Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Bila kantor pindah ke rumah

Pegawai yang bekerja di rumah ternyata cukup produktif. ini hasil penelitian ahli manajemen AS, lotte bailyn. mereka bisa mengatur sendiri disiplin kerjanya. namun tak berpeluang jadi manajer.

3 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PALING tidak, sekali dua kali. Anda mesti pernah mencobanya. Membawa pulang pekerjaan kantor yang tidak selesai. Niat di hati ingin bekerja di rumah. Namun, ternyata "pekerjaan rumah" itu terbengkalai. Tidak selesai, atau malah tidak disentuh sama sekali. Ruang tamu di rumah, apalagi ruang keluarga, memang bukan kantor. Terlalu banyak gangguan dan tidak ada suasana kerja di sana. Berkas yang hilang, air jeruk yang tumpah ke keyboard komputer, ocehan televisi, dan rengekan anak-anak hanya sebagian kecil dari penyebab rusaknya konsentrasi kerja. Karena itu, nyaris tidak ada perusahaan yang mau mempekerjakan karyawannya di rumah. Rasanya tidak masuk akal. Namun, sedikit demi sedikit, pekerjaan kantor ternyata sudah "masuk rumah" juga. Berkembangnya sistem komputer yang bisa menghubungkan PC di rumah dengan komputer di kantor, dan meningkatnya kecenderungan perusahaan merekrut tenaga lepas (part timer) demi efisiensi adalah dua penyebab utama. Karena itu. beberapa futurolog mulai memperkirakan, di masa depan sangat boleh jadi sebagian besar pegawai justru bekerja di rumah. Mempertimbangkan kemungkinan itu, seorang ahli manajemen Amerika, Lotte Bailyn, terdorong membuat studi. Ahli manajemen dari Massachusetts Institute of Technology ini merasa penasaran. Ia sudah lama mencari jawaban: benarkah produktivitas karyawan yang bekerja di rumah lebih rendah daripada yang bekerja di kantor? Bailyn melakukan studinya di perusahaan pembuat komputer ICL. Perusahaan ini memang sedang merintis kemungkinan mempekerjakan perancang program komputer di rumah, baik sebagai pegawai tetap maupun tenaga tak tetap. Bailyn karena itu mendapat peluang emas untuk meneliti dua kelompok pekerja: yang bekerja di rumah dan yang bekerja di kantor. Hasil studinya yang dipublikasikan di majalah bisnis Communications of the ACM belum lama ini ternyata mengejutkan. Ahli manajemen itu menemukan bahwa pegawai yang bekerja di rumah ternyata lebih produktif, bahkan lebih kreatif. Melalui studinya, Bailyn mnjawab kecurigaan para manajer bahwa pegawai yang bekerja di rumah sering tidak loyal pada perusahaan. "Saya menemukan, mereka justru lebih peduli pada kepentingan perusahaan daripada rekannya yang bekerja di kantor." Mereka, kata Bailyn, punya kebanggaan profesional lebih besar daripada sejawatnya yang berkutat di kantor. Prestasi yang mereka banggakan itu senantiasa berkaitan dengan kemajuan perusahaan. "Mereka juga lebih gembira dalam bekerja," ujar Bailyn lagi. Pegawai-pegawai yang bekerja di rumah tidak merasa dikejar-kejar dan diawasi. Di sisi lain, mereka bisa mengatur sendiri disiplin dan organisasi kerja. Sistem ini, menurut Bailyn, lebih efisien karena para pekerja tahu kapan semangat kerja itu datang dan kapan sebaiknya beristirahat. Lebih dari itu, beberapa pekerja bisa menggabungkan pekerjaannya dengan pekerjaan rumah tangga. Ada juga yang bisa menyisipkan jadwal olahraga dan rekreasi. "Irama kerja jadinya menyenangkan," kata seorang pekerja. Kendati diselingi berbagai kegiatan, karyawan yang bekerja di rumah terungkap lebih tekun dalam menghadapi pekerjaannya. "Materi pekerjaan adalah satu-satunya persoalan yang mereka hadapi," kata Bailyn. Karena itu, mereka lebih kreatif dan lebih mampu menunaikan tugas-tugasnya dengan baik. Konsentrasi mereka tidak dipengaruhi berbagai persoalan kantor." Sebaliknya, pegawai yang bekerja di kantor justru mudah dipengaruhi berbagai hal di luar urusan kerja. Misalnya hal-hal yang menyangkut status, hirarki, dan keinginan berkuasa. Minat pada pekerjaan dengan mudah dipatahkan oleh dorongan untuk mengalihkan tugas pada orang lain -- satu manifestasi dari keinginan mengatur anak buah. Pada karyawan yang bekerja di rumah, kemungkinan ini sangat kecil. "Karena tidak pernah diperintah, mereka juga tidak punya kebutuhan memerintah orang lain, yang lumrah terjadi kalau seseorang ingin memamerkan kekuasaannya," kata Bailyn. Namun, sistem bekerja sendirian ini dengan sendirinya segera menutup jalur untuk mengembangkan karir di bidang manajemen. "Para pekerja ini menjadi tidak biasa bekerja dalam sebuah tim," kata Bailyn. Mereka hampir tidak mempunyai peluang untuk menduduki posisi manajer, karena tidak pernah mendapat kesempatan menunjukkan kemampuan mengatur orang lain dan bekerja secara teratur dalam sebuah organisasi. Bertolak dari berbagai penemuannya itu, Bailyn sampai pada pendapat bahwa bekerja di rumah tidak bisa diterapkan sembarangan dan di semua bidang. Sistem kerja ini ada kemungkinan cuma cocok bagi pekerjaan yang membutuhkan ketekunan dan kreativitas. Juga pekerjaan yang memerlukan banyak pemikiran dan berkaitan dengan program jangka panjang. Merancang program komputer, misalnya, termasuk pekerjaan yang sesuai dengan sistem kerja di rumah itu. Dalam penelitiannya, Bailyn menemukan bahwa produktivitas kerja dari perancang program yang bekerja di rumah ternyata dua kali lipat ketimbang rekan-rekannya yang bekerja di kantor. Bekerja di rumah, menurut Bailyn, akhirnya juga berkaitan dengan watak. "Pekerja yang saya teliti kebanyakan wanita," katanya. Mereka rata-rata sangat memperhatikan masalah keluarga, dan sebaliknya tidak terlalu peduli pada karir. "Bagi wanita yang mementingkan simbol-simbol sukses di masyarakat, bekerja di rumah tidak akan sesuai," kata ahli manajemen itu. Di samping itu, umum terjadi, untuk mencapai kepuasan, para pekerja kantor mengalami hal yang tidak enak: semakin sukses karir mereka, semakin tidak bahagia mereka di rumah. Begitu pula sebaliknya. Sisi tak sedap ini tidak dialami oleh mereka yang bekerja di rumah. Mereka benar-benar bahagia, baik dengan pekerjaan maupun kehidupan rumah tangganya. Soalnya kini, adakah jaminan bahwa kerja di rumah otomatis meningkatkan produktivitas hingga dua kali lipat. Toh Bailyn tidak memperhitungkan repotnya mengurus anak (kalau sakit), cekcok rumah tangga, dan menyusutnya disiplin kerja karena tiadanya pengawasan.Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus