Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Tewasnya Hasan Bauw

Hasan bauw, 29, mahasiswa Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, aktivis dalam segala kegiatan agama islam. Tewas tertembak, kepolisian menyebuntukan Hasan adalah informan suatu badan intelejen. (krim)

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBANTU Rektor Universitas 11 Maret, Parmanto MA, tewas tertembak di rumahnya sendiri, di Solo, 11 Januari kemarin. Seminggu kemudian, 19 Januari, Hasan Bauw tewas tergeletak di pinggir jalan di Kecamatan Kalasan, Yogyakarta. Juga mati tertembak: peluru terdapat bersarang di pelipis kanan, ada yang lewat tengkuk menembus mata kiri, di lambung dan beberapa di bagian tubuh bawah lainnya. Kedua peristiwa itu masih gelap -- begitu polisi mengumumkan. Tapi Jaksa Agung, Ali Said SH, yakin menyatakan: tak ada kaitan apapun antara keduanya. Hasan Bauw, 29 tahun, adalah mahasiswa Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga. Aktivis. Selalu sibuk bersama mahasiswa dari berbagai universitas. Tertarik pada kegiatan agama Islam. Berceramah, jadi imam dan khatib di Mesjid Syuhada Kotabaru atau Salahuddin di Gelanggang Mahasiswa Gama. Berbisik-bisik Kesibukannya belakangan ini tak menyolok bagi teman-teman seasramanya, Asrama Yasma Putra, di sebelah Mesjid Syuhada. Juga Jum'at 19 Januari itu. Habis sembahyang Jum'a ia tidur siang. Sekitar jam 15.30 ada du? orang tamu mencarinya. Seorang yang bertubuh kekar memaksa seorang penghuni asrama untuk mengantarkannya ke kamar Hasan dan membangunkannya dari tidur. Yang satu lagi menunggu di luar sambil tetap duduk di sepeda motornya. Hasan menerima tamunya di kamar Mereka berbisik-bisik sebentar di kamar Tak lebih dari lima menit. Begitu tamunya pergi Hasan sudah siap ke luar. Dengan baju batik safari kuning, celan abu-abu dan cuma bersendal jepit, dia pergi dengan sepeda motor pinjaman. Nasib buruk Hasan diketahui teman-teman seasramanya Sabtu siang berikutnya. Ceritanya bermula dari mahasiswa kedokteran Gama yang praktek di rumahsakit Pugeran yang kebetulan mengenal Hasan. Di kantong Hasan masih terdapat uang Rp 1.400 dan kunci lemari. Dari penduduk Desa Purwomartani di Kalasan dapat diperoleh sedikit cerita. Ada yang melihat 4 orang laki-laki bergoncengan kendaraan Honda dan Vespa ke utara dari arah Kalasan ke Cangkringan. Agak lama kemudian mereka lewat kembali. Hanya, salah seorang dari mereka tak nampak di goncengan lagi. Orang yang lebih dekat dengan tempat peristiwa malah ada mendengar sebuah letusan. Mula-mula dikira cuma letusan ban pecah saja. Rentetan tembakan berikutnya barulah menarik perhatian. Polisi, yang berkantor sekitar 5 km dari sana, dilapori. Dan ternyata Hasan itulah yang diketemukan telah tewas tergeletak di pinggir jalan tersebut. Motif pembunuhan Hasan -- apalagi pelaku-pelakunya -- masih gelap. Jelas tak ada tanda-tanda semacam perampokan. Sumber TEMPO di kepolisian menvatakan, pun tak ada tanda-tanda perlawanan dari korban -- barangkali juga tak sempat -- sebelum tertembak atau tewas. Sumber kepolisian juga menyebutkan siapa Hasan selain yang tampak dari luar seperti selama ini dia informan sesuatu badan intelijen. Mayor Soewasno, dari Dinas Penerangan Kowilhan II, tak tahu menahu soal itu. "Bagian intelijen sudah saya cek," katanya, "juga tidak tahu menahu." Namun pejabat IAIN Kalijaga bercerita lain. Hasan Bauw biasa minta waktu untuk menunda ujian-ujiannya. Institut biasanya dapat mengerti kesibukan mahasiswa ini. Tak pernah ada persoalan. Untuk ujian Januari ini Hasan juga minta mundur. Tapi agak aneh. Surat pengundurannya kali ini, bertanggal 15 Januari, dimintakan oleh suatu instansi resmi (berkop surat, diketik rapi, distempel dan ditandatangani oleh seorang pejabat). Alasannya: hanya disebutkan, Hasan sedang mendapat sesuatu tugas. Setelah Hasan tertembak surat tersebut diminta kembali oleh instansi yang mengirimkannya. IAIN telah menyerahkannya kembali berikut fotokopi yang pernah dibuat. Apakah tertembaknya Hasan ada hubungannya dengan kegiatan intelijen atau tidak -- kita tunggu saja hasil kerja polisi nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus