Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Cerita Dari Sharafiyah

Dua pramugara indonesia ditahan di sharafiyah arab saudi karena terbukti membawa 1/2 kg ganja. zainal arifin sudah kembali ke indonesia, sedangkan faisal adwani masih ditahan di sharafiyah. (krim)

1 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RESEPSI peringatan Hari Nasional Arab Saudi, yang sedianya diselenggarakan kedutaan besarnya di Jakarta, 23 September lalu, tiba-tiba dibatalkan. Ada yang menduga pihak kedutaan enggan pestanya diwarnai berbagai pertanyaan tentang pramugara Garuda yang kini masih ditahan di Jeddah karena tuduhan menyelundupkan ganja. Tapi resminya, menurut siaran pers, pembataian itu "karena negara Arab, khususnya Irak dan Libanon, kini tengah menghadapi keadaan yang serba sulit." Perkara « kg ganja, yang baru pertama kali melibatkan orang Indonesia, memang tak segawat keributan di Teluk Parsi itu. Pramugara Zainal Arifin, 30 tahun, Selasa dua pekan lalu sudah balik ke Indonesia dalam keadaan sehat wal afiat. Ia, menurut sebuah sumber, bahkan mendapat hadiah sebuah arloji berlapis emas dan beberapa hadiah lain sebagai "ganti rugi" karena telah ditahan selama dua minggu. Adapun rekannya, Faisal Adwani, 29 tahun, yang bertubuh tinggi tegap dan berwajah ganteng, kini masih ditahan di Blok I sebuah tempat tahanan di Sharafiyah. Sharafiyah adalah sebuah daerah elite di Jeddah, tak berapa jauh dari lapangan terbang lama. "Alhamdulillah, kami sudah bisa menjenguknya sampai lima kali," kata seorang kakaknya, yang kini bekerja dan mukim di Jeddah, pekan lalu per telepon kepada TEMPO. Faisal dan Zainal ditangkap di Jeddah, 29 Agustus lalu, setelah pesawat Garuda Boeing 747 menurunkan para calon jemaah haji. Faisal ditangkap karena petugas pabean memergoknya membawa daun ganja dalam sebuah tas. Zainal ditangkap malam harinya, ketika sedang berada di penginapan, karena diduga ikut terlibat dalam percobaan penyelundupan narkotik atau al mukhaddar itu. Keduanya kemudian diperiksa secara intensif di tempat yang berbeda Polisi yang memeriksa akhirnya berkesimpulan, Zainal tak terbukti bersalah. Sebab itulah, ia diizinkan pulang ke Indonesia. Namun, setibanya di bandar udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, ia dijemput petugas dari Satuan Utama Reserse Narkotik (Sattama Sersetik) Markas Besar Polri. "Bukan ditahan, melainkan sekadar dimintai keterangan," kata Kol. Pol. Sakir Subardi, kepala Dinas Penerangan. Zainal, menurut Sakir, dalam perkara ini hanya berstatus sebagai saksi bagi rekannya. Maka, bila ia nanti diperlukan, pihak Garuda akan mengirimkannya kembali ke Arab Saudi. Akan halnya Faizal, baik pihak KBRI di Jeddah maupun Markas Besar Polri, yang mencoba mengetahui persoalannya lewat jalur Interpol, sampai pekan lalu belum mendapat kejelasan. Tapi, dugaan buruk atas perlakuan yang diterimanya dalam tempat tahanan di Jeddah ternyata meleset. Dua minggu setelah pramugara yang menurut catatan Garuda konduitenya tak tercela itu diperiksa, keluarganya diizinkan menjenguk. Kebetulan, Faisal punya seorang kakak yang bekerja di Jeddah. Suasana tempat tahanan, menurut sang kakak, yang enggan disebut namanya itu, sangat baik dan bahkan mirip sebuah hotel. "Ketika saya tawari makanan, Faisal bilang tidak perlu, sebab di dalam ia merasa tak kurang suatu apa," katanya. Faisal menuturkan kepadanya soal ganja yang ditentengnya. Faisal, katanya, bukan pemilik barang haram tadi. Ia mengaku dititipi tas oleh seseorang, yang harus diserahkan kepada orang lain, calon jemaah haji, dalam pesawat. "Rupanya Faisal lupa dan tas tadi terbawa sampai ia turun diJeddah kata abang Faisal. Meski begitu, ia merasa lega karena Faisal ternyata tabah menghadapi penahanan atas dirinya. Faisal, sejak boleh dikunjungi, diberi keleluasaan bertemu familinya. Ia bebas bercakap-cakap apa saja, tanpa dikawal petugas. "Kalau mau, Anda juga bisa datang ke sini untuk berbincang dengan Faisal. Kapan saja," kata seorang pejabat di tempat tahanan di Sharafiyah kepada TEMPO melalui telepon. Keadaan Faisal itu tentu merupakan kabar baik bagi, terutama, ibunya di Jakarta, yang selama ini beranggapan bahwa pemuda yang tak lama lagi merencanakan akan menikah itu bakal dihukum pancung. Pihak keluarganya, yang cukup berada, tampaknya akan berupaya penuh agar Faisal bisa mendapat keringanan hukuman. Seorang diplomat, menurut sumber di Departemen Luar Negeri, pekan ini dikirim sebagai utusan ke Arab Saudi untuk mengurus masalah Faisal itu. Akan halnya keluarga Zainal, yang semula menduga calon bapak - istrinya kini tengah mengandung anak pertama - itu tak mungkin balik kecuali namanya, gembira tak terkira menyambut kedatangan Zainal. "Kami bersyukur karena doa kami didengar oleh Allah," kata Tatik, kakak Zainal, di rumahnya di bilangan Tanah Abang, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus