Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iklan

Seni Berkembang, yang Lain Ikut Senang

Metode dampak pengganda sangat efektif dalam menunjukkan betapa signifikannya peran seni budaya. #InfoTempo

27 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sektor seni memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian. Adanya aktivitas seni dapat meningkatkan perputaran uang, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan pajak. Sebut saja Festival Kesenian Yogyakarta, yang menghasilkan perputaran uang dari transaksi kuliner, produk kriya, dan seni rupa sebesar 1,9 miliar rupiah di tahun 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut studi Dewi dan Subagya, penyelenggaraan ArtJog di tahun 2021 berkontribusi sebesar 3,4 triliun rupiah, atau 2,28 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY. Studi lain, menyatakan kegiatan seni lokal dapat meningkatkan pendapatan usaha kecil, seperti pedagang kaki lima dan penyedia transportasi lokal. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Festival Danau Sentani diberitakan telah meningkatkan pendapatan ojek air sampai 4 kali lipat. Kajian dampak ekonomi dari seni pertunjukan oleh Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Kota Surakarta melaporkan acara seni meningkatkan pendapatan pengusaha kecil hingga 60 persen. Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Festival Pasar Terapung Kalimantan Selatan yang diselenggarakan selama tiga hari mencatat transaksi ekonomi sebesar 89,6 juta rupiah.

Beberapa penelitian lain menghitung dampak ekonomi acara seni melalui estimasi belanja pengunjung dan pendapatan pekerja. Contohnya Gebyak Bantengan Nuswantara yang memprediksi perputaran uang sebesar 2,6 miliar rupiah dihitung dari rata-rata belanja pengunjung sebesar seratus ribu rupiah tiap 8 jam. LPEM FEB UI melakukan estimasi dampak ekonomi terhadap konser Coldplay di Jakarta dan menyebutkan konser selama satu hari di Indonesia diperkirakan menciptakan perputaran ekonomi baru bagi Indonesia sekitar 843,29 miliar rupiah, menyumbang PDB sebesar 434,65 miliar rupiah, dan tambahan pendapatan rumah tangga pekerja 150,83 miliar rupiah. 

Di tingkat nasional, peran ekonomi kreatif terhadap PDB nasional dinyatakan mencapai Rp1280 triliun di tahun 2022. Kontribusi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif pada nasional pun pada 2022 mencapai 17,7 persen. Selain itu, tenaga kerja sektor kreatif lebih cepat pulih dari pandemi.

Selain dampak ekonomi langsung, aktivitas seni juga memiliki multiplier effect, atau dampak pengganda. Di antaranya, dalam mendorong peningkatan nilai industri di sektor lain, terutama yang menyediakan barang dan jasa ke sektor seni. Sayangnya, kajian menggunakan metode dampak pengganda untuk seni belum banyak dilakukan di Indonesia. Padahal, metode dampak pengganda sangat efektif dalam menunjukkan betapa signifikannya peran seni budaya dalam menopang dan mengembangkan perekonomian secara keseluruhan, baik di tingkat lokal maupun nasional, dan sebaliknya. Menerapkan metode dampak pengganda sebagai cara untuk mengukur dampak ekonomi dapat mendorong perumusan strategi kebijakan yang lebih komprehensif sehingga dampak ekonomi dapat dirasakan dalam jangka panjang. 

Negara Asia Tenggara yang telah menerapkan ini adalah Singapura dan Thailand. Singapura mencatat, setiap satu dolar luaran produksi sektor film akan menghasilkan 1,78 dolar luaran produksi di seluruh perekonomian Singapura. 

Perlu dicatat, dampak ekonomi juga tidak hanya dihasilkan oleh sektor seni komersial melainkan juga oleh lembaga seni nirlaba. Kajian Americans for the Arts terhadap lembaga seni nirlaba menunjukkan kontribusi senilai 73,3 miliar dolar terhadap perekonomian nasional, 1,6 juta lapangan kerja dengan 65,4 miliar dolar pendapatan rumah tangga, dan 18,3 miliar dolar pendapatan pajak. Selain itu, sektor seni nirlaba mendukung berbagai sektor industri lain di antaranya melalui peningkatan jumlah turis, belanja kuliner, retail, akomodasi, serta kesehatan.  

Kaitan seni budaya dan ekonomi mulai dikaji secara makro di Indonesia sejak pertengahan 2010-an. Seni budaya dilihat sebagai sebuah ekosistem yang terdiri dari beragam aktor dan kapasitas yang saling tergantung satu sama lainnya, dan terkait juga dengan ekosistem di luar seni budaya. Salah satu landasan UU Pemajuan Kebudayaan juga mengisyaratkan bahwa memajukan ekosistem seni budaya berdampak positif pada ekosistem lain yang melingkupinya. Perspektif ekosistem ini perlu diterjemahkan dalam metode pengukuran dampak yang lebih komprehensif sehingga klaim-klaimnya dapat dibuktikan secara objektif.

Seperti yang telah diilustrasikan dalam beberapa contoh di atas, metodologi yang banyak digunakan untuk mengukur dampak ekonomi sektor seni di Indonesia sejauh ini masih melalui ukuran ekonomi yang melihat secara makro kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB dan serapan tenaga kerja. Metode ini punya beberapa kelemahan. Pertama, tidak dapat menunjukkan keterkaitan sektor seni dengan sektor lainnya. Kedua, agregasi data hanya mencerminkan sektor seni budaya yang punya kontribusi langsung yang signifikan dan berisiko mengesampingkan yang relatif kecil. Ketiga, tidak dapat menunjukkan manfaat ekonomi dari kegiatan-kegiatan yang bersifat nirlaba. 

Bayangkan jika penghitungan dampak pengganda diaplikasikan untuk konteks lokal. Saya mencoba untuk membuat ilustrasi yang sangat sederhana. Katakanlah sebuah bioskop baru dibuka di Kupang. Dari tiket 50 ribu per orang, bioskop berhasil menarik 5 ribu penonton. Selain tiket, tiap pengunjung membayar 50 ribu untuk makan-minum dan 20 ribu untuk transportasi. Secara kasar, dampak pengganda dari belanja pengunjung adalah: setiap 50 ribu yang dibelanjakan untuk sektor seni, 70 ribu dibelanjakan untuk sektor lain, atau 1:1,4 rupiah.

Skenario kedua, katakanlah pemerintah daerah mensubsidi 250 juta rupiah dan berhasil mendatangkan 5 ribu penonton baru yang tidak perlu membayar tiket. Karena penonton tidak membayar tiket bioskop, tiap orang menambah belanja makan-minum menjadi 70 ribu dan transportasi 20 ribu. Dapat dihitung, tiap 1 rupiah pendanaan publik di sektor seni mendorong output di sektor lain sebesar 1,8 rupiah. 

Secara riil di lapangan, penghitungan dampak pengganda mungkin belum dilakukan karena banyaknya faktor yang harus diperhitungkan dan keterbatasan data. Namun, pengilustrasian dampak berjenjang dengan menunjukkan keterkaitan antara sektor seni dengan sektor lainnya sangat penting untuk melengkapi metode penghitungan ukuran ekonomi agar pembuat kebijakan dapat membuat strategi yang lebih tepat sasaran untuk jenis dan bentuk aktivitas seni yang perlu didukung. Di tingkat lokal, eksplorasi metode berbeda akan lebih mudah dilakukan mengingat cakupannya yang lebih kecil dan spesifik. Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan lembaga penelitian untuk menelusuri kemungkinan-kemungkinan tersebut sehingga dapat menghasilkan data yang punya daya tarik lebih bagi pemodal, baik sektor privat maupun publik.

Berbagai data di atas, seberapapun terbatas cakupannya, telah memberikan gambaran akan betapa besarnya keterkaitan antara sektor seni dengan sektor lain. Kesenian yang maju akan berkontribusi pada perkembangan perekonomian lokal, dan bahkan nasional, yang hasilnya dapat dinikmati tidak hanya oleh pelaku seni, tapi juga seluruh masyarakat. Oleh karena itu, dukungan terhadap seni perlu ditingkatkan, tidak hanya dari dana publik, melainkan sponsor swasta, dan filantropi.

*Ratri Ninditya, Koordinator Peneliti di Koalisi Seni - UNESCO Culture Expert

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus