Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Kronologi Intimidasi Petani di Pakel Banyuwangi Diduga oleh Pihak Perkebunan Bumisari, Ada Todongan Senjata hingga Suara Tembakan

Diduga preman dan sekuriti PT Perkebunan dan Dagang Bumi Sari Maju Sukses melakukan serangan dan intimidasi terhadap petani Desa Pakel Banyuwangi.

15 Maret 2024 | 14.15 WIB

Ilustrasi penyerangan. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi penyerangan. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Banyuwangi - Komplotan orang diduga preman dan sekuriti PT Perkebunan dan Dagang Bumisari Maju Sukses diduga melakukan serangan dan intimidasi terhadap anggota Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP), Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Komplotan yang berjumlah kurang lebih 300 orang itu diduga juga merusak tanaman milik para petani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ketua Ketua Rukun Tani Sumberejo Pakel, Harun, mengungkap kronologi kejadian itu. Melalui keterangan tertulis yang diterima TEMPO, Jumat pagi, 15 Maret 2024, kejadian berawal ketika pada Selasa, 5 Maret 2024 sekitar pukul 06.18 WIB, petani yang tergabung dalam RTSP di Desa Pakel menemukan sebuah pondok di lahan garapan petani telah roboh dan rusak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami menemukan sebuah botol bekas yang berisikan bensin dalam keadaan tumpah di dekat pondok, diduga akan dijadikan bahan untuk membakar pondok yang telah dirobohkan,"ujar Harun dalam keterangan tertulis dikutip TEMPO, Jumat, 15 Maret 2024.

Kemudian pada Sabtu, 9 Maret 2024 sekitar pukul 09.51 WIB, sejumlah sekuriti PT Bumisari Maju Sukses bersama sekelompok orang yang diduga preman bayaran memasuki objek lahan reclaiming di wilayah Pongkor (lokasi lahan garapan). "Mereka melakukan perobohan dan pembakaran terhadap pondok yang kami bangun di lahan," kata Harun.

Tak lama berselang kejadian itu, warga RTSP datang ke lokasi. Sekuriti dan sekelompok orang yang diduga preman bayaran tersebut memilih mundur. Sekitar pukul 11.00 WIB, warga berniat pulang. "Namun dalam perjalanan, kami dikagetkan dengan adanya pondok yang berdiri di tengah jalan pertigaan arah menuju Pongkor (pondok itu didirikan oleh pihak PT Bumisari) sehingga menghambat kami untuk lewat," ujar Harun.

Di saat yang bersamaan, kata Harun, mereka melihat di wilayah Panasean (yang tidak jauh dari Pongkor) terdapat pihak PT Bumisari yang sedang melakukan penebangan tanaman dan merobohkan pondok. Sehingga, secara spontan, para petani berusaha mengejar untuk mengusir pihak PT Bumisari. "Karena kejadian itu, kami memutuskan untuk berjaga-jaga supaya tanaman kami tidak ditebang kembali oleh pihak PT Bumisari," katanya.

Pada hari yang sama, akses jalan di jembatan sungai Taman Glugo (jalan lalu lalang warga bertani) diblokade menggunakan truk yang diduga kuat milik PT Bumisari. Kemudian pada Minggu, 10 Maret 2024, sekitar pukul 10.30 WIB, beberapa petani Pakel yang sedang berjaga di lahan melihat sekuriti PT Bumisari bersama sekelompok orang diduga preman dan para pekerja PT Bumisari yang diperkirakan berjumlah kuang lebih 150 orang, kembali menebangi tanaman dan merusak pondok petani Pakel di utara Kali Gondang.

Sekitar pukul 11.00 WIB, mengetahui kejadian tersebut, para petani mulai berdatangan. Awalnya, petani Pakel yang datang berjumlah sedikit. "Pihak PT Bumisari sempat mengintimidasi kami dengan mendorong dan menodongkan senjata. Beberapa orang yang diduga preman bayaran, juga menantang duel." ujarnya. 

Selang beberapa waktu, petani Pakel lainnya yang berdatangan semakin banyak dan pihak PT Bumisari kembali mundur. Kemudian sekitar pukul 11.43 WIB, setelah pihak PT Bumisari mundur, petani kembali berjaga sampai malam untuk menghindari serangan susulan. 

Sekitar pukul 19.30 WIB, salah satu petani Pakel mengalami pemukulan di bagian tengkuk. Akibatnya, petani Pakel itu harus dilarikan ke Puskesmas. Menurut keterangan petani pakel korban pemukulan, ia sedang melakukan patroli jaga malam dengan enam petani lainnya. Lalu, saat melihat secara samar terdapat bayangan orang, ia meninggalkan lima orang lainnya, lantas mendekat ke arah bayangan tersebut. 

Setelah dicek, tiba-tiba ada satu orang bertopeng yang mengeluarkan senjata tajam dan satu orang lagi memukulnya dari arah belakang sampai korban pingsan. Satu orang bertopeng lainnya berjaga di atas motor. Sebelum pingsan, petani Pakel korban pemukulan sempat berteriak, sehingga lima petani lainnya datang menghampiri. Namun, ketiga pelaku pemukulan sudah menghilang.

Kamis,14 Maret 2024, sekitar pukul 08.37 WIB, petani melihat pihak PT Bumisari kembali berdatangan untuk melakukan penebangan dan perusakan pondok petani Pakel. Kali ini, mereka membawa massa yang cukup banyak, kurang lebih 300 orang. Mereka melakukan pengerusakan tanaman secara masif. Diperkirakan kurang lebih dua hektare tanaman di lahan petani Pakel habis dibabat, lebih dari tiga pondok petani Pakel dirusak, serta beberapa dibakar.

Sekitar pukul 08.48 WIB, melihat aksi yang dilakukan oleh pihak PT Bumisari tersebut, petani berupaya bertahan. Namun, lagi-lagi pihak PT Bumisari membawa senjata tajam. Bahkan, ada salah satu orang dari massa PT Bumisari yang membawa senjata api. "Sempat terdengar dua kali tembakan ke udara untuk menakut-nakuti kami agar mundur," kata Harun.

Akibat dari serangan tersebut, terdapat salah satu petani perempuan Pakel yang menjadi korban tindakan kekerasan fisik. Korban mengalami luka memar bagian jari tangan, lengan, dan kaki. Sekitar pukul 11.09 WIB, selain melakukan penyerangan di wilayah Kali Gondang, PT Bumisari ternyata juga melakukan penyerangan di wilayah Pongkor. "Serangan di Pongkor itu diduga untuk memecah konsentrasi kami, supaya mereka dapat lebih banyak membabat tanaman petani Pakel. Sekitar 20 pohon pisang habis dibabat oleh pihak PT Bumisari." katanya. 

Pada pukul 14.00 WIB, massa PT Bumisari mulai mundur. "Kami masih tetap bertahan di lahan untuk berjaga-jaga karena khawatir, massa PT Bumisari akan kembali menyerang tanaman kami," katanya.

Dalam penyerangan kali ini, kata Harun, pihaknya menjumpai beberapa pekerja PT Bumisari yang secara tiba-tiba pulang saat waktu kejadian. "Mereka meminta maaf kepada kami. Beberapa pekerja itu merasa dibodohi oleh pihak PT Bumisari yang membayar mereka untuk menyerang petani Pakel," ujar Harun.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Jawa Timur, Wahyu Eka Setyawan, mengatakan peristiwa anyar di Pakel tersebut bukanlah pertama kali. Walhi Jawa Timur mencatat sudah ada puluhan intimidasi dan kriminalisasi oleh PT Bumi Sari terhadap warga buntut konflik agraria perusahaan dengan petani. “Kasus ini bagian utuh dari konflik agraria di Desa Pakel,” kata Wahyu saat dihubungi pada Senin, 11 Maret 2024. 

Sejak 2018, warga Desa Pakel bersengketa dengan PT Perkebunan dan Dagang Bumisari Maju Sukses. Warga desa merasa lahan mereka diambil secara sepihak oleh pihak perusahaan sehingga menimbulkan konflik lahan hingga sekarang.

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus