Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penipuan yang mencatut Rabithah Alawiyah, organisasi Islam yang memberi legitimasi eksklusif kepada mereka yang memiliki garis keturunan Nabi Muhammad di Indonesia dibongkar oleh Polda Metro Jaya. Ada enam pemohon yang menjadi korban atas tindakan tidak terpuji ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antropolog Islam dari New York University, Ismail Fajrie Alatas mengatakan gelar habib dinilai prestisius di masyarakat karena bisa menjadi modal untuk mencapai kekuasaan religius. Padahal, kata Ismail, predikat habib itu melekat secara eksklusif sejak lahir kepada mereka yang keturunan Nabi Muhammad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ismail mengatakan, tidak sedikit orang menginginkan gelar habib karena melihat pengaruh predikat itu yang besar di masyarakat. Apalagi di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, seorang habib seringkali dimuliakan dan mendapat penghormatan yang sangat besar.
“Mungkin karena itu ada orang-orang yang menginginkan sertifikasi tersebut hingga membuka peluang pemalsuan nasab,” kata Ismail seperti dikutip Koran Tempo pada Rabu, 6 Maret 2024.
Penyidik Subdirektorat Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya telah menangkap pria berinisial JMW pada 28 Februari 2024 di Bulak Simpul, Kalideres, Jakarta Barat. JMW belakangan disorot karena mencatut nama Rabithah Alawiyah untuk menipu mereka yang ingin menyandang predikat habib.
Lewat situs berdomain blogspot, JMW mengklaim sebagai wakil Rabithah Alawiyah yang bertugas mendata dan mencatat keturunan Rasul untuk divalidasi dengan gelar habib. JMW setidaknya telah memperdaya enam korban dengan keuntungan yang diperoleh sekitar Rp 18,5 juta.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ade Safri Simanjutak mengatakan JMW tidak memiliki pekerjaan tetap. Polisi membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk melacak keberadaan pria 24 tahun itu. “Tersangka sekarang ditahan di Rutan Polda Metro Jaya,” kata Ade.
Ketua Departemen Hukum dan Legal Rabithah Alawiyah, Ahmad Ramzy Ba’abud, bercerita modus JMW mulai terbongkar setelah ada seorang yang menghubungi lembaganya untuk menanyakan pencatatan nasab pada Desember 2023. Orang itu mengaku sudah menyetor duit Rp 4 juta sesuai persyaratan, tapi namanya belum muncul sebagai keturunan nabi pada situs Maktabdaimi.blogspot.com.
“Kami tidak punya Blogspot tersebut. Kami punya website resmi,” kata Ramzy.
Ramzy menyebut pencatutan nama Rabithah Alawiyah untuk penipuan yang dilakukan JMW telah merugikan organisasinya. Dia mengatakan situs resmi organisasinya adalah Rabithahalawiyah.org yang juga tidak pernah mempublikasikan informasi tentang nasab untuk menghindari klaim-klaim sepihak. Fenomena inilah yang mendorong Ramzy melapor ke Polda Metro Jaya pada 26 Desember 2023.
Cara Rabithah Alawiyah Mengurus Catatan Silsilah Nabi
Jamak dipahami, gelar habib diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad dari garis Huesin bin Ali. Huesin, cucu Sang Nabi sekaligus anak Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra. Sebutan lain untuk keturunan Muhammad ini adalah “sayid” dan “sayidah”.
Ramzy menjelaskan untuk mengurus pencatatan silsilah gelar habib, pemohon harus mengisi formulir dan diberikan kepada Dewan Pengurus Cabang Rabithah Alawiyah. Formulir itu disebut akan diverifikasi kebenarannya selama kurang-lebih sebulan oleh Dewan Pengurus Pusat.
Adapun formulir itu antara lain memuat informasi tentang identitas pemohon, seperti nama lengkap, saudara sekandung atau seayah, saudara ayah, saudara kakek, marga, tempat dan tanggal lahir, alamat, dan nama anak-anak. Kemudian, dalam formulir itu juga dibubuhkan tanda tangan dua saksi dan pemohon wajib mencantumkan lima nama keturunan yang di atasnya.
“Kalau namanya terdaftar, kami akan keluarkan buku nasab,” kata Ramzy.
Ketua Departemen Hukum & Legal Rabithah Alawiyah Ahmad Ramzy Ba'abud (kemeja putih sebelah kiri). Sumber: Istimewa
Setelah data itu diverifikasi, pengurus Rabithah Alawiyah akan memberikan validasi bahwa pemohon memang keturunan Nabi Muhammad. Pengurus akan memberikan buku nasab kepada pemohon.
“Biaya pembuatan buku nasab itu juga tidak sampai jutaan rupiah, hanya Rp 50 ribu,” kata dia.
Ramzy mengatakan buku nasab habib itu memiliki sekitar 10 halaman yang berisi nama-nama keturunan atau silsilah orang yang telah diresmikan sebagai habib. Pemberian gelar habib itu tidak melalui musyawarah atau sidang oleh Dewan Pimpinan Pusat.
“Kami memiliki buku besar, dari situ memverifikasi nama orang ini,” kata dia.
Rabithah Alawiyah mencatat saat ini jumlah habib di Indonesia lebih dari seratus ribu orang. Pencatatan ini dianggap penting untuk menjaga kelestarian jalur nasab Nabi Muhammad.
Ramzy mengimbau masyarakat untuk meminta informasi langsung dari Rabithah Alawiyah. Dia berharap jangan sampai ada penipuan habib palsu. Jika ada yang mengklaim sebagai bagian dari nasab, dipersilakan juga untuk mendaftarkan namanya. “Kalau memang tidak terdaftar, kami tidak mengumumkan,” kata Ramzy.
KORAN TEMPO