Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iklan

3 Ribu UMKM Manfaatkan Limbah FABA PLTU

Dapat menekan biaya hingga 50 persen. #Infotempo

27 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Limbah abu pembakaran batu bara atau Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN, kini digunakan sebagai material untuk membangun rumah, jalan, hingga jembatan. Pemanfaatan FABA dapat menekan biaya hingga 50 persen dibanding menggunakan material konvensional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini FABA telah digunakan untuk membangun 18,8 kilometer jalan, 2 jembatan hingga 3.000 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memanfaatkan FABA untuk berbagai keperluan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PLN Yusuf Didi Setiarto menjelaskan, untuk mencapai target Carbon Neutral pada 2060, penanganan FABA menjadi perhatian bersama pemerintah dan PLN. FABA yang bukan merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) telah menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.

"Melalui sinergi dengan BUMN, Pemda, TNI, Polri, dan masyarakat luas, kami bergotong royong memberi nilai tambah FABA bagi kebutuhan rakyat. Membangun jalan, rumah, sarana prasarana serta mendorong energi hijau untuk hidup yang lebih baik,” kata dia dalam Pembukaan FGD Pemanfaatan FABA dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkuler dan Green Economy Berbasis Keterlibatan Masyarakat yang digelar oleh anak usaha PLN yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan PT Energy Management Indonesia (EMI) di Sleman, Yogyakarta.

Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sarwono Kusumaatmaja mengapresiasi langkah PLN Group yang melibatkan masyarakat dalam mengoptimalkan penggunaan FABA untuk beragam kebutuhan. Pemanfaatan FABA sebagai ekonomi sirkuler merupakan contoh kreativitas menghadapi krisis agar bisa bertahan.

"Ekonomi sirkuler adalah kegiatan berlangsung melingkar di mana ketika satu produk tercipta dan menghasilkan limbah, maka limbah itu dimanfaatkan kembali untuk menciptakan produk lain. Dengan demikian kemajuan perusahaan dan jumlah lapangan kerja baru yang luar biasa akan tercipta," ujar Sarwono.

Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. mengatakan perlu segera menggelar seminar nasional agar pemanfaatan FABA dilakukan masyarakat secara lebih luas dan masif. Langkah ini dilakukan untuk mendorong ekonomi sirkuler dalam menunjang ekonomi hijau dan ketahanan pangan.

Apalagi, dia melanjutkan, ke depan dengan semakin berkurangnya sumber daya alam maka pupuk berpotensi semakin langka. “FABA sebagai alternatif pupuk ini perlu disosialisasikan ke petani secara luas. Ada abu atau debu kok bisa menjadi pupuk, terus bagaimana pemanfaatan lainnya selain untuk pupuk misalnya untuk pemberdayaan UMKM lainnya juga harus dipahami dan diterapkan oleh masyarakat,” ujarnya.

Adapun, Pangkogabwilhan II Marsekal Madya TNI Imran Baidirus mendukung penuh pemanfaatan FABA. Ia juga akan menggunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana di wilayahnya.

“Saya usul disusun juga komposisi standar penggunaannya, bagaimana metode atau caranya membuat pupuk. Jadi memudahkan masyarakat pengguna tanpa coba-coba,” kata Imran.

Secara daring, acara ditutup dengan penanaman tanaman pangan dan bioenergi sebagai langkah nyata upaya sirkuler ekonomi dalam menunjang program ekonomi hijau dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia sesuai amat Presiden Joko Widodo. (*)

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus