Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo akan memberikan penghargaan kepada 20 polisi wanita (Polwan) berprestasi dan berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya. Para polisi wanita ini tidak hanya melakukan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan, tapi mampu menciptakan inovasi dalam pelayanan kepada masyarakat. Penghargaan diberikan pada puncak Peringatan Hari Jadi ke 75 Polisi Wanita pada September 2023. Berikut profil 11 dari 20 Polwan berprestasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendekatan Humanis Kasus Anak
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empati dan menjadi pendengar yang baik selalu dilakukan Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Septiani Lis Bintari dalam penanganan kasus perempuan dan anak. Bintara Unit 4 Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kotim, Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah, melakukan pendekatan humanis kepada pelapor. "Jika pelapor dalam keadaan luka atau merupakan korban asusila, kami segera lakukan visum ke Rumah Sakit Sampit," ujarnya.
Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Septiani Lis Bintari.
Sejak bertugas di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak pada 2013, Aiptu Septiani, telah menangani sebanyak 180 kasus. Dari jumlah itu sebanyak 130 kasus sudah P21 atau lanjut ke persidangan. Kepolisian bekerjasama dengan beberapa instansi terkait dalam proses penanganan perkara sebagai pendampingan.
Agar tidak terlihat menakutkan, Aiptu Septiani dan rekan Polwan lainnya di Unit PPA tidak menggunakan seragam polisi. "Kami menggunakan pakaian tidak berseragam yang telah ditentukan dan ruangan PPA juga diberi wallpaper gambar kartun dan hiasan atau pernak pernik yang kebanyakan boneka sehingga tidak terkesan horor atau seram," ujarnya.
Penanganan atau pemeriksaan pelapor atau korban dilakukan polisi wanita dengan humanis dan berempati. "Kami mendengarkan korban atau pelapor, kadang kami berikan tanggapan agar mereka nyaman. Kami berusaha menjadi pendengar yang baik," kata Septiani.
Penanganan korban atau pelaku kasus anak dan perempuan dilakukan dengan mengutamakan pendekatan humanis. "Penanganan anak korban diatur dalam SOP Unit PPA, dimana dalam wawancara atau pemeriksaan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak menyinggung, tidak menyudutkan atau menyalahkan korban pelapor pelaku, dan tidak bersikap diskriminatif tapi menunjukkan sikap yang bersahabat," kata Aiptu Septiani.
Dalam penanganan perkara PPA, dia juga memperhatikan kondisi anak dan tidak boleh ada paksaan. Wawancara dilakukan tidak lama dan tidak membosankan. "Terkadang kami melakukan pemeriksaan sambil bermain dan bercanda agar anak tidak takut dan bosan," ujarnya.
Aiptu Septiani bersama Polwan lainnya juga kerap dilibatkan dalam razia tempat hiburan malam. Biasanya mereka diterjunkan untuk menangani anak atau perempuan yang kedapatan berada di tempat yang tidak seharusnya, seperti hotel, diskotik, cafe dan lainnya. “Dalam penanganan kasus seperti itu, kami tidak boleh membentak atau memarahi anak-anak,” ucapnya.
Sebagai Polwan yang banyak menangani kasus anak dan perempuan, Aiptu Septiani kerap menjadi narasumber tentang perlindungan anak dan perempuan. "Kami selalu bersinergi dalam pemberantasan atau penghapusan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Apapun kami lakukan demi masa depan anak dan perempuan di Indonesia khususnya Kabupaten Kotim," ujarnya.
Membangun Hubungan Emosional
Brigadir Polisi Lutfiyah Aziyati, Bintara Unit Penyidik III Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Prabumulih, Kepolisian Daerah Sumatera Selatan, punya cara jitu melakukan pendekatan kepada korban kasus anak dan perempuan. Anggota polisi wanita yang aktif di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak ini menggali pendekatan melalui hubungan emosional dengan korban. “Dengan cara itu korban akan nyaman menceritakan kejadian yang dialaminya,” ucapnya.
Dalam mewawancarai anak sebagai korban atau anak sebagai pelaku, Lutfiyah berusaha memposisikan diri sebagai anak tersebut. "Saya juga berusaha untuk menjadi teman dari anak tersebut, sehingga nyaman bercerita," ujarnya.
Brigadir Polisi Lutfiyah Aziyati
Salah satu cara yang dilakukan membangun kedekatan emosional adalah dengan tidak menyudutkan korban dan memposisikan diri sebagai korban. “Dan menjadi pendengar yang baik untuk korban,” kata Lutfiyah.
Polres Prabumulih juga menyediakan safe house atau rumah aman atau rumah perlindungan sementara untuk korban anak dan perempuan. Safe house disediakan apabila korban takut untuk kembali ke rumah atau keluarganya. “Untuk perempuan dan anak yang menjadi pelaku kami tetap tangani dengan baik, karena kami tetap mengedepankan hak-hak anak atau hak-hak perempuan," ujar Brigadir Lutfiyah.
Sebagai penyidik, Lutfiyah juga dalam penanganan tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Dia bersama Polwan lain turut mengecek tempat-tempat yang biasa digunakan terjadinya kasus TPPO. "Saya turut memberikan edukasi tentang bahaya dari tindak pidana perdagangan orang dan ikut menangkap pelaku,” tuturnya.
Menangani Stunting
Inspektur Polisi Dua Uun Uniati Melinda Sari memiliki dua profesi, sebagai dokter dan polisi. Kedua profesi yang disandangnya menuntut dirinya dapat bermanfaat bagi masyarakat. "Profesi yang saya miliki adalah profesi yang berkaitan dengan pelayanan dan masyarakat. Saya berusaha semaksimal mungkin mengabdi sebagai dokter polisi yang dapat membantu banyak orang," kata Kepala Seksi Kedokteran Kepolisian Resor Cimahi, Polda Jawa Barat, itu.
Sebagai dokter kepolisian, Uun Uniati, aktif membantu masyarakat menurunkan stunting atau gizi buruk pada anak. Kegiatan tersebut dilakukan bersama instansi terkait melalui sosialisasi, edukasi dan konsultasi serta pengobatan gratis kepada masyarakat.
Menurut Uun Uniati, kunci utama menuju Indonesia bebas stunting adalah kerja sama dengan semua pihak. “Kami berkoordinasi dengan menggerakkan bhabinkamtibmas untuk dapat memantau langsung jika ada laporan dari masyarakat terkait stunting," ujarnya.
Sebagai dokter polisi, Uun Uniati dituntut siaga dan siap ditugaskan kemana saja. "Kami turun langsung mendatangi pasien sampai ke pelosok-pelosok untuk membantu pasien akibat keterbatasan akses dan ekonomi,” kata dia.
Inspektur Polisi Dua Uun Uniati Melinda Sari
Uun pernah menangani kasus keracunan masal di daerah terpencil yang aksesnya sangat sulit. Dia bersama tim turun membantu masyarakat meski harus menempuh perjalanan sulit dan terjal.
Salah satu pengalaman yang berkesan ketika bertugas membantu masyarakat adalah ketika ada seorang anak yang meminta kaki palsu. "Anak itu kemudian mendapatkan kaki palsu. Saya ikut merasakan senang dan haru. Banyak hal yang saya dapatkan semenjak menjadi dokter polisi," kata Uun.
Pengalaman lain yang paling berkesan, adalah ketika Uun ditugaskan ke Pulau Seram, Maluku, menangangani Covid-19. "Buat saya pengalaman itu sungguh sangat menakjubkan," ujar dia.
Sebagai dokter polisi, Uun mengaku menjalani tugas dan fungsi yang berkaitan erat dengan pelayanan masyarakat. "Apalagi kami sebagai polisi di bidang kesehatan lebih sering terlibat dalam bidang sosial. Alhamdulillah respon masyarakat juga menyambut dengan hangat, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan publik khususnya di bidang kesehatan," kata Uun.
Atlet Muay Thai yang Tangguh
Di balik sosoknya yang luwes, Brigadir Polisi Dua (Bripda) Amelia Anggun Yudhianti adalah atlet Muay Thai yang tangguh. Polwan dari Satuan Brimob Kepolisian Daerah Banten ini telah meraih medali di berbagai kejuaraan Muay Thai. Salah satunya adalah medali perak Muay Thai Boran (Muay Thai klasik) kelas 57 kilogram dalam Pekan Olahraga Provinsi Banten VI Tahun 2022. “Saya juga mendapatkan penghargaan pada Kejurnas dan Seleknas tahun 2022," kata Amelia.
Brigadir Polisi Dua (Bripda) Amelia Anggun Yudhianti
Aktif sebagai Polwan sekaligus atlet membuat Amelia harus pintar-pintar membagi waktu antara pekerjaan dan latihan. "Kendala mungkin ada, tapi sejauh ini masih bisa saya antisipasi, karena di tempat pendidikan kami dibentuk dan diajarkan untuk bisa menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan kedinasan," ujarnya.
Pengajar dan Pelatih Judo Sekolah Polisi Wanita
Komisaris Polisi (Kompol) Romlah Budi Istiarti, yang merupakan Tenaga Pendidik atau Guru Madya di Lemdiklat Polri tak menyangka akan mendapatkan penghargaan di Hari Polwan ke-75. Ia mengatakan, selama berdinas kurang lebih 34 tahun, dirinya hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk Kepolisian RI.
Menurut Romlah, seorang pengajar harus selalu menjadi teladan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, khususnya siswa. "Kemudian bersedia menerima masukan supaya kita semakin berkembang dan menjadi lebih baik dalam menjalankan tugas di bidang pendidikan," kata dia.
Komisaris Polisi (Kompol) Romlah Budi Istiarti
Selain sebagai pengajar, Romlah juga menjadi pelatih judo Sekolah Polisi Wanita. Hasil didikan Romlah tidak main-main. Ia berhasil mengantarkan empat Polwan menjadi juara dalam Kejuaraan Judo Kapolri Cup 2023 yang diadakan di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, pada Juli lalu. “Kunci sukses kami dalam melatih siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari seluruh Nusantara adalah selalu memperbarui metode pengajaran,” ia mengungkapkan.
Terobosan Kreatif dalam Mengajar
Pamin Subbagian Perencanaan dan Administrasi SPN Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Inspektur Polisi Dua (Ipda) Trustiyati, adalah contoh pengajar panutan. Di samping melaksanakan tugas rutin mengajar di SPN, ia juga membuat terobosan kreatif dengan mengajarkan materi pengembangan diri kepada beberapa satuan kerja di jajaran Polda Jateng, akademisi, guru SMP dan SMA, serta pengurus GOPTKI dan Himpaudi di Banyumas.
Trustiyati kerap pula memberikan motivasi kepada peserta didik dalam kegiatan pembinaan fisik. Ada hal yang berbeda setiap kali ia mengajar. "Saya menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dengan metode pembelajaran yang variatif," kata dia. Terobosan inilah yang membawa Trustiyasi meraih penghargaan di Hari Polwan ke-75.
Inspektur Polisi Dua (Ipda) Trustiyati
Menurutnya, selain melaksanakan tugas pokok kepolisian, para pengajar di SPN Polda Jateng juga dituntut memiliki kompetensi pendidik untuk mentransfer ilmu bidang kepolisian kepada peserta didik. Kompetensi itu, kata dia, diperoleh melalui pelatihan tenaga pendidik dan uji kompetensi sertifikasi pendidik secara berkala.
Ia mengimbuhkan, tenaga pendidik yang baik dituntut mampu mengelola pembelajaran dengan menarik dan mempersiapkan diri dengan matang sebelum mengajar. Tuntutan berikutnya ialah mesti selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar pembelajaran menjadi lebih maksimal dan menarik. "Tujuan mengajar tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi mengubah sikap perilaku peserta didik agar menjadi lebih baik," ujar Trustiyati.
Polwan Berprestasi di Cabang Olahraga Handball
Ipda Dea Feronika Putri, Paminmat Subbagsumda Bagrenmin Staf Logistik Polri, memiliki prestasi gemilang dalam cabang olah raga handball. Ia sudah bertanding di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa prestasi tersebut di antaranya adalah meraih juara ke-3 Asian Handball Championship Doha, Qatar tahun 2015; juara ke-1 PON XIX Jabar 2016; peringkat ke-5 Asian Games 18th Indonesia-Palembang tahun 2018; dan juara ke-3 PON XX PAPUA tahun 2021.
Berperan ganda sebagai atlet dan Polwan, Dea terus berlatih dengan tidak melupakan tugas serta kewajibannya sebagai Polwan untuk melayani masyarakat. "Saya berlatih pada pagi hari sebelum berdinas, dan sore hari sesudah berdinas," tuturnya.
Ipda Dea Feronika Putri
Dea mengakui, berlatih dua kali sehari terkadang terasa sangat melelahkan. Tetapi, ia menerima hal itu semua sebagai bagian dari tantangan hidup serta ikhtiar mengharumkan nama Polri dan Indonesia. Kegigihannya ini pula yang membuat Dea diganjar penghargaan di Hari Polwan ke-75.
Ibu Asuh Balita Stunting
Kisah Brigadir Polisi Kepala (Bripka) Corry Syamsuarni dalam bertugas sangat menarik, sekaligus membuatnya layak mendapat penghargaan di Hari Polwan ke-75. Sejak Februari 2020, ia bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Polwan di Polsek Buay Madang Timur, Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu Timur, Kepolisian Daerah Sumatera Selatan.
Corry bertanggung jawab terhadap empat desa binaan. Setiap hari, selama 24 jam, ia siaga memberikan pelayanan terhadap masyarakat desa binaan jika sewaktu-sewaktu dibutuhkan. "Warga memanggil saya dengan sebutan Bu Bhabin. Selama tiga tahun ini saya berupaya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat," kata dia.
Corry menjelaskan, mayoritas warga desa binaannya berprofesi sebagai petani, yang dalam satu tahun ada dua kali panen. Inovasi yang dilakukan Corry adalah mengajak warga yang tidak memiliki lahan pertanian untuk membudidayakan ikan patin dan lele. Hasilnya cukup membantu ekonomi masyarakat, terlebih saat pandemi Covid-19 yang sempat membuat perekonomian warga terpuruk.
Selain itu, Corry juga menjadi ibu asuh balita stunting. Saban pekan ia selalu mengunjungi tiga balita balita stunting di desa binaannya, sembari membawa bantuan makanan bergizi yang dibelinya dengan uang pribadi. "Saya juga selalu mensosialisasikan kepada ibu-ibu yang memiliki balita dan batita, supaya rutin membawa anak-anaknya ke posyandu setiap tanggal 10," kata dia.
Dia pun menempelkan stiker di semua desa binaan yang berisikan nomor telepon selular dan WhatsApp miliknya. "Stiker ‘Halo Bu Bhabin’ saya tempel di fasilitas-fasilitas umum serta poskamling desa guna memudahkan masyarakat yang membutuhkan bantuan saya," ujarnya. Corry menyatakan selalu berusaha hadir di tengah masyarakat, termasuk memeriksa poskamling desa. "Diantar suami saya, saya rutin mengecek poskamling di tiap desa. Kadang pukul 12 malam, pernah juga pukul 1 dini hari."
Corry juga rajin menghadiri acara-acara warga desa, serta turun langsung membantu warga yang sedang kesulitan. “Setiap ada warga yang meninggal saya selalu menyempatkan melayat, saat ada warga yang sakit saya bantu untuk mengantar dan merujuk ke rumah sakit di Palembang. Begitu pula jika ada undangan khitanan atau pernikahan, saya berusaha datang sembari memberikan imbauan kamtibmas," ujarnya.
Brigadir Polisi Kepala (Bripka) Corry Syamsuarni
Menurut Corry, setiap pekerjaan memiliki kendala dan tantangan tersendiri. Namun, ia memandang setiap tantangan sebagai pemicu semangatnya untuk bekerja lebih baik lagi. Dia mencontohkan, satu tahun lalu pernah mendapat telepon dari warga yang baru menangkap pelaku pencurian. Meski saat itu sudah tengah malam, ia tetap berangkat menuju lokasi dengan ditemani suaminya. “Saya menuju ke TKP setelah sebelumnya menelpon Polsek Buay Madang Timur. Kejadian seperti ini menambah semangat dalam diri saya, artinya saya bisa bermanfaat untuk orang lain," kata Bripka Corry.
Inovasi Sedekah Sampah
Inovasi yang dilakukan Bripka Septiani Panca Pratiwi lain dari yang lain. Bhabinkamtibmas di Kelurahan Pati Lor, Kepolisian Sektor Pati, Kepolisian Resor Pati, Kepolisian Daerah Jawa Tengah, ini membuat program Shodaqoh Sampah di Kampung Randukuning, Kelurahan Pati Lor. Bekerja sama dengan warga Kampung Randukuning, secara berkala ia mengumpulkan sampah di Posko Shodaqoh Sampah. Di posko itu, sampah sampah kering maupun basah dipisahkan dan diolah.
Sampah-sampah yang terkumpul, seperti kardus dan botol air mineral, kemudian dijual ke pengepul. Hasil penjualan lalu dimasukkan dalam kas warga dan dibelikan sembako untuk disedekahkan kepada warga yang membutuhkan. Para penerima sedekah di antaranya adalah janda tua, anak yatim piatu dan duafa. Bahkan, ketika kasus Covid-19 masih tinggi dan ada warga yang menjalani isolasi mandiri, kas tersebut juga digunakan untuk membantu mereka yang kurang mampu.
Bripka Septiani Panca Pratiwi
Dengan adanya kegiatan sedekah sampah ini, pada 2021 Bripka Septiani Panca mendapat penghargaan dari Kapolres Pati AKBP Christian Tobing dan Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi, dalam rangka HUT Polwan ke-73. Kemudian, pada 2022, karena peran aktif tiga pilar di Kelurahan Pati Lor, Septiani mendapatkan juara ke-3 Penilaian Lomba Tiga Pilar tingkat Polda Jawa Tengah. Kiprah Septiani dalam program pemanfaatan sampah dinilai sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang juga bernilai ekonomi tinggi.
Septiani menyebutkan, Polwan Bhabinkamtibmas menjadi pengayom masyarakat perlu melaksanakan sambang atau kunjungan dengan tujuan mendengarkan keluhan warga tentang masalah kamtibmas dan memberikan solusinya. "Bhabinkamtibmas hadir secara langsung di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan rasa nyaman serta mempererat silaturahim," ujarnya.
Pelayan Masyarakat di Daerah Perbatasan
Bagi Brigadir Polisi Satu (Briptu) Annisa Chindila Primita Sari, Polwan Bhabinkamtibmas dari Kepolisian Sektor Sambas, Kepolisian Resor Sambas, mendapatkan penghargaan di Hari Polwan ke-75 bukanlah tujuan yang ingin dicapainya. Ia menegaskan, tujuannya bertugas semata-mata ingin memberikan pelayanan terhadap masyarakat desa binaan yang berada di daerah perbatasan negara.
"Menjadi Polwan Bhabinkamtibmas adalah suatu tantangan tersendiri, karena saya harus berhadapan dengan masyarakat yang mempunyai pola pikir, suku, dan agama yang berbeda. Di desa binaan saya terdapat suku Melayu, Dayak dan Tionghoa," ujarnya.
Semua kesulitan tersebut, ucap dia, terbayarkan ketika dirinya dapat menyelesaikan masalah yang ada di desa. Menurutnya, semua masalah yang dilaporkan kepadanya semaksimal mungkin akan diselesaikan dengan mediasi. "Saya siap menerima telepon selama 24 jam dari masyarakat desa binaan, karena informasi nomor telepon selular saya sudah tersebar di masyarakat," ujarnya.
Ia menceritakan, pernah mendapat aduan tentang korsleting listrik. Dengan bantuan petugas PLN, dalam waktu lima menit masalah itu bisa diatasi. Annisa juga pernah mendapat aduan tentang dugaan penganiayaan anak di bawah umur yang berhasil diselesaikan dengan mediasi.
Brigadir Polisi Satu (Briptu) Annisa Chindila Primita Sari
Menjelang pelaksanaan Pemilu tahun 2024, dia menimpali, Polwan Bhabinkamtibmas siap memelihara kamtibmas, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat, demi menjaga situasi yang aman, damai dan sejuk.
Annisa menyatakan, Polwan Bhabinkamtibmas mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat, karena sosok perempuan yang dikenal lemah lembut dan penuh kasih sayang. Nilai lebih ini pula yang dimanfaatkannya dalam menjalankan program Berbagi Kasih dengan Lansia.
“Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan masalah yang ada di desa binaan saya. Sebagai Bhabinkamtibmas Polwan saya sangat bersemangat untuk bersaing menjadi setara, bahkan lebih dari Bhabinkamtibmas polisi laki-laki," kata Annisa.
Atlet Menembak yang Andal
Selain bertugas sebagai Bintara Direktorat Samapta Kepolisian Daerah Jawa Barat, Brigadir Polisi Dua (Bripda) Citra Dewi Resti juga merupakan atlet menembak yang andal. Ia sudah menorehkan banyak prestasi, mulai dari juara ke-3 Air Rifle Women Individu di Asian Rifle/Pistol Cup 2023; juara ke-2 Air Rifle Women Individu di Lomba Menembak Piala Danpaspampres 2023; dan juara ke-3 Air Rifle Women Individu di Kejuaraan Nasional Jabar Open.
Brigadir Polisi Dua (Bripda) Citra Dewi Resti
"Alhamdulillah, saya bersyukur atas penghargaan yang saya terima di Hari Polwan ke-75, berkat prestasi-prestasi di bidang olahraga menembak," kata Polwan yang mendaftar bintara melalui jalur prestasi tersebut.
Ia mengaku harus membagi waktu untuk bekerja dan bertugas sebagai polisi dengan waktunya untuk latihan. "Selama ini tidak ada kendala dan pimpinan juga memberikan izin untuk melaksanakan latihan rutin. Tantangannya sekarang saya berjuang bukan untuk diri sendiri, tetapi juga atas nama institusi Polri," ucap Citra.