Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Polisi Beri Uang ke Kerabat Korban yang Tewas Didor Terkait Begal

LBH Jakarta menerima pengaduan dari keluarga korban, yang dituduh sebagai begal dan tewas ditembak polisi.

18 September 2018 | 18.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga korban penembakan dalam operasi buru begal dan penjambret mendapat uang dari kepolisian. Uang itu digunakan untuk biaya pemakaman serta peringatan tujuh hari dan 40 hari meninggalnya korban akibat luka tembak oleh polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Polisi memberikan uang bertahap sekitar Rp 5 juta sampai Rp 10 juta," kata anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Arif Maulana, saat dihubungi Tempo, Selasa, 18 September 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arif memperoleh cerita itu dari keluarga korban penembakan yang mengadu ke posko LBH Jakarta. Posko pengaduan dibuka bagi mereka yang merasa menjadi korban ketidakadilan hukum tersebut. Posko dibuka pada 18 Juli 2018.

Lima keluarga melaporkan dugaan kejanggalan penembakan terduga penjambret dan begal ke LBH Jakarta. Dua di antaranya keluarga Bobi Susanto dan Dedi Kusuma. Padahal, menurut Arif, Bobi dan Dedi tak memiliki catatan kejahatan.

"Tapi kemudian di-framing polisi bahwa ini penjahat sering melakukan pembegalan," ujarnya.

Keluarga Bobi dan Dedi menginginkan ada kejelasan kasus penembakan tersebut. Karena itu, mereka diwakili kuasa hukum dari LBH Jakarta akan melaporkan kejanggalan meninggalnya Bobi dan Dedi ke Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI hari ini, pukul 14.00.

Menurut Arif, polisi memberikan uang kepada keluarga Bobi. Istri Bobi juga dihibahkan satu unit sepeda motor. Adapun keluarga Dedi mendapat ancaman berupa pengintaian di sekitar rumah.

"Keluarga Dedi diancam. Pemberian uang juga bisa menjadi tekanan bagi keluarga," ucap Arif.

Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Daerah Metro Jaya menggelar Operasi Cipta Kondusif pada 3 Juli-3 Agustus 2018. Operasi itu khusus dilakukan untuk memburu pelaku tindak kejahatan jalanan, khususnya begal dan penjambret. Sebanyak 15 orang ditembak mati dalam operasi itu.

Juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, membantah ada instruksi Kapolda untuk tembak mati begal dan penjambret.

Argo memaparkan, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis tak pernah menginstruksikan tembak mati penjahat jalanan. Yang ada perintah untuk melakukan tindakan tegas dan terukur jika pelaku mengancam keselamatan polisi atau warga.

Tindakan tegas dan terukur merupakan bahasa agar polisi memberikan tembakan peringatan bila penjahat membahayakan keselamatan polisi atau warga. Tujuannya, melumpuhkan begal dan penjambret.

"Polisi sudah sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur). Tindakan tegas dan terukur sesuai dengan aturan," tutur Argo kepada wartawan pada 19 Juli 2018.

Lani Diana

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus