Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menangkap 11 pelaku yang terlibat tawuran pelajar hingga menyebabkan remaja berusia 16 tahun tewas di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu dini hari kemarin. Adapun korban tewas berinisial AH yang berasal dari SMA Muhammadiyah Slipi, Jakarta Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Stefanus Tamuntuan mengatakan masih ada sejumlah pelaku yang dikejar karena diduga ikut terlibat dalam kasus tawuran.
"Masih ada beberapa lagi yang belum tertangkap," kata Stefanus di Panglima Polim, Jakarta Selatan, Senin, 3 September 2018.
Menurut dia, polisi cepat menangkap para tersangka karena ada motor seorang pelaku yang tertinggal di lokasi kejadian. Setelah menyelidiki asal motor tersebut, polisi langsung mendatangi rumah pemiliknya.
Anehnya, saat didatangi polisi, keluarga tersangka menyatakan bahwa motor pelaku telah dibegal. Bahkan, keluarga memperlihatkan surat laporan kepolisian yang diserahkan dari pelaku setelah melaporkan kehilangan motor ke kantor Kepolisian Sektor Kebayoran Lama.
Setelah diselidiki, kata Stefanus, ternyata pelaku ketakutan terhadap orang tuanya karena motornya tertinggal setelah tawuran.
"Jadi, pelaku laporan bahwa dirinya dibegal kepada keluarganya," ujarnya. "Kami kembangkan kasus ini dari dia dan menangkap tersangka lainnya."
Ia menjelaskan tawuran ini melibatkan lebih dari 50 pelajar di sejumlah sekolah yang berada di Jakarta. Bahkan, kata dia, tawuran di kawasan Kebayoran Lama kemarin tidak bisa lagi disebut tawuran pelajar. Melainkan, Stefanus berujar, "Ini sudah tawuran antar geng remaja yang anggotanya adalah pelajar."
Saat duel antar dua geng remaja ini, SMA Muhammadiyah berhadapan dengan gabungan remaja yang berasal dari siswa SMA Negeri 32 Cidodol, Madrasah Anajah dan Husni Thamrin. Ketiga sekolah ini menamakan diri sebagai geng Gusdon atau Gusuran Donat di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan.
"Kami masih terus kembangkan kasus ini, karena sangat sadis. Bahkan, setelah dibacok, korban masih disirami air keras," ujarnya menjelaskan soal tawuran pelajar sadistis itu.