Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIBA-TIBA hari Jumat siang 21 Mei itu terjadi kepanikan yang
memuncak di lobby Hotel Bali Beach di pantai Sanur Bali. Petugas
keamanan hotel berlari-lari menuju tingkat dua, sementara di
pintu masuk lobby di bawah agak dijaga ketat. Apa yang terjadi?
Di tingkat dua, persis di muka kamar nomor 236, sebuah bar
pribadi terbakar hangus. Bar itu seluas lebih kurang 2,5 x 3
meter berbentuk rumah Bali asli, dari bambu dan beratap ilalang.
Api dengan mudah dipadamkan oleh petugas keamanan hotel dengan
alat-alat mutakhir yang disemprotkan, namun telepon cepat pula
berdering di kantor Barisan Pemadam Kebakaran Denpasar. Begitu
Pemadam Kebakaran datang, api memang telah padam, tidak sempat
merembet ke kamar lainnya, atau menghanguskan satu dari hotel
terbesar yang gemerlapan itu. Namun agaknya, api bijaksana benar
yang dilalapnya habis cuma bar pribadi itu, milik General
Manager Hotel Bali Beach, Gerald R. Johnston, warganegara
Amerika.
Kejadian ini, walau berlangsung singkat dan cepat, sempat pula
rnenarik perhatian. Terutama para penegak hukum, seperti
Kejaksaan, Kepolisian dan juga wartawan yang sejak seminggu
sebelumnya "mengamati" HBB di bagian yang terbakar itu. Fihak
kepolisian yang segera memeriksa -- sementara para wartawan yang
numplek di HBB dilarang masuk -- tidak menemukan hal-hal yang
mencurigakan sebagai akibat dari api itu. Tetapi Resident
Manager HBB, Hartono Sidik sempat membuka mulut pada wartawan
"kebakaran ini bukan karena gangguan aliran listrik
(korsluiting)". Lalu karena apa, sukar diperoleh keterangan.
Dan baru 24 Mei kemudian, Kepolisian Komres 1501 Badung
memeriksa lebih teliti. Hasilnya seperti yang diungkapkan drs
Untung Hayono, Wadanres Komres Badung kepada Bali Post hanya
"diperkirakan karena puntung rokok. Sebab lain belum
diketemukan".
Kebakaran kecil yang cuma menelan kerugian Rp 300 ribu itu
sesungguhnya tidak akan mengagetkan benar, kalau saja tidak
terjadi di muka kamar 236, di bar pribadi General Manager HBB,
yang justru saat itu masih dalam pengawasan pihak Kejaksaan.
Lagi pula di saat adanya api itu, seluruh penghuni bar dan kamar
tidak ada di tempat semua di luar negeri. Dan saat kebakaran,
justru ketika koran yang terbit di Denpasar giat memberitakan
terjadi "kasus yang misterius di HBB yang menyangkut GM HBB
serta nyonya" dan sehari setelah Kompas mengutip cerita
tersebut. Akhirnya beralasan kalau masyarakat tidak puas bahwa
kebakaran hanya disebabkan puntung rokok. Kecurigaan yang sudah
menjelma di hotel mewah itu menjadi kian memuncak.
Kasus apa yang mendahului peristiwa kebakaran itu? Kisahnya amat
panjang dan dari keterangan beberapa sumber yang ada di HBB
peristiwanya bisa dituturkan sebagai berikut.
Tersebutlah seorang penyanyi tenar berkebangsaan Amerika yang
bernama Brandon Hanlon. Sang penyanyi ini biasa menyanyi di
kapal pariwisata Rasa Sayang dan kalau kapal pesiar itu singgah
di pelabuhan Bali Benoa atau Padang Bali sang penyanyi menarik
suara di HBB, diiringi Band Aneka Nada dari Surabaya. Ini sudah
terjadi sejak lama, dan sudah sering kali memang kapal pesiar
itu singgah di Bali. Tapi kedatangan Brandon Hanlon 24 Januari
dan 20 Maret tahun ini di luar kebiasaan yang berlaku. Begitu
kapal pesiar itu berlabuh di Benoa, sang penyanyi dijemput oleh
Nyonya Johnston memakai jet boat milik hotel, dari kapal
langsung ke pantai Sanur, tanpa melewati fihak Bea Cukai.
Kejadian yang agak aneh ini mengkhawatirkan Recreation Manager
(RM) HBB yang bertanggungjawab terhadap jet boat . Juga fihak
keamanan hotel sedikit tidak enak, seperti ada apaapanya. RM
konon sudah melaporkan peristiwa itu pada General Manager (GM),
atasannya. Sumber berdekatan mengatakan pada Putu Setia dari
TEMPO, Johnston tidak mengambil tindakan apa-apa.
Lalu tibalah kejadian yang terakhir, di bulan April. Sang
penyanyi, dijemput lagi oleh nyonya GM di atas kapal yang sedang
nongkrong di Benoa. Dengan jet boat penyanyi jangkung serta
barangnya (dengan koper) diboyong ke HBB lewat laut. Entah
karena tergesa-gesa atau kusu atau "ada apa-apanya", jet boat
berlabuh di pasir HBB mesinnya lupa dimatikan. Begitu sang
penyanyi turun menenteng koper, perahu motor itu melonjak. Si
penyanyi kaget, koper jatuh menimpa kemudi. Tentu saja RM yang
bertanggung jawab terhadap perahu ini merasa perlu lagi
melaporkan kepada GM HBB perihal rusaknya alat pelayar itu.
Celakanya, begitu bawahan ini melapor, sang GM seperti
disebutkan sumber TEMPO -- malah membentak bawahannya, sebagai
"tidak punya inisiatif". RM yang sial ini tambah malang lagi.
Selang beberapa hari kemudian ia dimutasikan. Dari jabatan
cukupan RM kini "diturunkan" menjadi Employees Activities
Coordinator alias koordinator Kegiatan Karyawan.
Sakit Hati
Sampai di sini, sumber TEMPO di HBB tidak melanjutkan kisah itu
lagi. Tapi sumber lain yang juga karyawan HBB menyebut, adalah
wajar saja kalau pejabat yang dimutasikan tanpa alasan yang
meyakinkan itu merasa sakit hati dan berhak mengajukan protes
langsung ke PT Hotel Indonesia Internasional di Jakarta.
"Keadilan harus ditegakkan di hotel ini. Hotel ini milik rakyat
Indonesia, bukan orang asing", begitu kata beberapa karyawan,
yang juga memegang jabatan cukup tinggi di HBB.
Entah betul seperti yang diduga sumber TEMPO itu, tapi memang
ada laporan ke PT HII, yang datang dari utusan PT HII ke HBB
yaitu Pieter ioeharjo, Vice Presilent Operations & Marketing
PT HII. Utusan dari Jakarta ini setelah menemui beberapa fihak
di IIBB terbang lagi ke pusat. Entah apa yang dapat
diperbuatnya, tiba-tiba Brandon Hanlon sang penyanyi Amerika
yang kapalnya sedang berlabuh di Padangbai itu, diminta
keterangannya oleh fihak berwajib di Denpasar. Untuk beberapa
saat dan setelah cukup dikorek keterangannya, penyanyi itu pergi
lagi bersama kapal Rasa Sayang meninggalkan Bali. Ketegangan
mulai nampak, karena fihak Kejaksaan memeriksa HBB. sayang GM
HBB tidak ada karena mengikuti delegasi PATA ke Hawai. Dan
isterinya? Sejak rusaknya kemudi perahu HBB itu, nyonya ini
terbang ke luar negeri, konon ke Manila. Kejaksaan Negeri
Denpasar setelah memeriksa kamar 236 itu, merasa perlu akhirnya
mengambil tindakan,mengawasi ruangan itu berikut barangnya. Maka
mulailah peristiwa itu diramaikan koran yang terbit di
Denpasar.
Suara Macam-Macam
Barang apa yang ada di kamar GM HBB itu? Tidak ada keterangan
yang resmi. Fihak Kejaksaan Negeri Denpasar juga tidak
menjelaskan, karena peroalan ini masih menunggu datangnya Mr.
Johnston dari Hawaii. Rupanya sang penguasa HBB ini lama betul
di luar negeri, sampai sempat bar pribadinya ludes terbakar.
Akhirnya Johnston datang juga ke Bali, sendirian tanpa isteri,
25 Mei lalu. Sejak itu pemeriksaan dilakukan lebih teliti oleh
Kejaksaan, tentu saja terhadap barang yang menjadi sisa dari api
yang misterius itu. Apa hasilnya? Tak ada pejabat di hotel megah
itu yang suka buka mulut. Bekas RM yang disebut-sebut sebagai
biang kerok terbongkarnya kemelut itu, yang ditemui TEMPO tidak
banyak berkomentar. "Semuanya sudah saya jelaskan kepada
Kejaksaan", kata I Nyoman Kantor yang kini menduduki jabatan
barunya sebagai Employees Activities Coordinator Nyoman Kantor
tidak membenarkan dan juga idak membantah suara-suara yang
menyebut, karena ia maka kasus ini terbongkar. "Pokoknya datang
saja ke Kejaksaan. Ketika saya dipanggil, semua keterangan saya
beberkan", ujar Nyoman Kantor mengelak. Kepala Kejaksaan Negeri
Denpasar R. Djokomoelyo SH yang ditemui TEMPO Kamis pekan lalu
juga tak sudi memberi keterangan. "Kalau menanyakan kasus HBB,
tanyakanlah sekarang ke Kejaksaan Tinggi", kata Djokomoelyo.
Tapi bukankah Kejaksaan Negeri Denpasar yang menangani dan
memeriksa kasus itu? --Memang, tapi untuk kali ini keterangan
buat wartawan hanya diberikan oleh Kejaksaan Tinggi", jawab
Djokomoelyo. Rupanya hasil pemeriksaan itu mulai agak sukar
untuk diketahui oleh umum, sementara suara-suara orang luar
macam-macam. Misalnya Kompas dalam pemberitaannya mengimbuhi
kata "ganja".
Satu-satunya sumber yang bikin terang persoalan misteri di HBB
ini sudah jelas, yakni Kejaksaan Tinggi Bali. Tapi Asisten I
Bidang Intel Kejati Bali Gultom SH yang ditemui wartawan Jumat
pekan lalu, juga tak menjawab persoalan. Katanya, fihak Kejati
akan mengeluarkan keterangan resmi dalam waktu dekat tentang
kasus itu. Didesak oleh wartawan, Gultom bilang: "Saya tak
menyebutkan apakah persoalan itu dalam proses atau apa. Kami
belum terima laporan". Gultom juga mengatakan wajar kalau hal
itu menjadi tanda tanya umum, dan tentang tertutupnya keterangan
mengenai kasus yang satu ini dikatakan pula sebagai masalah yang
biasa. Ketika wartawan mulai cerewet Gultom menutup
keterangannya dengan: "Anggapan terserah you, apa Kejaksaan
dianggap serius atau bagaimana"
Memang agak rumit juga mengetahui kasus ini, semuanya serba
misterius. Sama rumit dan misteriusnya mencari, siapa yang
sebenarnya mengedarkan ganja di pulau pariwisata ini.
Koran-koran hampir rutin saja memberitakan turis yang dihukum
karena mengisap ganja, beredarnya barang-barang terlarang itu di
Kuta, Sanur, dan lain-lainnya, tapi tak ada yang berhasil
mengungkapkan, di mana sesungguhnya sang turis membeli ganja,
siapa yang mengedarkan. Kembali tentang kasus di hotel megah HBB
ini, pada akhirnya para wartawan pula yang kena getah, dianggap
"membantu saingan-saingan HBB untuk menjatuhkan HBB, dengan
membesar-besarkan persoalan pribadi Johnston itu",
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo