Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hukum

Siapa Cherry Lai, Owner Brandoville Studios Perusahaan Animasi yang Siksa Karyawan

Sosok Cherry Lai, owner perusahaan animasi Brandoville Studios yang dilaporkan ke Polisi karena menyiksa karyawannya.

17 September 2024 | 12.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik perusahaan animasi Brandoville Studios, Kwan Cherry Lai dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Pusat atas dugaan penganiayaan dan ancaman pembunuhan terhadap CS (27 tahun), eks karyawannya. Korban telah diperiksa oleh penyidik Polres Metro Jakarta Pusat selama delapan jam pada Ahad, 15 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cherry Lai, yang juga merupakan istri CEO Brandoville Studios Ken Lai, diduga kerap melakukan kekerasan verbal dan fisik terhadap CS. Kekerasan itu berupa makian seperti memarahinya dengan kata-kata yang tidak profesional dan mempermalukan CS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CS juga diduga mendapatkan kekerasan fisik seperti dicekik, diminta untuk menampari wajahnya sendiri sebanyak 100 kali, disuruh untuk naik turun tangga sebanyak 45 kali.

Diduga masih banyak pelanggaran lain dilakukan pihak atasan Brandoville Studios terhadap karyawannya. Antara lain mengabaikan kasus pelecehan seksual yang dialami pekerja, memaki dengan kata tak pantas yang berkonotasi merendahkan karyawan, memaksa pekerja bekerja di luar jam kerja, pengurangan gaji secara sepihak dengan alasan yang tidak jelas, hingga ada pekerja yang diancam akan dibunuh.

Lantas, siapa sebenarnya sosok Cherry Lai, owner perusahaan animasi Brandoville Studios yang menyiksa karyawannya? Berikut rangkuman informasi selengkapnya.

Siapa Cherry Lai?

Kwan Cherry Lai adalah seorang pengusaha berusia 41 tahun yang merupakan bos dari Brandoville Studios. Ini adalah perusahaan animasi dan game yang berkantor di Jakarta. Namun kini, keberadaan Cherry Lai tak diketahui setelah seorang eks karyawan melaporkan dugaan eksploitasi dan kekerasan yang dilakukannya.

Berdasarkan keterangan CS, mantan karyawan Brandoville sekaligus asisten pribadi Cherry Lai, bosnya itu lahir di Hong Kong pada 13 November 1981. Ibu Cherry Lai adalah warga negara Hong Kong, sedangkan ayahnya berasal dari Bangka.

“Dia pernah cerita orang tua sudah cerai waktu dia lahir karena katanya ayahnya mau jual dia,” tutur CS pada Tempo, Sabtu, 14 September 2024.

Pada usia 9 tahun, Cherry Lai disebut pindah ke Toronto, Kanada, dan menetap di sana hingga lulus sarjana filsafat dari sebuah universitas di Amerika Serikat. CS mengatakan, Cherry Lai kemudian menikah dengan Ken Cham Chuen Lai (Ken Lai), seorang pria dua kewarganegaraan Hong Kong dan Kanada. Dari pernikahannya ini, Cherry Lai dan Ken Lai tidak memiliki anak.

Tempo mendapatkan dokumen surat Izin Tinggal Terbatas Elektronik yang dikeluarkan Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Pusat. Dalam surat tersebut termuat informasi Cherry Lai merupakan warga negara Cina. Izin tersebut telah kedaluwarsa dengan masa berlaku terakhir pada 15 April 2024.

Polres Jakarta Pusat kini tengah memburu Cherry Lai yang keberadaannya tidak bisa diketahui. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Muhammad Firdaus menuturkan, pihak kepolisian sudah mendatangi kantor perusahaan yang berlokasi di Jalan Sumenep, Nomor 23, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Namun, kondisi di kantor tersebut sudah kosong.

Firdaus menuturkan penyelidikan tetap berlanjut dan keberadaan dari bos perusahaan itu akan tetap dicari. Kepolisian juga tengah mencari karyawan lain yang diduga jadi korban penganiayaan dan eksploitasi. 

“Iya bakal diburu, masih dicari keberadaan. Nanti diambil keterangan,” jelas Muhammad Firdaus mengonfirmasi dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu, 14 September 2024. 

Sementara itu, Cherry Lai dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh eks karyawannya, CS. Dalam dokumen laporan yang dibuat pada 5 September 2024, CS melaporkan Cherry Lai atas ancaman pembunuhan dengan kalimat, “Kalau saya tidak dapat apa yang saya inginkan, kamu mati”.

CS bercerita jika Cherry kerap melakukan kekerasan, mengeksploitasi, dan menganiaya pegawainya. Selama lima tahun bekerja di Brandoville Studios, CS mengalami trauma. “Dianiaya sejak saya bekerja,” ucap dia.

Puncaknya, CS mengaku dianiaya Cherry dan diancam akan dibunuh saat keduanya berada di Hotel St. Regis, Jakarta. “Sekembalinya perjalanan bisnis dari Hong Kong medio Agustus lalu," katanya.

“Dia menjambak rambutku dan menyeret saya ke dinding tempat umum di Hotel St. Regis. Dia bahkan menampar saya di depan umum, disaksikan oleh staf hotel,” kata CS.

CS berujar pernah dipaksa memakan kelopak bunga yang memang tidak bisa dimakan. Di hotel itu pula Cherry menyiramnya dengan air sebanyak dua kali, mematahkan dua kacamatanya, dan menamparnya. 

Akibat perbuatan itu, CS mengaku menderita sinusitis akibat benturan kacamata di hidungnya. “Saya tidak dapat memakai kacamata selama berbulan-bulan, dan mata saya terlalu kering untuk memakai lensa kontak karena kurang tidur,” katanya. 

Tempo berusaha mengkonfirmasi laporan dugaan kekerasan itu lewat sosial media resmi Brandoville Studios dan mendatangi bekas kantor mereka di Jalan Sumenep, Nomor 23, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat, 13 September 2024. Kantor dalam keadaan tertutup, namun tulisan Brandoville Studios masih tertempel pada pagar luar dan bagian atas rumah. Karena tidak ada penjaga, surat permintaan konfirmasi dimasukkan lewat sela pagar.

Dinda Shabrina, Ayu Cipta, Jihan Ristiyanti, dan Ervana Trikarinaputri berkontribusi dalam artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus