Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Tokoh Gereja Sebut Operasi Pembebasan Pilot Susi Air Tak Lepas dari Peran Perempuan Nduga

Operasi pembebasan pilot Susi Air tidak terlepas dari suksesnya negosiasi yang dilakukan perempuan di Nduga.

24 September 2024 | 09.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Nduga - Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens resmi dibebaskan setelah hampir dua puluh bulan menjadi sandera di tanah Papua. Pilot berpaspor Selandia Baru itu dijemput mantan Pj Bupati Nduga Edison Gwijangge di Kampung Yuguru, Distrik Mebarok pada 21, September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator Gereja Kingmi Nduga, Pendeta Eliaser Tabuni mengatakan selain peran tokoh masyarakat, agama dan adat Papua. Operasi pembebasan Philip tidak terlepas dari suksesnya negosiasi yang dilakukan perempuan di Nduga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Para perempuan mengingatkan pentingnya kasih sayang dan kemanusiaan kepada TPNPB," kata Eliaser saat dihubungi, Senin, 23 September 2024.

Perempuan di Nduga, kata dia, melakukan negosiasi kepada milisi TPNPB Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma secara senyap. Bahkan, perempuan Nduga merupakan figur yang mengurus Philip selama dalam penyanderaan. "Mereka jaga baik pilot agar kondisinya selalu sehat," ujar Eliaser.

Tempo memperoleh rekaman video yang menampilkan puluhan perempuan Nduga ikut mengiringi pembebasan Philip di Kampung Yuguru. Dalam video berdutasi 2 menit 19 detik itu juga nampak para perempua Nduga memberikan pelukan perpisahan sebelum pilot berusia 39 tahun tersebut naik ke helikopter penjemput.

Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid menguatkan adanya peran perempuan Nduga dalam berhasilnya pendekatan soft approach ini. Ia mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari jaringan pegiat hak asasi manusia internasional di Papua, peran perempuan Nduga terbilang cukup signifikan.

"Gerakan perempua ini tidak hanya melakukan negosiasi, namun juga yang mengurus kesehatan pilot," ujar Usman.

Salah seorang perempuan Nduga, yaitu Raga Kogoya mengatakan, bahwa sejak awal Philip disandera, para perempuan Nduga telah meminta kepada milisi TPNPB untuk segera melepaskan Philip. Alasannya, kepedulian terhadap nilai kemanusiaan hingga kekeluargaan.

"Tuhan ajari kami untuk saling mengasihi. Kasihan keluarga pilot jika terus ditinggalkan," ucap Raga.

Adapun Philip disandera setelah mendaratkan pesawat Susi Air dengan kode registrasi PK-BVY di lapangan terbang Paro, Nduga pada 7, Februari 2023 lalu. Kala itu, TPNPB berkeinginan menukar pembebasan Philip dengan pengakuan kemerdekaan Papua dari Wellington dan Jakarta.

Setelah hampir dua puluh bulan menjadi sandera, kini Philip telah berada kembali bersama keluarganya. Ia diterbangkan dari Nduga menuju markas korps kepolisian Brigade Mobil Batalyon B/Timika untuk menjalani pemeriksaan medis dan psikologis sebelum diterbangkan menuju Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta pada 21, September malam.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus