Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Pimpinan Ponpes di Lombok Barat Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Santriwati Kabur

Pimpinan Ponpes di Lombok Barat menghilang setelah pondok pesantrennya dirusak massa karena marah atas kasus pelecehan seksual.

14 Mei 2024 | 12.04 WIB

Ilustrasi pencabulan. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi pencabulan. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Aparat kepolisan Polres Lombok Barat masih mencari keberadaan MA (50 tahun) Pimpinan Pondok Pesantren NQW di Kecamatan Sekotong Lombok Barat. MA dilaporkan melarikan diri setelah pondok pesantrennya dirusak oleh massa yang marah lantaran dugaan pelecehan seksual terhadap sejumlah santriwati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Semenjak peristiwa perusakan pondok, kami masih mencari saudara MA," kata Kasat Reskrim Polres Lombok Barat, Iptu Abisatya Darma Wiratmaja, Selasa, 14 Mei 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abisatya mengatakan pihaknya sudah meminta keterangan keluarga dan kerabat MA untuk mencari tahu keberadaannya.

Ihwal dugaan pelecehan seksual santriwati yang menjadi pemicu kemarahan warga, Abisatya menjelaskan beberapa orang korban sudah dimintai keterangan. "Sejauh ini ada empat orang korban yang kita periksa. Satu orang diperkosa, yang lainnya mengalami pencabulan," kata Abisatya.

Sementara itu, Koordinator Relawan Anak, Joko Jumadi, mengatakan rencannya para korban akan menjalani pemeriksaan psikologis untuk kebutuhan forensik dan untuk rehabilitasi. "Pemeriksaan psikologi forensik dibutuhkab untuk kepentingan pembuktian, sementara pemeriksaan psikologis juga dibutuhkan untuk pemulihan psikologis korban." kata Joko

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari para korban, peristiwa pelecehan yang dilakukan MA terjadi di lingkungan pondok pesantren. "Mereka biasanya disuruh buat kopi lalu diantar ke ruang pribadi pelaku," ucap Joko. "Peristiwa itu dilakukan saat istri pelaku tak ada di rumah, dan dilakukan di bulan puasa."

Peristiwa yang berlangsung sejak 2023 itu terbongkar setelah salah seorang korban bercerita pada orang tuanya. Korban itu tak mau kembali ke pondok karena trauma. "Dari cerita itulah orang tua siswa santri mencari tahu dan bertemu orang tua korban lainnya." Kata Joko.

Para orang tua korban kemudian berinisiatif menemui pimpinan pondok, untuk mengkonfirmasi laporan anak-anak mereka. "Dalam pertemuan itu pelaku mengakui perbuatannya, hanya saja dia menyebut perbuatan itu ulah mahluk gaib." tutur Joko.

Joko menyebutkan bahwa para korban saat ini masih tertekan, tapi mereka semua saat ini sudah kembali ke keluarga mereka masing-masing. 

Diberitakan sebelumnya, Pondok Pesantren NQW dirusak massa pada Rabu Sore, 8 Mei 2024. Aksi perusakan itu buntut kemarah warga atas dugaan pelecehan seksual sejumlah santriwati. Hingga saat ini lokasi kejadian masih diberi garis polisi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus