli dan perhatian dengan aspek peningkatan preferensi keberlanjutan, menghindari kerumunan, dan lebih menitikberatkan pada interaksi dengan budaya dan komunitas lokal.

Pariwisata berkualitas dinilainya sebagai pariwisata yang mencakup aspek peningkatan nilai tambah pariwisata, pengalaman wisatawan secara total, dan mendorong tindakan perbaikan daya dukung lingkungan. 

"Persoalannya, bagaimana kesiapan segenap pihak untuk mewujudkannya?"

Pariwisata ramah lingkungan

Sementara, kata Destha, berbagai pandangan para ahli mengerucut selera wisatawan di 2024 lebih memilih bentuk-bentuk pariwisata ramah lingkungan.

“Tren itu muncul seiring fenomena perubahan iklim yang terus terjadi tentunya mendorong kesiapan pengelola wisata untuk lebih mampu menyakinkan adanya praktik-praktik baik dalam pengelolaan lingkungan di destinasi termasuk di desa-desa wisata yang diharapkan mampu menjadi pengungkit perekonomian dan meningkatkan apresiasi budaya,” kata dia.

Wisata budaya

Dalam pandangan Destha, minat terhadap pengalaman budaya di lokasi yang dikunjungi akan menjadi aktivitas yang kelak masih diminati wisatawan. Apalagi Indonesia banyak menawarkan beraneka ragam kebudayaan yang sekiranya mampu dikemas guna menguatkan karakter atau identitas budaya sebagai pendukung kebangkitan sektor pariwisata.

“Tren untuk mendapatkan kebugaran di kala perjalanan wisata nampaknya juga semakin dicari, lewat konsep wellness tourism, Indonesia adalah gudangnya," kata dia.

Pemanfaatan sumber daya lokal, misalnya rempah-rempah dapat dikembangkan sebagai pelengkap bagi kegiatan pariwisata budaya. Terlebih jamu sebagai identitas bangsa Indonesia pun sudah diakui Unesco sebagai minuman warisan budaya tak benda yang menjadi penguat karakter herbal di tanah air.

Destha berpendapat keragaman fasilitas pendukung yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir seperti hotel dan restoran yang tersebar di beberapa destinasi utama berpeluang mengemas tren yang mengarah pada kegiatan business dan leisure, atau disingkat menjadi bleisure. Ini juga bisa dikembangkan di Yogyakarta. 

PRIBADI WICAKSONO

Mila Novita

Mila Novita

Bergabung dengan Tempo sejak 2013 sebagai copywriter dan menjadi anggota redaksi pada 2019 sebagai editor di kanal gaya hidup. Kini menjadi redaktur di desk Jeda yang meliputi gaya hidup, seni, perjalanan, isu internasional, dan olahraga

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus