Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KALAU saja penganiayaan terhadap Nasem, 20, terjadi saat ia masih hidup, polisi Indramayu mungkin tak perlu kelewat mengerutkan kening. Tapi, penganiayaan terhadap Janda beranak satu itu justru terjadi setelah ia meninggal karena sakit. Lima hari setelah dikuburkan, jasad Nasem ditemukan dalam rawa, sekitar 2 km dari kubur, dengan tubuh sudah terpotong menjadi dua. Kedua bibir dan hidungnya dikerat, serta rambutnya terbabat habis. Tak pelak lagi, ini merupakan kasus yang mungkin belum pernah terjadi. "Ini model kejahatan jenis baru," kata seorang perwira di Polsek Indramayu, Jawa Barat, kepada TEMPO. Sampai pekan lalu, misteri penganiayaan terhadap mayat Nasem itu belum terungkap. Polisi menemui kesulitan karena si pelaku hampir tak meninggalkan jejak. Yang dialami Nasem bermula pada malam Jumat Kliwon, medio Maret lalu. Malam itu setelah sakit panas sekitar empat hari, Nasem meninggal. Esok harinya ia dikuburkan di pekuburan Desa Tambak, tak berapa jauh dari rumahnya. Ketika itu, semua urusan yang bersangkut paut dengan Nasem dianggap telah selesai. Ternyata belum. Pagi keesokan harinya, penduduk kampung kumuh itu melihat ada bekas barutan di tanah, seperti bekas orang menyeret benda berat. Barutan itu mengarah ke tanggul Sungai Ceblog. Orang makin cunga, ketlka slang itu mereka menguburkan seorang anak kecil yang meninggal, dan melihat banyak kapuk bertebaran di dekat liang lahad Nasem. Wastin dan semua saudara Nasem dikabari, dan penyelidikan pun dilakukan. Mulanya, selain kapuk yang bertebaran, di kubur Nasem tak dijumpai kelainan. Tak ada tanda-tanda kubur itu bekas digali. Adanya ketidakberesan diketahui setelah pusara Nasem dicoblos-coblos dengan sepotong kayu. Ternyata, tanah di bagian kaki sangat gembur, dan ketika dicoblos lebih keras, dijumpai lubang cukup besar. Kubur pun dibongkar dan, benar, jasad Nasem tak ada lagi di tempatnya. Rupanya, Nasem dicuri tepat pada malam hari setelah ia dikuburkan. Menurut dugaan Letkol Sulaiman Gatot, kepala Polres Indramayu, Nasem agaknya dikeluarkan dari kubur dengan cara yang kurang ajar sekali. Mula-mula si pelaku yang diduga lebih dari satu orang, membuat lubang di bagian kaki kubur Nasem. Begitu kaki mayat terlihat, langsung ditarik ke atas. Itu sebabnya, kata Gatot, kain kafan masih tertinggal di dalam liang kubur. Cara membawa mayat sampai ke rawa tak kalah kurang ajar. Kaki Nasem rupanya diikat, lalu ditarik melewati sawah menuju tanggul. Setiba di tanggul, mungkin, korban dipanggul sehingga jejaknya tak kelihatan. Dan, entah di mana, mayat Nasem dipotong menjadi dua. dan bibir, hidung, serta rambutnya dibabat sebelum kemudian dibenamkan ke dalam lumpur. Lima hari kemudian, jenazah yang teraniaya ltu dltemukan seorang pencari ular di muara Sungai Ceblog, sekitar 2 km dari kubur Desa Tambak. Setelah dilakukan autopsi, jenazah itu dikuburkan kembali di tempatnya semula. Gatot belum bisa memastikan apa gerangan motif kasus Nasem itu. "Mungkin dendam, mungkin juga ada unsur magis, meski terhadap kemungkinan yang terakhir itu saya kurang percaya," katanya. Orangtua Nasem, sebaliknya, tak yakin jenazah anaknya dianiaya karena dendam. Sebab, setahu dia, Nasem tak punya musuh. Juga Darmin, bekas suami Nasem, tak percaya. Mereka kelihatannya yakin bahwa Nasem dianiaya oleh orang yang sedang mengasah ilmu hitam. Menurut kerpercayaan masyarakat setempat, orang yang meninggal pada malam Jumat Kliwon, jasadnya memang bisa digunakan untuk tujuan semacam itu. Terlepas dari soal ilmu hitam, Darmin dan kedua orangtua Nasem merasa masygul sekali atas kematian Nasem. Menurut rencana pada 26 Maret lalu, Darmin akan mengawini Nasem kembali. Tujuh bulan lampau, ia menceraikan Nasem, lalu kawin dengan seorang wanita bernama Duri. Tapi, perkawinan itu tak berlangsung lama. Baru beberapa bulan, Darmin menceraikan Duri. Tapi Nasem bukan satu-satunya korban pembongkaran kubur. Februari lalu, tepat pada malam Jumat Kliwon, saat hujan dan angin kencang bertiup, sebuah kubur di Desa Cipadung, Bandung, juga dibongkar. Si pembongkar, yang sempat menaburkan bunga di atas kubur, membawa lari beberapa kerat tulang belakang dan tulang rusuk Madasan, yang meninggal beberapa waktu lalu. Ahli waris korban menduga, si pencuri salah bongkar. Bisa jadi, yang semula akan dibongkar adalah kubur Nyi Tarsih, janda tanpa anak yang sudah lima kali kawin cerai, yang meninggal 1977. Nyi Tarsih dikabarkan mempunyai suatu ilmu, terbukti ketika kuburnya dipindah tujuh bulan setelah meninggal, kain kafannya masih utuh dan rambutnya bertambah panjang. Ilmu yang dimiliki Tarsih, menurut ahli warisnya, bukanlah ilmu kebal atau sebangsanya - Almarhumah dikenal sebagai orang yang saleh dan hampir setap malam sembahyang tahajud. Seperti halnya yang menyatroni Nasem, pelaku pembongkaran kubur di Cipadung itu sampai kini belum diketahui. Surasono Laporan Didi Sunardi (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo