Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA menjadi perhatian sahabatnya. Teman semasa SMA meminta polisi mengungkap secara terang tewasnya pria beranak tiga itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nasrullah Nawawi, sahabatnya Brigadir RA, menyatakan ada sejumlah kejanggalan dalam kematian anggota Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Manado, Sulawesi Utara, itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami yakin masih banyak bukti dan fakta lain yang bisa ditemukan dan harus diungkap seterang-terangnya,” kata Nasrullah, saat dihubungi pada Ahad, 28 April 2024. Pernyataan itu juga dituangkan melalui akun media sosial bertajuk “Keadilan untuk Almarhum Ridhal”.
Nasrullah, 33 tahun, bersahabat dengan Brigadir Rhidal sejak mereka masuk SMA Negeri 2 Luwuk. Mereka lulus pada 2008. “Saya teman akrab beliau sampai lulus. Dia masuk kepolisian, saya kuliah,” tutur Nasrullah, mengenang.
Selama berteman, Brigadir Ridhal dikenal sebagai sosok tidak tertutup. Bahkan jika tak punya uang, dia kerap meminta bantuan meminjam duit Nasrullah. “Kalau mau cerita soal perempuan, pasti dia curhat ke kami,” ujarnya.
Brigadir Ridhal dikenal di lingkungan pertemanannya sebagai sosok periang dan humoris. Dia datang dari Desa Palam, Kecamatan Tinangkung Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Setelah keluar SMA, ia langsung diterima sebagai anggota Bintara dan tugas di Manado. Bersama tiga anak dan istri, keluarga ini tinggal di Kalasey, Kecamatan Mandolong, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Nasrullah menyatakan, pihak keluarga dan sahabat Brigadir RA—inisial dari polisi—memohon kepada Kepala Kepolisian RI, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, dan pemerintah Banggai Kepulauan, membantu mengusut kematian Brigadir Ridhal. Pengusutan kasus itu demi mencari keadilan dugaan bunuh diri Brigadir Ridhal.
Kematian Brigadir RA membuat Nasrullah teringat kembali dengan kematian Brigadir Nofriansyah Yoasua Hutabarat atau Brigadir J. Mulanya polisi menyebut Brigadir Yosua tewas karena saling tembak dengan rekannya sendiri, tetapi belakangan terungkap jika kasus ini adalah pembunuhan berencana yang didalangi atasannya sendiri, Irjen Ferdy Sambo.
Sekarang, kata Nasrullah, kasus kematian mengenaskan kembali terjadi kepada salah satu anggota Polri, sahabatnya. “Brigadir Polisi Ridhal Ali Tomi, anggota Polresta Manado, Sulawesi Utara, yang merupakan putra asal Banggai Kepulauan,” ujar dia.
Sebelumnya, Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan menemukan adanya luka tembak di bagian kepala Brigadir Ridhal yang ditemukan tewas di dalam mobil di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan, Kamis, 25 April 2024. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro, mengatakan Brigadir mengalami luka di bagian pelipis kanan dan tembus ke kiri akibat tembakan senjata api. Bahkan, peluru menembus atap mobil.
Menurut Bintoro, setelah olah tempat kejadian perkara (TKP) ditemukan sejumlah barang bukti di dalam mobil. Di antaranya satu pucuk senjata api jenis HS. Olah TKP itu dilakukan guna mengungkap kejadian sebenarnya. Pada saat itu polisi menyatakan memeriksa 13 saksi serta kamera pengintai (CCTV). Ada CCTV berhasil diambil untuk mengetahui kronologi kematian Brigadir Ridhal.
Kesimpulan sementara, Brigadir RA bukan korban penembakan oleh orang lain."Dari keterangan saksi, barang bukti, serta digital forensik yang didapatkan, kami menyimpulkan dugaan sementara bersangkutan bunuh diri," ucap dia.
Namun keterangan bunuh diri masih diragukan keluarga Brigadir Ridhal. Jenazahnya dikeluarkan dari Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, dan dipulangkan pada Ahad dini hari, sekitar 02.00 WIB—dan tiba dengan pesawat Garuda di Manado pada 06.30 WITA.
“Berbagai kalangan, khususnya keluarga korban meragukan hasil konferensi pers yang dilakukan oleh pihak Polres Metro Jakarta Selatan,” tutur dia. Dia mengatakan sejumlah pemberitaan menyebutkan adanya kejanggalan dalam dugaan bunuh diri, seperti diungkap istri Brigadir Ridhal, Nofita Husain, 37 tahun.
“Beberapa kejanggalan di atas masih menjadi spekulasi. Dan belum bisa dijadikan bukti kuat untuk menemukan motif sebenarnya kematian sahabat kami almarhum Brigadir Ridhal,” ucap Nasrullah.