Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Berkali-kali Geledah Kantor Khilafatul Muslimin Polisi tak Temukan Senjata

Polisi baru menyita buku-buku, buletin, dan majalah yang terkait khilafah serta uang Rp2,3 miliar dari penggeledahan kantor Khilafatul Muslimin

12 Juni 2022 | 19.04 WIB

Pimpinan Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja tiba di Polda Metro Jaya pada Selasa, 7 Juni 2022. Foto: TEMPO/Annisa Apriliyani
Perbesar
Pimpinan Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja tiba di Polda Metro Jaya pada Selasa, 7 Juni 2022. Foto: TEMPO/Annisa Apriliyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Polda Metro Jaya menyita sejumlah barang saat menggeledah Kantor Pusat Khilafatul Muslimin, di Bandar Lampung, Sabtu, 11 Juni 2022, maupun di dua lokasi lainnya, Medan dan Bekasi. Namun polisi tidak menemukan barang-barang seperti senjata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan mengatakan barang-barang yang berhasil disita saat penggeledahan baru berupa buku-buku, buletin, dan majalah yang terkait khilafah, uang Rp2,3 miliar lebih dalam empat brankas, komputer, atribut ormas, data induk warganya, hingga Nomor Induk Warga (NIW) sebagai pengganti e-KTP.

 

"Kan, tadi saya sampaikan buku-buku yang terkait khilafah itu ya. Senjata belum ada," kata Zulpan saat di Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Ahad, 12 Juni 2022.

 

Sebelumnya, pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan sejumlah bukti bahwa pemahaman khilafah yang dianut Khilafatul Muslimin tidak berbahaya. Menurut dia ada anomali konsep untuk merealisasikan khilafah yang mereka pahami.

 

Khilafatul Muslimin menurut Al Chaidar tidak berusaha merongrong negara, baik dari sisi sistem pemerintahannya, maupun ideologi yang dianut, yaitu Pancasila. "Sudah banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Khilafatul Muslimin itu membawa ide khilafah secara jemaah, kemudian tidak dengan kekerasan. Juga makna khilafahnya adalah makna khilafah yang sudah dimanipulasi dengan pengertian bukan negara, bukan kekuasaan, jadi lebih kepada jamaah," kata dia saat dihubungi, Rabu, 8 Juni 2022.

 

Sejauh ini Khilafatul Muslimin, kata Al Chaidar, malah membantu pemerintah dalam upaya menderadikalisasi orang-orang yang selama ini tergila-gila dengan ide khilafah. Mereka dianggapnya cenderung membantu pemerintah memberikan pemahaman terhadap Pancasila.

 

"Jadi lebih merupakan sebuah gerakan seperti gerakkan tasawuf, sufi, dan itu tidak membahayakan sama sekali terhadap keamanan negara. Bahkan dia menyatakan apabila ada yang melanggar Pancasila maka masuk neraka," ucap Al Chaidar.

 

Berdasarkan pengamatannya, pengamat terorisme itu mengatakan, konsep yang diusung Khilafatul Muslimin juga berbeda dengan konsep penegakan khilafah yang dipahami organisasi serupa lain, seperti HTI, ISIS, ataupun NII. Mereka terindikasi tidak berupaya melaksanakan aksi teror.

 

Bagi HTI, khilafah adalah kekuasaan sebuah negara yang bisa direbut dengan cara kudeta. Sedangkan, bagi ISIS, khilafah hanya bisa direbut dengan cara revolusi atau perang. Sedangkan Khilafatul Muslimin memandang khilafah bukan urusan merebut kekuasaan ataupun negara.

 

"Itu adalah jamaah, dan itu bisa direbut dengan kekuatan jamaah, dengan memperbanyak jemaah dan memperbanyak konvoi, atau dakwah. Ini aneh menurut saya, karena enggak mungkin ya, dan enggak pernah terjadi khilafah itu berdiri karena konvoi atau karena dakwah doang," kata dia.

 

Baca juga:

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus