Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Peneliti Bahasa yang Menjadi Pembela Lingkungan

Daniel Frits menjadi aktivis karena terusik pencemaran lingkungan yang merusak alam Karimunjawa. Pernah sekolah di Belanda.

10 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Daniel Frits pergi ke Belanda untuk memperdalam ilmu linguistik.

  • Dia bersentuhan dengan Karimunjawa ketika menelusuri sejarah perjuangan Kartini di Jepara.

  • Daniel terusik pencemaran yang mengancam kelesatarian alam Karimunjawa.

KEPEDULIAN Daniel Frits Maurits Tangkilisan kepada Karimunjawa bukan basa-basi. Dia sungguh-sungguh mencintai alam dan kehidupan di pulau yang masuk wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, itu. Kecintaan ini pulalah yang mengantarnya menjadi aktivis lingkungan. Bahkan, dua tahun lalu, dia memutuskan menetap di Karimunjawa. “Daniel sudah resmi menjadi penduduk Karimunjawa,” kata Tri Hutomo, rekan Daniel di Koalisi Kawali Indonesia Lestari (Kawali) Jawa Tengah, Rabu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Daniel menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada Program Studi Sastra Belanda. Pada 1996, dia melanjutkan pendidikan di Belanda untuk memperdalam ilmu linguistik. Di Negeri Kincir Angin itu, Daniel sering bersentuhan dengan surat dan dokumen yang berhubungan dengan R.A. Kartini. Di sinilah dia akrab dengan nama Jepara, Jawa Tengah, tempat kelahiran Kartini.  

Sekembalinya ke Tanah Air, pemuda itu mulai sering berkunjung ke Jepara. Dia membuat sejumlah kajian tentang perjuangan Kartini, termasuk kehidupan masyarakat di sana. Dari aktivitas inilah Daniel berkenalan dengan Komunitas Kartini, sebuah paguyuban yang aktif dalam bidang seni budaya. Bahkan, belakangan, Daniel bergabung dengan komunitas itu. “Di komunitas, dia mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak,” kata Tri. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suatu ketika, Komunitas Kartini diundang ke Karimunjawa untuk terlibat dalam acara Barikan Kubro. Kegiatan ini menjadi tradisi tahunan masyarakat Karimunjawa untuk menyambut angin musim barat. “Daniel ikut dengan rombongan itu,” kata Tri. “Inilah pertama kalinya dia menginjakkan kaki di Karimunjawa.”

Aktivis lingkungan Daniel Frits Maurits Tangkilisan di lokasi kerusakan lingkungan di Karimunjawa, Jawa Tengah, November 2022. Dok. KAWALI

Singkat cerita, kata Tri, Daniel memutuskan menetap di sana dan membuka biro pariwisata. Dia mengundang sejumlah kenalannya di luar negeri untuk datang ke Karimunjawa. Apa yang dilakukan Daniel itu membuat bisnis pariwisata di Karimunjawa semakin hidup. “Warga juga diajari bahasa Inggris agar bisa berkomunikasi dengan turis-turis asing itu,” ujarnya. 

Namun, ketika wabah Covid-19 menyerang, jumlah kunjungan ke Karimunjawa turun drastis. Mereka yang selama ini bergantung pada bisnis pariwisata kehilangan mata pencarian. Di tengah kesulitan itu, pengusaha tambak udang mengambil kesempatan. Dengan dalih membuka lapangan kerja, mereka memperluas area tambak. 

Tempat tinggal Daniel di Karimunjawa tidak jauh dari Pantai Cemara. Karena itu dia sering berdiri lama-lama di pantai, sambil memperhatikan laut. Saat itulah dia menyadari ada sesuatu yang berubah. “Perubahan itu terjadi akibat limbah tambak udang,” kata Tri. “Rumput laut saja tidak bisa hidup.”
 
Kesadaran itulah yang membuat Daniel lantang memprotes keberadaan tambak udang. Protes itu disampaikan lewat media sosial. Dia sering mengunggah foto dan video yang mengabarkan tentang pencemaran di pesisir Karimunjawa. “Kami sering melihat unggahannya. Makanya kami ajak Daniel bergabung dengan Kawali,” ujar Tri. “Dia resmi menjadi anggota Kawali Jawa Tengah sejak 2022.”

Bambang Zakaria, tokoh masyarakat Karimunjawa, mengenal Daniel sejak 2015. Ia beberapa kali menemani Daniel mengumpulkan data penelitian. Dari sanalah mereka sering berdiskusi dan bertukar pikiran. “Kami sepakat, keberadaan tambak udang bisa mengancam kelestarian alam Karimunjawa,” katanya ketika dihubungi melalui telepon. 

Zakaria menilai Daniel memiliki kepribadian yang baik dan lurus. Dia mengajari warga bahasa Inggris tanpa pamrih. “Sukarela, tidak minta apa-apa, tapi muridnya banyak,” ujar pria 68 tahun itu. 

Kerusakan lingkungan yang diduga akibat limbah tambak udang ilegal. Dok. KAWALI

Helena Rebecca Wulanari Tangkilisan, adik Daniel, mengatakan tidak tahu banyak tentang kegiatan kakaknya di Karimunjawa. Dia hanya tahu kakaknya memiliki usaha jasa pariwisata bersama teman-temannya. Namun bentuk persisnya seperti apa, dia tidak pernah menanyakan secara langsung. “Tapi, dari dulu, dia memang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap sesama,” katanya. 

Helena yakin kepedulian kakaknya terhadap lingkungan juga didasari oleh sikap itu. Apalagi David selalu bertindak total jika sudah menekuni suatu bidang. Karena itu Helena yakin kakaknya dapat melewati permasalahan hukum yang dihadapi sekarang ini. “Dari dulu dia totalitas dalam berjuang,” katanya. 

Daniel Frits saat ini menyandang status terdakwa. Dia dilaporkan oleh seorang warga Karimunjawa atas dugaan penyebaran kebencian dan hinaan. Laporan itu didasari unggahan Daniel di media sosial yang mengkritik keberadaan tambak udang di Karimunjawa. Sidang perdana Daniel sudah digelar di Pengadilan Negeri Jepara pada 1 Februari lalu. Sedangkan sidang lanjutan telah diagendakan pada 20 Februari mendatang. 

Helena mengatakan, setelah menetap di Karimunjawa, kakaknya jarang pulang ke rumah orang tua di Depok, Jawa Barat. Mereka lebih sering berkomunikasi lewat telepon. Namun Daniel selalu menyempatkan diri hadir ketika ada acara keluarga.  

Keluarga sempat khawatir ketika mendapat kabar Daniel tengah tersandung masalah hukum. “Dia cerita bahwa ada yang melaporkannya ke polisi,” ujarnya. Keluarga saat itu kebingungan. Orang tua mereka segera menghubungi salah satu saudara yang berprofesi sebagai pengacara. 

Belakangan, kata Helena, setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi Daniel, keluarga relatif tenang. Sebab, mereka yakin Daniel berada di pihak yang benar. Bahkan mereka bangga atas perjuangan yang dilakukan Daniel saat ini. “Tapi kami tetap berharap dia bisa segera bebas,” ujarnya. 

M. FAIZ ZAKI

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus