Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA kejahatan jenis baru di pelabuhan. Menodong dan merampok
kapten kapal yang sedang sandar. Akhir April yang lalu korbannya
Wong Sho Yen. kapten kapal Friendship berbendera Taiwan,
ketika lagi sandar di lepas pantai Teluk Bayu. Wong sedang
nyenyak tidur keta dibangunkan orang-orang tak dikenal.
Lehernya sudah ditempeli belati. Tamu-tamunya yang belum ia
kenal memerintahkannya menelungkup. kemudian menggerayangi isi
kapal -- dan berhasil menyikat uang tunai Rp 83 ribu, juga 8
ribu yen. 230 dolar Hongkong, 20 dolar Taiwan, radio kaset dan
sejumlah pakaian.
Polisi Komres 301 Padang dan pos-pos berdekatan segera
bertindak. Semalaman mereka mengamati pantai sekitar jalan raya
menuju Painan, sebab hanya inilah satu-satunya kemungkinan.
Memang agak sulit bagi polisi untuk membedakan perahu nelayan
sungguh-sung guh dan perahu yang dipakai penodong. Menjelang
subuh, terlihat perahu mendekati pantai Taman Nirwana.
Penumpangnya. yang hanya 2 orang itu, mencoba me]arikan diri.
Memang satu orang berhasil lolos untuk sementara. Ia menyelinap
di rimba yang berbukit. Polisi tinggal menunggu penjahat itu
keluar mencari makan. Ternyata memang benar: ada lelaki yang
masuk ke sebuah warung. Hanya saja polisi ada di sisi lain,
sehingga hanya dengan laporan penduduk polisi tahu. Lelaki itu
nampak kelaparan sekali. Kakinya terluka. Nah tentu ini orang
yang dicari, sebab di sekitar tempat orang tadi melarikan diri
terdapat noda darah berceceran. Rm, yang masih ada di warung
tadi akhirnya menyerah, ialah yang menja di otak dan sekaligus
ikut operasi perampokan bersama beberapa rekannya.
Banyak Uang
Rm dan lima kawannya: N,SI,Rh,O,dan N, bukannya tidak punya
kerja. Mereka saban hari terdengar berteriak-teriak di kaki
lima, jual obat. Malah mereka juga dikenal sebagai tamu yang
baik pada beberapa hotel murahan. Rm yang mengaku sebagai otak,
dengan bantuan Rh terus terang bilang sudah 7 kali merampok
dengan cara begitu. Lima kali di Teluk Bayur, lainnya di Lhok
Seumawe dan Belawan.
Bulan Mei yang lalu komplotan ini, kecuali N, berhadapan dengan
hakim di Pengadilan Negeri Padang. Dengan terus terang Rm
berkata bahwa operasi di Teluk Bayur paling aman. Sebab para
korban enggan melapor pada yang berwajib. Mereka lebih baik
kehilangan barang daripada harus menunda pelayaran akibat
laporan yang disampaikan kepada polisi. "Ini soal uang", begitu
jawaban Rm, ketika ditanya mengapa yang diincar mesti kapten
kapal. Alasannya kapten adalah orang yang paling banyak punya
uang daripada awak kapal lainnya.
Selama 3 bulan berturut-turut sejak Pebruari yang lalu. mereka
merampok 3 kapal dengan sasaran terakhir, Friendship. Sudah ada
pembagian tugas di antara mereka. Rm sebagai perencana merangkap
pelaksana. Rh bertugas melempar barang ke pasar bebas. Sedang O
cukup mendayung perahu sebab kebetulan ia cukup mahir lantaran
tinggalnya di dekat pelabuhan. Yang dilakukan Rm terutama
menodong. sebab dialah yang paling tahu di mana kapten berada.
Ulah Rm dan kawan-kawannya ini menarik perhatian khalayak
Padang. Maka sidang yang dipimpin Hakim Ketua A. Razak SH
dibanjiri pengunjung. Jaksa Mulkan memintakan hukuman 6 tahun
potong tahanan untuk Rm. Tapi hakim mengurangi sedikit. Cukup 5
tahun saja.N diganjar 3 tahun, Rh 2 tahun SI 1 1/2 tahun dan O
1/2 tahun.
Usia mereka yang masih muda, sekitar 24 tahun, menyebabkan
hukuman agak ringan. Tapi yang memberatkan mereka adalah
sasarannya yang khusus itu. Artinya komplotan itu hanya
mengincar kapal berbendera asing. Inilah yang dianggap kampanye
yang memalukan. Bukan saja bagi Teluk Bayur tapi juga bagi nama
baik Indonesia di mata orang asing. Para terhukum dan jaksa
menerima putusan pengadilan.
Yang masih menjadi tanda tanya: adakah hukuman dari Rm dan
kawan-kawannya menjamin kejahatan model baru itu tidak akan
terulang? Itu sebagian dipengaruhi oleh keadaan di sekitar
pelabuhan, terutama faktor pengamanannya. Pada persidangan
itulah terungkap jelas bahwa keamanan di perairan Teluk Bayur
masih belum begitu bagus. Para terhukum mengatakan: mereka bisa
leluasa bergerak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo